webnovel

Pengawal Yu

YangLe mengibaskan tangannya membiarkan anak muda dengan pedang panjang bergagang biru dengan ukiran yang indah agar ia berdiri, pemuda itu mengangkat kepalanya melihat YangLe dan seseorang yang duduk di sampingnya, seorang pangeran muda dengan wajah berkilau bak permata yang sekejab menyilaukan matanya, wajah Hong yang sangat mempersona siapa saja yang baru pertama melihatnya.

"Wahh" tanpa sadar ia membuka mulutnya lebar.

BuAn memukul kepala belakang pemuda itu menyadarkannya.

"buk"

Pemuda itu sadar telah berbuat lancang, ia menurunkan kepalanya kembali.

"Maafkan hamba, h hamba YuTang, pengawal dari istana" suara pemuda itu mengenalkan dirinya dengan lantang dan semangat tinggi.

Hong hanya tersenyum melihatnya, ia baru melihat pemuda dengan semangat tinggi seperti itu di sini, jadi membuat ia ikut bersemangat "Heheheh hai kak YuTang"

Senyum manis Hong hampir menggoyahkan kaki YuTang yang kokoh tadi.

"Eh he" ia menelan ludahnya bulat, rasa gugupnya sejak tadi berdiri menunggu di depan pintu tidak ada artinya dengan perasaannya kini, tidak bisa digambarkan tapi lututnya sangat lemas bukan main, ia menggenggam erat sarung pedangnya dan harus berusaha keras menahan dirinya tetap kokoh berdiri.

.............

Ting ting ting.

Suara besi beradu terdengar samar dari kejauhan, hempasan angin dan daun yang berguguran tersabet senjata tajam di dekat area masuk hutan, terlihat dua orang pemuda melawan beberapa orang berpakaian hitam dengan sengit, musuh terus bermunculan dafri dalam hutan.

"Yang Mulia hati-hati!" ternyata Tao dan KaiLe terlibat pertarungan dengan musuh yang datang tiba-tiba menyerang mereka saat berjalan di jalan setapak hutan ErSan.

KaiLe dengan mudah menghempaskan pedangnya pada dua pria berpakaian dan cadar hitam yang merangsek maju ke arahnya tanpa henti.

"Tao dari mana orang-orang ini?" seru KaiLe, seingat keduanya tengah menyelidiki penemuan mayat yang diduga adalah salah seorang pemberontak oleh pejabat desa, saat keduanya menuju ke lokasi kejadian tanpa diduga keduanya diserang saat berada di atas kuda mereka.

KaiLe berdiri membelakangi Tao yang kerap melindunginya, walau sekuat apapun keduanya tapi musuh seperti tidak ada hentinya. Tao mengarahkan pedang panjang rampingnya pada seorang pria yang maju cepat ke arah belakang KaiLe, tanpa ia sadari musuh datang lagi dari sisi lain dan menyerang ke arahnya cepat, beruntung KaiLe berhasil menjatuhkannya kini.

"Awas Tao!"

KaiLe agak lengah hingga salah seorang musuh berhasil menyabet kakinya.

"Sheett!"

"Akh!" KaiLe merintih hampir terjatuh.

"Yang Mulia!" Tao yang mendengar rintihan tuannya dengan refleks mendekat dan langsung melumpuhkan musuh dengan sekali sabetan pedang panjangnya.

"Kurang ajar!"

Tak Lama kemudian.

Pejabat daerah datang dengan bala bantuan tepat saat para musuh yang tidak berhasil dilumpuhkan melarikan diri, Tao menurunkan tubuhnya di depan Kai yang duduk di atas kereta yang dibawa pejabat daerah, memeriksa luka di betis kirinya.

"Yang Mulia lukanya tidak begitu dalam tapi ini harus segara diobati atau tidak akan infeksi, sebaiknya kita kembali ke desa"

Pejabat daerah Tuan Po mendekat, beliau seorang pejabat setingkat bupati yang sebelumnya ditemui KaiLe soal laporan penemuan mayat menyerupai suku Pendeta sakti yang semua orang kenal sebagai bagian dari pemberontak negara, tapi, tubuh yang sudah kaku itu keburu menghilang sebelum Kai dan Tao menyelidikinya.

