3 Chapter 3

"aku berangkat sendiri ya kak?"

Keningnya mengkerut sorot mata tajam Nathan melirik sinis adiknya.

"Mana mungkin aku membiarkanmu pergi sendiri?"

"Nanti kalau kakak mengantarku, kakak bisa telat kerjanya.!!"

"Kau ini, mana ada cafe buka di pagi hari?"

"Eh, iya juga" matanya meninjau ke atas seperti linglung.

...

Sampailah mereka di depan pagar sekolah, helmnya di lepas.

Luna melepaskan lilitan tangan di perut Nathan, menyisakan kehangatan di punggung bekas dada hangatnya yang sedari tadi melekat erat.

Aluna pamit mencium tangan dingin sang kakak, helm di atas kepalanya siap di masukkan kembali. Sesaat sebelum helm itu menyembunyikan paras sang kakak.

Luna menyodorkan bibir hangatnya tepat di pipi kiri Nathan, Nathan tak kaget lagi dengan ciuman itu.

"Dasar wanita genit, awas saja kalau kau mencium pipi teman lelakimu"

Umpatnya.

Aluna cengengesan lalu berlalu meninggalkan sang kakak.

Motornya di gas kencang berlari menapaki jalanan kota.

...

Kejadian di depan pagar itu sedikit menarik perhatian satpam penjaga sekolah dan beberapa murid lainnya.

Satpam itu menoleh ke arah Aluna yang berjalan santai melewati pintu pagar. Di matanya terlihat sosok gadis muda sangat menawan, paras putih sedikit berbaur ping , lekuk tubuh sensual menonjolkan sosok feminimnya dengan dada yang sesak oleh seragam sekolah yang telah di sempitkan.

"Waw.. ada barang bagus nih.. uuuh!!"

Matanya terus melototi dada si perempuan muda yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya.

Sama halnya, beberapa  murid lelaki yang beruntung ada di sekitarnya bisa menatap menikmati keindahan pada diri seorang perempuan yang berjalan menuju kelasnya , mereka larut dalam otak pemikiran kotor jauh menerawang kemana-mana.

Seketika itu Aluna menjadi buah bibir di sekolah.

...

Ketika ia menginjakkan kaki di ruang kelasnya, suasa yang tadinya ramai oleh obrolan-obrolan para murid, seketika itu suasana menjadi hening. mereka memperhatikan Aluna yang kebingungan mencari tempat duduk ,tengok kiri dan kanan mencari bangku yang kosong.

Untungnya ada seorang siswi duduk di baris ketiga dekat jendela kelas, melambaikan tangan padanya.

"Heii.. heii . Sini cantik..!"

Aluna segera berjalan menuju si siswi gendut yang memanggilnya.

Jalannya terlalu terburu-buru tak terlalu memperhatikan langkah kakinya, Aluna tak sengaja kakinya terselip di ujung kaki kursi yang sedikit menghalangi jalannya.

Dalam tayangan slow motion dapat di lihat, begitu kakinya terkena ujung kursi ...mulutnya  menganga sedikit demi sedikit, tubuh terdorong ke depan hendak jatuh ke lantai.

Namun di saat bersamaan seorang siswa di sampingnya langsung berdiri menangkap tubuh hangatnya yang akan jatuh telungkup.

"Bruukk"

Untunglah Aluna terjatuh di dekapan sang siswa yang menjadi landasan tubuhnya.

Ia telungkup di atas dada seorang siswa yang belum dikenalnya,

Wajah mereka memerah saat berpapasan begitu dekat.

"Ma .. maaf" ucapnya mendongakkan kepala menoleh si siswa.

"Sampaikan kau tetap di situ, aku tak bisa bernafas"

Bangun dari dekapan sang siswa yang masih telentang di atas lantai. raut wajah keduanya masih memerah karena sama-sama canggung.

"Aku pergi dulu"

"Hey, Berat sekali badanmu, pinggangku jadi sakit"

Aluna duduk di samping dekat jendela bersama teman gendutnya.

Si siswa memegangi pinggangnya, masih terasa sakit. Matanya masih melirik wanita yang menindihnya barusan.

..

"Kenalin aku maya" menyodorkan tangannya.

"Aku Aluna"membalas jabat tangannya.

"Kamu cantik sekali, kita berteman ya"

Aluna menyeringai memperlihatkan senyum dengan gigi kelincinya.

