4 Saingan Cinta.

Sepulang sekolah nanti akan ada kompetisi pidato antar calon ketos, keempat calon ketos yang masing-masing memiliki kualitas luar biasa mengangumkan dalam bidang akademik.

Ke empatnya selalu mendapatkan rengking satu dalam kelas dengan nilai sempurna, sama-sama berpenampilan menarik juga keren.

Keempatnya mempunyai semua hal yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ketos yaitu berotak cerdas, berprestasi , populer dan berpenampilan menarik.

"Nanti kalo aku berhasil jadi ketos kamu jadi sekretarisnya,Ra. Mau kan?" Kata Max salah seorang calon ketos sekaligus cowok yang sudah lama dekat dengan Dara.

Dan sebenarnya cewek itu juga punya rasa tertarik pada cowok bertampang imut ala oppa korea itu tapi faktanya sekarang malah dipaksa berpacaran dengan Dira.

Tak bisa putus begitu saja tanpa syarat.

Entah apa syaratnya?

Dara sendiri nggak ada rasa kepo tapi jika itu bisa membuatnya lepas Dara akan melakukan syarat tersebut.

Dara menggaruk kepala lalu tersenyum kikuk. "Tapi tulisan tangan aku nggak cocok jadi sekretaris , Max."

Max menggelengkan kepala, mengusap ubun kepala cewek cantik didepannya ini.

"Selama tulisan kamu masih bisa kebaca apalagi sama aku ,it's okay." kata Max lembut disertai pandangan kasmaran.

Demi apapun Dara merasa tersentuh mendapatkan kata-kata manis dari cowok itu.

Dara jadi salting.

"Nggak boleh, gue ngelarang dia buat jadi sekretaris lo." Sahut Dira dengan nada ketus disertai tampang menyebalkan.

Meletakan kedua tangan dalam kantong celana.

Berdiri ditengah mereka berdua menghadap Max.

Max langsung melempar tampang super BT karena tiba-tiba saja saingannya tersebut muncul.

Menganggu mereka yang jelas-jelas sedang asik berduaan.

"Siapa lo main ngelarang Dara seenak jidat?" ujar Max tak kalah ketus.

Kedua cowok keren itu saling melempar pandangan tajam.

"Gue pacarnya, jadi gue berhak ngelarang." Masih dengan gaya cuek Dira mengatakan hal sebenarnya.

Mendengar hal itu tentu Max jadi sangat terkejut, setahu dia Dara itu jomblo makanya dia berani melakukan pdkt.

Tapi faktanya ternyata tidak begitu.

"Beneran Dira cowok kamu?Dar." Tanya Max terlihat syok campur kepo.

Dara hanya mengangguk.

Seketika Max patah hati, cowok itu bahkan merasa kesedihan dalam hati karena Dara tak bisa menjadi pacarnya jika apa yang dikatakan oleh Dira benar.

"Udah berapa lama kamu pacaran sama Dira?Apa selama kita deket kalian udah pacaran?please...jawab jujur!" Tanpa sadar cowok itu meninggikan volum suara, meskipun masih dalam batas normal.

Bagaimanapun Max merasa dipermainkan jika selama mereka dekat ternyata Dara telah berpacaran dengan Dira.

Melihat ekpresi Max, cewek ini bingung harus memulai cerita dari mana?dia tak mau berbohong pada Max.

"Kami berpacaran selama dua minggu,Max." Kata Dara jujur tertunduk lemas.

Menggigit bibir bawah, mimik cewek itu tampak bersalah.

Max tak mengerti kok bisa mereka berdua berpacaran?

Berpacaran selama dua minggu!!Padahal hubungan Dara dan Dira jauh dari kata dekat apalagi akrab.

Sedangkan kedekatannya dan Dara telah terjalin selama lebih dari dua bulan, Max bahkan memiliki rencana akan menembak Dara malam minggu ini di tempat romantis.

Iya setelah banyak menghabiskan waktu bersama yaitu nobar dibioskop, mengerjakan tugas bersama, menemani Max latihan dan pertandingan basket,jalan-jalan ke tempat menarik sambil kuliner makanan.

Hampir setiap hari pulang sekolah bareng dan banyak lagi hal lain yang menyenangkan telah mereka lewati.

"Kok bisa kamu pacaran sama Dira?aku kira kedekatan kita selama ini bisa membuat kita punya hubungan lebih dari temen baik."

Jelas sekali mimik kekecewaan tergambar pada raut Max.

