webnovel

RIRIE & ARDI

Di kampusnya Ririe berkenalan dengan kawan barunya,seorang pria yang sepertinya bukan asli Semarang, ia juga yang sedang melanjutkan kuliah S2 nya di jurusan yang sama di kampus yang sama, hanya beda kelas.

Ardiansyah, biasa dipanggil Ardi ini pria yang tinggi dan memiliki tubuh atletis, termasuk incaran banyak wanita dikampus. Orang tuanya memiliki usaha showroom mobil mewah Champion Mobil yang cukup ternama di kota Semarang. Meski semua juga sudah mengenalnya kalau dia sudah punya pacar bernama Stacey. Dia tetap menjadi impian banyak mahasiswi di kampusnya.

Mereka datang dan pulang kampus selalu bersama, berdua terus Ardiansyah dan Stacey dengan mobilnya.

Entah apa latar belakang masalahnya, suatu hari kelihatan Stacey ini mendekati Ririe dengan wajah yang kelihatan susah...Ririe menduga hubungan mereka sedang bermasalah.

Stacey cerita sepertinya akan melepaskan Ardiansyah untuk bersanding dengan wanita lain, dan Ririe dianggapnya sebagai wanita yang menyukainya dan pantas menggantikan posisinya.

"Ada-ada saja masalahnya...aku sudah bosan dengan Ardi. Temperamennya yang engga stabil, suka tiba-tiba meledak marah engga karuan, dominan dan curigaan lagi, aku engga mengerti. Aku pusing kalau harus terus bersamanya, capek hatiku." Stacey cerita seakan memberi lampu hijau kepada lawan bicaranya.

Ririe mengingat-ingat, memang beberapa kali dia mendapatkan simpatik dari Ardi nama panggilannya, yang mungkin Stacey anggap pacarnya ini sudah mulai bosan dengannya. Itu dugaannya.

"Catatan kuliah terakhir tentang English Phonetics and Phonology kamu punya engga Rie, aku boleh pinjam?" tanyanya disuatu kesempatan didepan kelas sebelum perkuliahan dimulai.

"Mmm...ada dirumah , aku engga bawa hari ini sih."

"Kalo gitu, aku kerumah kamu aja nanti selesai kuliah yaa, engga kemana-mana kan kamu?" tanyanya lagi.

"Ehhh...engga sih, emang mau kerumah gitu?" Ia merasa agak aneh dan sedikit terlalu cepat.

"Nanti sore yaa, sehabis kuliah selesai. Aku harus antar Stacey pulang dulu, baru aku kerumah kamu," katanya.

Ririe menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan...belum sempat dia berfikir untuk mencari alasan untuk menolaknya,Ardi menyambungnya lagi,

"Okee kan?"

"Iyaa bisa!" tandasnya singkat. Ardi pun melemparkan seulas senyum sambil memandang wajah Ririe dan keseluruhan penampilannya.

Dalam hati Ririe. Aneh juga, dirasa agak menakutkan dengan pendekatannya yang tiba-tiba.

Sorenya benar saja Ardi datang kerumah Ririe dengan mobil sedan BMW putihnya , mengenakan kaos T-shirt hitam agak ketat dan celana panjang krem. Sangat pantas dan enak dilihat dengan tubuhnya yang tinggi atletis. Tampaknya ia sudah berganti kostum.

Terdengar suara bel di dalam rumah. Ririe yang membukakan pintu terlihat sedikit terpana melihat sosok didepannya dengan harum parfum lelakinya.

"Silahkan duduk dulu yaa, aku kedalam dulu ambil catatannya." Ia berusaha berbicara dengan nada sewajar-wajarnya.

Ardi pun duduk dikursi teras, sambil mengedarkan matanya kesekelilingnya.

Hm...asri juga tamannya, dalam hatinya, pasti rajin orang yang merawatnya.

Ririe datang dan duduk didepannya sambil memegang buku catatan yang diminta.

"Ini catatan kuliah kemarin," katanya perlahan. "Memang kemarin kamu engga masuk yaa ?" tanyanya perlahan, masih memperhatikan penampilan tamunya.

"Kemarin aku engga bisa masuk karena ada urusan Rie, kamu rajin yaa ngurus tanamannya ?" langsung Ardi mengalihkan pembicaraan.

