2 Buto Ijo Dan Baby Sitter

"Tentor (teman tutor)? Elo mau gue jadi tentor?" ucap Ira tidak percaya sambil menunjuk diri sendiri dengan jari telunjuk. Matanya memelototi Kevin yang berdiri di seberang meja. Pria itu membaca tumpukan berkas yang ada di tangannya, sambil sesekali mengusap rambut frustasi.

"Ini permintaan langsung dari Pak Baskara. Beliau salah satu sponsor terbesar buat kamu Ira, kita nggak boleh nolak permintaan beliau gitu aja."

Ira berdecak lalu membanting tubuhnya ke sofa, kesal. "Gue udah lama home schooling. Terus, elo sekarang nyuruh gue masuk ke sekolah swasta biasa? No way! Kerjaan gue bisa berantakan!"

Kevin menghela napas. Ia berjalan mendekati Ira yang kini sedang mengagumi kuku hasil menicure-nya, benar-benar bersikap acuh dengan permintaan Kevin. "Ini informasi tentang putera Pak Baskara, orang yang harus kamu bantu terutama di bidang akademik."

Ira melirik tumpukan kertas yang diletakkan Kevin di meja sekilas, kemudian kembali mengamati kuku-kukunya. Mengabaikan sikap tidak tertarik Ira, Kevin bicara lagi, "namanya Rega Nathanael Randaya, siswa kelas XII di SMA Sinar Harapan. Seharusnya dia udah kuliah tingkat dua, tapi ngulang di kelas dua belas dua tahun."

Ira tertawa penuh hina. "Singkatnya, dia bego."

"Dia anak yang cukup bermasalah di sekolah. Tugas kamu bantu dia jadi anak baik, ajak dia belajar, dan jangan sampe nggak naik kelas lagi. Ini kesempatan dia yang terakhir. Jika tahun ini gagal, maka drop out." Kevin menyodorkan tumpukan file itu ke arah Ira. "Fotonya ada di dalam."

Dengan malas, Ira mengambil tumpukan file itu. Ia membalik halamannya secara kasar, mencari foto yang dimaksud. Begitu akhirnya berhasil ia temukan, mata Ira kontan melebar, disusul pekikan nyaring yang menggema di rumah yang ia dapatkan dari agensinya itu.

Cowok berseragam SMA kusut. Kulit cowok itu hitam. Namun, bukan hitam berkilau yang terlihat indah dan eksotis, melainkan hitam dekil jorok seperti jarang mandi, ditambah postur besarnya yang jelas-jelas super extra kelebihan berat badan, wajah kasar dipenuhi jerawat, hidung mengembang seperti kue bolu, serta mata sipit yang nyaris tenggelam dengan pipi bakpao-nya.

Ira melempar tumpukan file beserta foto itu ke lantai. Ia menaikkan kedua kaki ke sofa, meringis jijik sambil mengusap tangan yang tadi menyentuh foto itu ke lengan sofa, seolah-olah baru saja bersalaman dengan kecoak.

Detik berikutnya, artis cantik itu mendengus marah, memelototi wajah sang manajer yang terlihat sangat lelah. "Elo mau gue ngabisin waktu berlama-lama sama tuh buto ijo? Kenapa gue, sih? Gue tuh artis! Bukan baby sitter!"

"Karena kamu Keira Permatasinta! Artis berbakat di bidang akting, menyanyi, dan juga akademik. Siapa lagi kalo bukan kamu?"

"Elo gegar otak apa gimana? Nilai gue pas-pasan! Lo aja yang mulutnya comel ngaku kalo gue tuh jenius. Lagian, yang tugasnya nyanyi kan, bukan gue!" Ira sengaja menutup telinganya dengan earphone, kemudian mendengarkan musik dengan volume keras agar suara Kevin teredam.

Melihat kelakuan artisnya, Kevin menarik napas panjang. Ira memang berbakat. Selain lahir dengan wajah bidadari, cewek itu sangat pandai berpose di depan kamera, dan memiliki kemampuan akting yang patut diberikan medali emas.

Menemukan Ira adalah kunci kesuksesannya. Ia sempat kecewa begitu tahu Ira punya banyak cela, salah satunya sifat angkuh dan semena-menanya itu. Namun bagaikan bulan dan matahari yang saling melengkapi, Tuhan memberikan Arana, saudari kembar Ira yang punya kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki artis itu.

