4 Hadiah misterius

*Sahabat sejati selalu bisa diandalkan dalam keadaan apapun. Suka ataupun duka, mereka bagi bersama. Meskipun tidak dapat memecahkan masalah, tetapi mampu membuat hati sedikit lebih tenang*

Jam setengah sebelas siang Gheisha tiba di loker supermarket, ia lalu mengganti bajunya dengan seragam kerja. Pagi ini benar-benar pagi yang sangat sial bagi Gheisha. Apalagi jika mengingat pria asing yang tiba-tiba memeluknya. 

"Brengsek!" maki Gheisha pada pantulan wajahnya di cermin. Dengan pandangan mata tajam penuh amarah.

"Dia memang brengsek!" ucap Yani, teman kerjanya.

"Memangnya kamu kenal dengan dia?" tanya Gheisha.

"Kenal. Sangat kenal. Orang yang di dalam cermin itu kan yang kamu maki, hahaha," ejek Yani.

"Yani! Aku pikir kamu serius kenal sama tuh cowok," gerutu Gheisha. 

Yani hanya tertawa dan berlalu pergi menuju meja kasir. Yani adalah teman setia Gheisha di supermarket. Sepulang bekerja, Yani akan mengantar Gheisha sampai ke klub malam. Yani juga tahu panggilan Gheisha di klub malam itu. Hanya Yani seorang yang tahu tentang identitas asli dari DJ Dandelion yang sangat terkenal di klub malam itu. Di supermarket, mereka terkenal paling kompak saat bekerja. Tidak seperti yang lainnya yang kadang tidak mau istirahat bergiliran dan selalu ingin berebut istirahat pertama.

"Yan, hari ini aku istirahat duluan ya?"

"Oke," jawab Yani dengan mengacungkan ibu jari.

Gheisha harus menabung uang gajinya kemarin. Hari ini di jam istirahat Gheisha akan pergi ke ATM untuk menyimpan uangnya. Gheisha baru saja menerima gajinya bekerja di supermarket kemarin, sedangkan gaji dari hasil bekerja di klub baru akan ia terima minggu depan. Gaji satu minggu di klub malam sama dengan gaji satu bulan ia bekerja di supermarket. Karena itu Gheisha berusaha sebaik mungkin untuk tidak sampai dipecat dari klub malam. Dengan datang bekerja tepat waktu dan membuat pengunjung klub senang mendengar musik yang dimainkan. 

Gheisha berhasil menjadi salah satu DJ andalan di klub malam itu. Setelah lima tahun bekerja, kini gajinya sudah naik. Terkadang ada seorang pengunjung yang memesan lagu untuk dimainkan padanya dan memberikan uang tip. 

Siang mulai berganti malam. Tidak terasa sudah waktunya menutup supermarket. Para karyawan yang masuk dari jam tujuh pagi sudah pulang jam lima sore tadi. Sementara Gheisha dan Yani yang masuk jam sebelas siang itu pulang saat supermarket tutup jam sembilan malam. Supermarket itu tidak pernah buka sampai malam atau seperti yang lainnya yang buka 24 jam. Mereka menyapu dan mengepel lantai supermarket sebelum pulang. 

"Ghe-Ghe, ayo!" panggil Yani pada Gheisha yang masih berada di dalam ruang loker. Sementara Yani sudah berdiri di depan pintu ruang loker. Ia sudah mengganti bajunya dan berkali-kali melirik jam tangannya. "Ghe! Lama banget sih?" tanya Yani tak sabar.

"Sebentar, Yan! Aku lagi nyari topeng aku nih." 

Yani masuk ke dalam ruang loker dan menarik tangan Gheisha.

"Cuma topeng, kita beli lagi di jalan! Toko yang biasanya kamu beli topeng juga sepertinya masih buka. Daripada kamu terlambat mencari topeng kamu, ayo jalan!" ucap Yani.

Yani mengunci pintu supermarket dan menurunkan rolling door, setelah memasang gembok rolling door dan menguncinya, mereka pun pergi. Yani mengantarkan Gheisha dengan motor matic miliknya. Yani selalu membawa motor saat bekerja. Ia juga mengantarkan Gheisha ke klub karena arahnya sama dengan arah menuju rumahnya. Mereka berhenti sejenak untuk membeli topeng.