"Ooh...itu Ibuku yang tanam."

"Kalo kamu hobinya apa?" tanya Ardi seakan memulai pendekatan.

Ririe sebenarnya agak malas meneruskan pembicaraan tapi ia tetap tenang menghadapinya

"Aku sih senang baca novel," jawabnya singkat.

"Kalo nonton film suka engga ?"cecarnya .

"Kadang."

"Aku punya tiket nonton film 'Revolutionary Road' yang dibintangi Kate Winslet, mau nonton yuuk nanti malam ?"ajaknya dengan anggukan dan muka berseri-seri dan mata berharap.

Agak terkejut Ririe mendengar ajakannya yang dirasa tiba-tiba itu "Haaah... engga aaah, lagi malas nonton, lagian ada janji mau temani ibu pergi belanja." Ia beralasan.

Sebenarnya hati Ririe menjadi sedikit gundah mendengar tawaran itu dan jantungnya berdebar engga beraturan. Tapi cepat ia menepis seulas rasa gembiranya itu. Sadar kalau ia sudah punya kekasih di Bandung , tapi juga sadar sesadar-sadarnya kalau ia baru saja menolak ajakan dari cowok paling ganteng, incaran para wanita dikampusnya.

Ingin sebenarnya ia mengingatkan cowok didepannya ini , kalau ia sudah punya pacar yang bernama Stacey. Tapi ia tetap tenang menjaga emosinya, untuk tidak memberi kesan menyudutkan.

Raut muka Ririe menunjukan rasa tidak sukanya,ia pun sedikit menolehkan kepalanya.

"Kamu sudah punya pacar ya Rie?" yakin dengan pertanyaannya.

Dengan sedikit mencibir, ia menjawab malas ,"Sudah aah aku agak capek hari ini ya ...maaf."

Dia ingin tamunya ini cepat pergi dari pandangannya, engga terlalu suka Ririe dengan pertanyaan yang dirasakan agak menyudutkan itu.

Tapi sebelum meninggalkannya , Ardi berkata dengan nada serius kalau ia sudah putus dengan Stacey.

"Aku putus dengan Stacey sudah lama sebenarnya, kami sekarang hanya berteman saja."

Ririe langsung masuk dan menutup pintu, meninggalkan Ardi yang belum keluar dari teras.

"Siapa itu Rie?" tanya ibunya yang tadi sekilas melihatnya masuk teras depan.

"Teman kuliah."

"Ganteng, tinggi , bule kayak artis sinetron," kata ibunya yang terpesona.

Komentar ibunya ,engga digubris oleh Ririe yang langsung masuk kamarnya...dan menumpahkan uneg-unegnya di buku diary nya.

Dear diary,

Haduuh...susah nih aku...!

Tolong dong dear diary...harus bagaimana aku ??

Ririe merasa bosan, jika ia harus kembali berhubungan lewat ponselnya menanyakan kabar Hasann disana.

Besok siangnya di kampus, kembali Ardi menghampiri Ririe untuk mengembalikan buku catatannya.

"Haii..., "Ardi menyapanya dengan senyuman dan tatapannya yang agak liar.

"Aku mau ngomong sama kamu, boleh?"

Ririe masih memasang muka masam, "Ngomong apa yaa?" tanya Ririe dengan alis yang mengernyit masih dengan tatapan curiga.

"Engga enak ngomong disini, bagaimana kalau setelah kuliah selesai, kita ke cafe sebrang jalan itu?"

"Ada apa siih?" tanyanya seakan mau urusannya dituntaskan secepatnya disini saja.

"Engga enak ngomongnya kalo disini Rie... , sebentar aja please," katanya sambil merapatkan kedua jari-jari lengannya.

Ririe hanya tersenyum miring.

Di dalam kelas perkuliahan, Ririe jadinya kurang konsentrasi. Ia sedikit banyak memikirkan Hasann yang jauh di Bandung sana, dan pendekatan Ardi beberapa hari ini yang tampaknya cukup mengganggunya.

Selesai perkuliahan , kelihatan Ardi sudah berdiri gagah, tinggi di pintu gerbang sendirian.