"Hhmm, tentu"

Maya melirik-lirik pakaian dan barang yang di bawa teman sebangkunya.

"Kok kamu udah pakai seragam aja?, mana topi kamu?"

"Emangnya kenapa dengan seragam aku?"

Ya tuhan nih anak cakep tapi bodoh juga, ucap Maya dalam benaknya.

"Kamu emang ga tau ya, kita ini mau pengenalan sekolah dulu, enggak langsung belajar sayang"

"Ha . Aku pikir langsung belajar "

Maya menepuk jidatnya sendiri

bener-bener ciptaan tuhan itu tidak ada yang sempurna

"Enggaklah kita pengenalan dulu, nanti kamu bisa di hukum loh sama kakak kelas"

"Ahh ga ada yang ngasih tau aku soal itu semua"

...

Pintu kelas di buka oleh seorang wanita berseragam sekolah, di bahunya memakai semacam pangkat berwarna hijau menandakan dia adalah senior di sekolah ini.

"Brakk"

"Ayo semua pergi ke lapangan!!!" Membentak para siswa, sembari memukul meja guru.

Para murid segera mengikuti perintahnya, berhamburan dari kelas berbaris rapi di tengah lapangan sekolah.

Sebagian para senior turun kelapangan sebagian lainnya memantau dari pinggir lapangan yang teduh.

Di tengah matahari yang mulai terik, mereka berdiri mendengarkan senior yang lantang berbicara di depan.

"Kalian sudah kami ingatkan, bawa perlengkapan yang sudah kami tuliskan kemarin, tapi masih ada yang seenaknya tak menggubris omongan kami, coba tolong cek kelengkapan semuanya!"

Beberapa senior masuk ke tengah barisan para murid, memeriksa isi tas yang di bawanya.

Wanita tadi yang menggebrak meja ikut pula memeriksa.

Beberapa murid yang tidak membawa kelengkapan tengah di seret ke depan lapangan.

Tibalah Aluna yang mendapat giliran untuk di periksa.

"Hey , kamu gak salah pakai seragam itu? Kau pikir kau telah diterima di sini?" Bentaknya.

"Maaf kak aku gak tau"

"Mana tasmu? Coba buka"

Kali ini ia tak mau menggubris omongan senior wanitanya.

Ia merengut ketakutan.

"Sini buka..!!!" Mulai memaksa.

"A ..Aku gak bawa perlengkapannya kak, maaf sekali lagi."

"Maaf maaf, iya sini aku mau lihat!!"

Aluna bersikeras tak ingin menunjukkan isi tas yang tengah ia pertahankan dalam pelukannya.

Tapi ia terus di paksa, wanita itu menarik-narik tas di pangkuannya.

Mereka saling tarik-menarik tas itu.

Hingga tak sengaja Aluna menarik tas nya kuat-kuat, tarikan tangan lainnya terlepas. Wanita itu pun tersungkur, dan bangkit lagi di singsingkan lengan bajunya.

"Berani ya, awas kau!!"

Tangan terangkat ke atas siap menampar pipi Aluna,

Sejurus kemudian ada tangan laki-laki yang menahan tangan si perempuan yang hendak menampar Aluna.

Di liriknya kebelakang, ternyata itu adalah siswa yang di tindih Aluna di kelas.

"Oh bagus sekali, kau sudah punya pacar rupanya!!"

"Tolong hukum aku saja kak Manda ..!!"

"Lepaskan tanganmu" tatap sinis nya.

Manda menarik kasar tangan yang di tahan oleh siswa itu.

Kejadian ini sangat menarik perhatian para senior yang ada di pinggir lapangan.

Seorang senior laki-laki berbadan tegap, hidungnya putih mancung berjalan dari pinggir lapangan.

Semua terdiam hanya langkah sepatunya yang terdengar.

"Tuk tuk tuk"

"Ada apa ini?, Manda menyingkir lah"

Tidak!! sesuatu yang buruk akan terjadi hari ini bila orang itu telah turun tangan, senior yang sangat di hormati dan di segani oleh seluruh murid bahkan gurunya pula.

"Bastian, kenapa kau repot-repot turun tangan" tanya kak Reno senior lainnya yang membuntuti Bastian dari belakang.

.

.

.

Cilincing 22 Juni 2022 03:55 am

avataravatar
Next chapter