Akhirnya Dara mengatakan hal sebenarnya, dia akan memberitahukan alesan mengapa dia bisa berpacaran dengan Dira.

Dara menarik nafas, menghembuskannya

Kali ini dia sudah siap berbicara.

"Sebenarnya aku terpak.."

Belum selesai berbicara Dira langsung mendekap mulut Dara sambil membelakangi Max, melotot.

Memeluk Dara lalu melepaskan.

"Sayang, Biar aku yang ceritain ke Max biar lebih praktis oke. Kamu pergi sekarang."

Dira memasang mimik menakutkan lalu meminta Dara masuk ke dalam kelas.

Entah mengapa Dara menurut saja, sumpah demi apapun Dara merasa dia seperti pacar penakut.

Sungguh menyebalkan.

Setelah kepergian Dara.

Dira berbalik menghadap Max, tersenyum lebar.

"Sebelum gue jelasin just info bahwa lo orang pertama yang tahu kami berpacaran, Dua minggu lalu gue minta dia jadi pacar nggak ada pemaksaan apalagi ancaman setelah menimbang-nimbang Dara setuju buat kita berdua berpacaran ya meski gue tahu dia nggak cinta sama gue tapi nggak masalah toh gue bakal berusaha bikin dia jatuh cinta. Dan gue nggak tahu ternyata lo sama Dara udah deket banget."

Max terkesimah mendengar perkataan Dira, dia tak mengerti mengapa Dara berpacaran sama cowok yang nggak dia cintai?

"Gue masih bingung kok bisa Dara yang nggak cinta sama lo tapi nerima lo jadi pacarnya?" Tanya Max memasang mimik keheranan.

Mengacak rambut.

Cowok yang tak kalah keren,cerdas dan populer dari Dira ini.

Merasa kalut, dia merasa kacau karena mengalami patah hati tak terduga hari ini.

Tak hilang akal Dira menjawab pertanyaan Max.

"Hubungan cinta itu biasanya terjadi karena tiga hal, karena saling ada rasa ,keterpaksaan atau salah satunya mau memberikan kesempatan. Gue rasa Dara memilih opsi ketiga."

Setelah melontarkan itu Dara tersenyum penuh kemenangan.

Dira melanjutkan perkataannya, Max tertuduk lemas.

"Saran aja, Lain kali kalo lo naksir cewek jangan kelamaan pdkt nya. Bisa-bisa diambil orang lain."

Penuh kesombongan Dira memberikan petuah pada saingannya, lalu pergi meninggalkan Max.

Dengan gaya sengak.

Bbbbhuukkk....

Penuh emosi Max menendang tembok kelas, melempar pandangan marah melihat punggung saingannya itu yang semakin menjauh.

-

-

-

Dara akhirnya memutuskan untuk menerima syarat Dira agar bisa putus, apapun itu.

Dia berharap syarat Dira tak berat-berat amat.

Sepulang sekolah Dara mengajak Dira mampir sebentar untuk berbicara empat mata dalam rumahnya.

Setelah mendaratkan bokongnya diatas sofa Dara langsung bertanya.

"Apa syarat dari lo agar kita putus?"

Beberapa saat Dira sempet terkejut, tapi dia kembali bersikap biasa.

"Jadi lo mau kita putus biar bisa pacaran sama si Max?" Sindir Dira.

"Terus kenapa kalo mang gitu?Gue mang udah lama suka sama dia kok dan dia juga sama. Lo yang datang memaksa gue buat jadi pacar kan."

Dengan sikap tegas cewek cantik ini membela diri atas sindiran cowok ganteng disampingnya.

Bertolak pinggang, memasang mimik Bt.

Tapi bukannya ikut Bt Dira malah merangkul pinggang ramping Dira, mencium bibir merah cewek cantik itu bikin Dara terkejut.

Memegang bibirnya.

"Lo tuh bisa nggak si nggak main nyosor nyium gue seenaknya?!"

Cowok itu menggelengkan kepala, tertawa kecil karena melihat ekpresi marah cewek itu tapi malah terlihat mengemaskan.

"Sorry, habisnya lo gemesin si." Sahut Dira lembut.

"Okey, gue maafin. Sekarang bilang apa syaratnya?Gue harap syaratanya nggak berat atau gila."

Dira kembali tertawa, memberikan tanda agar cewek itu mendekat.

Dara mengikuti perintah Dira, cowok itu membisikkan sesuatu, berhasil bikin cewek itu jadi terperangah campur syok .

Tbc

avataravatar
Next chapter