Gheisha melihat sebuah topeng yang sangat cantik, topeng itu jika dipakai hanya bagian bibir saja yang terlihat. Gheisha membelinya dan segera naik kembali ke motor Yani.

Yani segera tancap gas. Ia takut kalau Gheisha sampai terlambat. Yani melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan dalam beberapa menit saja mereka pun tiba di parkiran klub malam. Setiap kali turun dari motor, Gheisha selalu mengucapkan hal yang sama.

"Terima kasih, Cintaku. Hati-hati di jalan, emuah."

"Ok, bye-bye Cinta," saut Yani.

Selama ini semua pegawai di klub malam menganggap bahwa Gheisha seorang le*bi. Gheisha memang sengaja meminta bantuan Yani, agar berpura-pura seperti itu saat dia mengantarkan Gheisha. Tujuannya agar ia aman bekerja di klub malam. Karena tidak ada pria yang menggodanya. Mereka semua hanya menganggap Gheisha sebagai teman kerja. Tidak ada yang menaruh perasaan cinta karena menganggap Gheisha punya ketertarikan pada sesama jenis.

Setelah Yani berlalu, Gheisha masuk ke dalam klub malam. Ia sudah memakai topengnya sejak di jalan tadi. Selama lima tahun bekerja di klub, tidak ada yang pernah melihat wajahnya. Andai mereka tahu secantik apa wajah dibalik topeng itu, pasti semua lelaki hidung belang dan lelaki nakal yang datang ke klub itu terpesona. Jika akan pulang dini hari, Gheisha akan merubah penampilan wajahnya di toilet dan menyimpan topengnya dalam tas. 

"Hai, Hen," sapa Gheisha. 

"Hai, Dande. Banyak pengunjung yang menunggumu. Ada beberapa amplop juga yang sudah aku simpan di loker."

"Ok, terima kasih, Hen. Aku lihat dulu kesana," ucap Gheisha. Ia pergi ke loker dan melihat lima amplop berisi uang tip serta pesanan judul lagu tertulis di luar amplop. Hendry adalah orang yang dipercaya Gheisha untuk menyimpan kunci lokernya. Agar suatu saat ada titipan dari pengunjung, Hendry bisa menaruhnya di sana. Hari ini tidak hanya lima buah amplop yang ada di dalam loker, tapi ada juga sebuah kotak kecil beludru warna merah. "Ini apa? Mirip kotak perhiasan?" Gheisha bergumam pelan.

Gheisha ragu-ragu untuk membukanya. Tapi, rasa penasaran yang kuat membuat Gheisha akhirnya membukanya. Benar saja. Isi dari kotak itu adalah sebuah cincin yang sangat indah. Ada sebuah catatan kecil di atas tutup kotak itu. 

"Ini bukanlah cincin lamaran, jadi tolong diterima dan dipakai. Cincin itu adalah hadiah dari penggemar setiamu ini. Mainkan lagu yang enak untukku malam ini! Penggemarmu AS."

Gheisha tersenyum simpul lalu memakai cincin itu di jarinya. Ini pertama kalinya ada seorang penggemar yang mengiriminya hadiah. Gheisha segera naik menuju ke atas panggung. Headphone pun segera dipasang menutup telinganya. Gheisha berdiri di samping DJ Among. Mereka akan bertukar jam kerja. DJ Among bicara dengan bahasa isyarat bahwa dia akan turun. Gheisha menjawab dengan anggukkan pelan. 

Dari jam sebelas malam hingga jam satu dini hari, Gheisha lah yang mengatur musik yang mengiringi para pengunjung klub. Alunan suara musik yang menghentak keras itu semakin malam semakin meriah dan juga semakin banyak pengunjung yang datang di tengah malam hingga pagi hari. Alat CDJ menjadi mainan Gheisha sejak lima tahun yang lalu. Ia masih ingat saat pertama melamar di klub itu. Pemilik klub tidak mau menerima Gheisha karena Gheisha saat itu masih kelas sebelas SMA. Pemilik klub takut dihukum atau didenda karena mempekerjakan anak di bawah umur. Namun, akhirnya Gheisha bisa meyakinkan sang pemilik dan sampai saat ini Gheisha masih betah bekerja di sana.

avataravatar
Next chapter