"Yang Mulia maafkan hamba karena terlambat datang, semoga Yang Mulia tidak terluka parah" hormat bupati Po.

KaiLe mengibaskan tangannya.

"Tidak masalah Bupati Po, untuk tubuh yang menghilang aku akan butuh laporan lengkapnya sejak mayat sudah menghilang dan kami tidak bisa menyelidikinya lebih lanjut"

Bupati Po menganggukkan kepalanya.

"Siap Yang Mulia, hamba akan siapkan"

Setelah bupati Po menjauh, Tao menegakkan tubuhnya melirik tuannya, sejak tadi Tao melihat KaiLe menggenggam sesuatu benda yang ditemukan di area pertempuran tadi.

"Yang Mulia"

KaiLe mengeluarkan tangannya, sebuah emblem perunggu dengan ukiran di tengahnya, sesuatu yang mungkin pernah dilihatnya di suatu tempat, Kai menarik napas panjang.

"Heh, Tao, apa kau sudah mempersiapkan pakaian untuk jamuan makan ulang tahun dua hari lagi? Sepertinya kita memang butuh mengunjungi seseorang yang sangat penting kali ini"

.............

Istana kekaisaran Hua.

Istana utama yang sangat megah, di aula tengah sudah banyak tamu istana yang berkunjung ikut merayakan ulang tahun Putra Mahkota yang ke dua puluh tujuh tahun. Suara keramaian obrolan dan gelak tawa para pejabat dan tamu istana di kursinya masing-masing, tarian khas para wanita cantik dengan pakaian tipis dan transparan dari negara kecil Ayunda yang menunjukkan lekuk tubuh mereka yang aduhai dengan iringan musik khas dari negara itu.

YangLe terlihat duduk di samping Ratu tak jauh dari Kaisar, walau acara ulang tahunnya begitu meriah tapi YangLe terlihat biasa saja, ia tidak begitu menikmatinya.

Ratu beberapa kali melihat putranya,

"Le'Er apa yang kau pikirkan? Apa makanannya tidak enak?"

YangLe menoleh, ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Ananda tidak apa-apa Ibunda, hanya memang akhir-akhir ini perut Ananda memang agak bermasalah jadi hanya makan sedikit, Ibunda tidak usah mencemaskan Ananda"

Ratu menepuk tangan putranya, wanita cantik itu melihat putranya dengan matanya yang terlihat agak cemas.

"Le'Er Ibunda akan mengirimkan ayam gingseng buatan ibunda besok ke istana Gao yah, Le'Er harus selalu menjaga kesehatan yah"

YangLe mengangguk.

"Tentu Ibunda Le'Er selalu menjaga kesehatan kok"

Acara semakin meriah, tarian terus dipertunjukkan dengan banyak penari cantik dan seksi yang didatangkan dari luar negeri.

Mata YangLe melirik sekitarnya, dan menemukan kumpulan penari cantik di pojok ruangan di mana terlihat seorang yang cukup dikenalnya dikelilingi oleh para penari cantik yang tertawa ceria.

"Hehehe Tuan Jendral bisa saja"

Pria tinggi gagah yang dipanggil jendral itu tak lain adalah jendral XiaLo, seorang jendral muda yang terkenal akan sifat mata keranjangnya, hampir semua wanita cantik lajang di negeri ini pernah didekati olehnya.

"Kalian cantik sekali, apa semua penari seperti kalian cantik begini yah?" Rayuan gombal jendral itu membuat para gadis muda itu tertawa malu.

"Hehehe Jendral bisa saja"

YangLe mengalihkan pandangannya, entah kenapa ia menaruh perhatian pada orang yang tak ingin dikenalnya itu, ia meneguk teh di dalam cangkirnya sekali habis.

"Heh"

###############

Next chapter