Sejenak Ririe gamang , tapi perlahan ia melangkahkan kakinya menuju gerbang keluar kampus kearahnya, masih dengan muka masam.

"Haai... ," sapa Ardi sambil manggut-manggut . Mereka menyebrang jalan menuju cafe.

"Ada apa siih?" tanya Ririe sedikit malas.

"Nanti aku cerita yaa, tapi tunggu minuman yang kita pesan datang dulu yaa, aku engga mau diganggu ,"katanya.

Ririe agak kesal sepertinya lelaki didepannya ini egois sekali , memikirkan dirinya sendiri saja dari tadi. Ia menghela nafasnya agak kesal.

"Ooh iya ini buku catatannya, aku kembalikan ya Rie, tulisan kamu bagus juga yaa," pujinya.

"Biasa aja."

Ririe semakin engga sabar, ia langsung menilai kalau lelaki ganteng didepannya ini, sepertinya agak bossy . Ia senang dimanja, maunya dimengerti . Jadi Ririe langsung bersikap lain. Ia mencoba mengalah.

"Kamu bilang kemarin , kamu sudah putuh dengan Stacey. Kenapa putus sama Stacey sih ? kalian kelihatannya serasi gituu. Trus apa hubungannya dengan aku?" ia memberanikan diri untuk bertanya.

Ardi menolehkan kepalanya ke belakang, "Mmm...sebentar lah aku cerita, naaah itu dia pesanan kita datang," katanya.

Sejenak kemudian,

"Sebenarnya begini Rie...soal aku sama Stacey yang tadi kamu tanyakan itu? mmm...aku tuh udah berulang kali bilang sama Stacey untuk memilih aku atau Michael pacarnya bule di Amerika itu. Tapi dia engga bisa bikin keputusan. Lama-lama yaa aku jadi pusing juga ngadepinnya Rie. Dibilang pacar aku , tapi dia masih bebas chat mesra dengan Michael disana."

"Menurut kamu bagaimana? sementara semua keluargaku tahunya Stacey itu pacarku."

"Aduuuh engga tahu aku yaaa, tapi kalo menurut aku sih berteman aja sih engga apa-apa dong?" sergah Ririe.

"Berteman bagaimana...? kamu engga tau yaaa ...Michael itu kan pacarnya Stacey sewaktu dia SMA di Los Angeles, Amerika. Dua tahun mereka pacaran. Pusing engga?"

"Iya pusing !" jawabnya singkat , malas rasanya.

Sejenak mereka terdiam.

"Sudah? aku mau pulang nih ," kata Ririe sambil tangannya mau meraih tasnya dikursi samping.

Ardi berusaha menahannya ,"Sebentar...sebentar, kamu kok buru-buru begitu sih? aku kan belum selesai ngomong. Aku minta 15 menit lagi deh yaa."

Sejenak mereka terdiam lagi, agak lama kali ini, seakan Ardi sedang memilih kata-kata atau hendak merangkainya sedemikian rupa.

"Okee...intinya aku mau bilang kalau aku tertarik sama kamu Rie. Kamu jangan bilang ini terburu-buru atau mendadak, engga! Aku sudah lama melihat dan memperhatikan kamu, dan yang aku tahu kamu belum punya pacar ataupun teman dekat cowok selama ini. Yaa kan ? Makanya aku berani mendekati kamu Rie." Ardi terus aja nerocos.

"Aku dan Stacey sudah lama putus . Kalau sekarang kami terlihat masih berdua itu hanya penampilan kami saja supaya engga jadi rumour di kampus. Stacey pun sudah setuju kalau aku akan mencari pasangan baru sebagai pacar."

"Maaf kalo aku ngomong kepanjangan tapi intinya seperti itu, supaya jelas ke kamunya Rie." Ardi pun menutup mulutnya dan menaruh kedua lengannya di meja dan diam menatap Ririe menunggu responnya.

Ririe diam saja mendengarkan ceritanya. Ia belum tahu harus bagaimana. Sementara Ardi bercerita sepertinya hendak meyakinkan dia kalau ia benar-benar tertarik dengannya. Aneh juga , pikirnya. Kok ada lelaki yang mendekatinya dengan cara seperti ini. Kayak seorang marketing perusahaan yang lagi nawarin barang dagangannya saja.