Entah datang dari mana pemikiran licik itu, selama enam bulan ini Kevin berhasil mengelabui dunia. Artis remaja yang sangat berbakat ternyata dua orang yang berbeda, Keira dan Arana.

Jika Keira bergelut dalam bidang yang sangat dikuasainya, yaitu modelling dan akting, maka Arana yang bernyanyi serta menunjukkan kecerdasannya. Berlindung dalam satu nama, KEIRA PERMATASINTA. Nama yang dikagumi banyak orang dengan mengorbankan eksistensi Arana Permatasinta, hingga jadi pribadi yang tidak diketahui keberadaannya.

Sesuai dengan arti nama mereka. Arana (Sang Bulan), akan selalu menjadi bayangan dari Keira (Cyra /Sang Matahari).

Dari arah ruang tamu, Ara yang baru saja pulang sekolah memasuki ruang tivi tempat Ira dan Kevin berada. Lagi-lagi cewek itu menutupi kecantikan sesungguhnya dengan make up yang membuat kulitnya terlihat dekil, wig kasar, kaca mata tebal, dan jangan lupakan masker klinik kebanggaannya.

Ira yang sadar dengan keberadaan saudari kembarnya itu, melempar kacang goreng yang tadi dimakannya ke kepala Ara hingga cewek itu menoleh dengan wajah kesal. "Apaan sih, lo?"

"Tuh! Dia aja yang lo jadiin baby sitter-nya si buto ijo!"

Kevin terdiam dengan satu tangan mengusap janggut tipisnya. "Arana, ya...." Perlu Kevin akui, ia sangat tidak percaya Ira bisa membimbing seseorang ke jalan yang benar. Karena tidak pernah ada di kitab mana pun, seorang setan mengajak iblis untuk bartaubat!

***

Hanya satu hal yang sangat diinginkan Ara, hidup tenang dan lepas dari bayang-bayang saudari kembarnya. Namun alih-alih mendekati cita-cita, ia malah terperosok semakin jauh.

Satu minggu setelah percakapan tentang buto ijo dan baby sitter, saat ini ia duduk di dalam mobil Kevin, menatap gerbang hitam SMA Sinar Harapan yang ada di kaca sebelahnya.

"Semua surat kepindahan kamu udah diurus. Mulai sekarang, kamu murid baru SMA Sinar Harapan." Dari kursi pengemudi, Kevin memutar tubuhnya, menatap Ara yang masih terbengong-bengong di kursi belakang.

Kevin kembali mengamati penampilan cewek itu dengan saksama. Rambut cokelat gelap yang akan terlihat bercahaya saat tersiram sinar matahari, serta wajah yang sungguh mempesona. Benar-benar duplikat Ira. Jika Ara melepas semua penyamaran yang sudah dilakukannya bertahun-tahun itu, Kevin hampir mustahil membedakan mereka berdua, kecuali mereka sudah membuka suara. Dari cara bicara dan perilaku yang bertolak belakang, barulah kontras mereka jelas terlihat.

Kevin menajamkan tatapannya. "Ingat, Arana! Kamu masuk ke sekolah ini sebagai Ira, sebagai artis terkenal Keira Permatasinta! Lupakan nama Ara, lupakan Arana! Sekarang, kamu adalah Ira."

PERIH!

Betapa sakit ketika kita dipaksa melupakan jati diri. Kalau saja ia tidak ingat Kevin sudah banyak membantu keluarganya beberapa bulan terakhir, maka sudah ia hadiahi satu bogeman mentah!

"Kalo ada yang nanya gimana kerjaan kamu, jawab aja kamu lagi cuti kerja. Saya bakal bawa Ira ke luar negeri, supaya nggak ada yang heran ada dua Ira. Ingat, nggak ada yang tahu Ira punya saudari kembar. Jangan sampe ketahuan!"

Muak terus mendengar kata-kata Kevin yang menyayat hati, Ara keluar dari mobil. Ia berjalan menjauhi mobil Kevin. Sayup-sayup, ia mendengar suara Kevin dari kejauhan. "Temui kepala sekolah!"

avataravatar
Next chapter