webnovel

Chapter 34

"ayo cepat kita ruang depan"

Mamanya menggiring mereka keruang tamu untuk mendiskusikan isu yang beredar di rumah ini.

Aluna duduk di samping Mamanya Bastian . Isak tangisnya mulai memudar sesekali menyeka wajahnya menghapus sisa air mata.

Bastian duduk di samping kiri, meja di depannya memberikan jarak antara mereka.

"Bastian, mama sungguh tak menyangka kau sungguh keterlaluan."

"Mah, apa maksudnya, Bastian sungguh tak mengerti apa yang kita bahas disini..!!"

"Kau masih saja mengelak, apa susahnya kau mengakui perbuatanmu. Jadilah seorang lelaki yang bertanggung jawab."

"Tanggung jawab apa mah?"

Mamanya benar-benar menyangka Bastian telah melakukan hubungan suami-istri pada pacarnya sampai membuatnya menangis.

"Ah sudah mama tak mau dengar kamu mengelak lagi.!, Semuanya telah terjadi kau telah menodai kesucian gadismu ini."

"Hey, tunggu dulu mah. Tanyakan saja pada gadis itu. Apa aku pernah menjamah kesuciannya?"

Aluna hanya bungkam seribu bahasa, entah kejadian itu benar-benar terjadi atau kah tidak pernah. Ia sungguh tak mengingat apa-apa lagi setelah tak sadarkan diri.

"Bastian kau telah membuatnya tak sadarkan diri, bahkan kau memberinya obat perangsang. Apakah itu belum cukup?"

Perdebatan mereka hanya membuat hati Aluna  menjadi semakin lirih.

Tangis mata basah pun kembali terurai.

Pandangan mamanya Bastian beralih padanya.

"Tenang nak, Bastian pasti akan bertanggung jawab padamu. Tante akan memastikan hal itu. Tenang saja ya nak."

Bastian terjebak dalam situasi yang sangat rumit baginya.

"Sembarangan tega sekali menuduhku serendah itu."

"Cukup Bastian. Apa kau tidak pernah berpikir sebelum kau melakukan itu padanya?, Lihat bagaimana masa depan anak ini? Belum lagi beban yang harus ia tanggung di depan keluarganya. Mama bisa merasakan kesedihan itu. Maka mau tak mau kau harus segera bertunangan dengannya."

"Apa..!! Sejauh inikah cara penyelesaian persoalan ini ma?!"

"Iya, dan ketika gadis ini lulus sekolah. Kau harus segera menikahinya."

Mamanya terlalu jauh menanggapi persoalan ini.

Tak habis pikir hingga harus sampai menikah dengannya.

Bastian memang ada perasaan suka pada Aluna, tapi tak harus secepat ini caranya. Segera bertunangan dan setelah itu menikahinya pula selepas lulus sekolah.

Arah persoalan semakin rumit sukar dipahami.

Hanya dengan niat menolong gadis yang ia sukai, kebetulan gadis itu adalah gadis yang sering di sebut dalam mimpinya. Lalu ia membawanya ke rumah dalam kondisi tak sadarkan diri. ia pun malah terkena getahnya. Hingga harus segera bertunangan.

....

Pak Wijaya baru saja keluar dari kamar. Mendengar keributan di ruang tamu. Ia segera berjalan ke arah ruang tersebut.

Tak langsung masuk ke ruangan itu, pak Wijaya berdiri di depan pintu memperhatikan perdebatan mereka.

Alangkah terkejutnya ia mendapati seorang gadis yang sangat mirip dengan kekasih lamanya, hadir di tengah-tengah perdebatan mereka.

"Amelia.?"

Tapi gadis itu nampak lebih muda dari orang yang di kenalnya.

Ia memfokuskan pandangan pada sang gadis yang duduk di sebelah istrinya.

Gadis itu benar-benar mirip dengan Amelia, hanya tampak lebih muda dan dengan rambut lurus tergerai, berbeda dengan rambut Amelia panjang berombak. Namun keduanya sama-sama terlihat menawan.

Ia teringat ucapan Amelia ketika di kantor bersamanya. Dikatakan bahwa waktu itu dirinya telah hamil anaknya, namun ia menikah dengan sahabatnya sendiri. Karena dirinya telah pergi dengan waktu yang cukup lama. Amelia pun di usir dari kediaman keluarga Wijaya hendak meminta pertanggungjawaban.

"Ya tuhan, apakah dia anakku dari mantan kekasih ku?"

Pak Wijaya tak mau langsung menemui mereka, ia ingin mengetahui pembicaraan yang di bahas terlebih dulu.

Ia mendengarkan percakapan mereka, yang intinya bahwa sang gadis telah di nodai oleh anaknya sendiri.

Jlebb,

Ia sangat menyesali kejadian yang telah terjadi. Tapi menyesal bukan karena perbuatan sang anak lelakinya. Melainkan ia telah terlambat menemukan anak yang di kandung mantan kekasihnya.

Dan ia mengira bahwa gadis itu adalah darah dagingnya sendiri. Sialnya anak lelakinya telah menggauli si gadis tersebut.

Ini tak semestinya terjadi, maafkan aku nak. Bodohnya aku membiarkan anak lelakiku berhubungan badan dengan saudaranya sendiri. Pikirnya.

Pak Wijaya menyesal meratapi kemalangan yang telah terjadi di keluarganya. Ia memandang permasalahan yang terjadi adalah sebuah aib bagi dirinya. Tak tahu apa yang harus ia lakukan. Semuanya telah terjadi dan harus segera di akhiri sebelum semua masalahnya makin melebar.

Pak Wijaya berpikir cepat menanggapi permasalahan yang tengah terjadi.

Mau tak mau salah satunya harus ada yang di korbankan demi menjaga harkat martabat keluarga besar terhormatnya.

Ia lebih memilih untuk menutupi aib di keluarganya terlebih dulu, mengesampingkan anak perempuan yang di kira anaknya sendiri.

"Sungguh anak gadis yang malang, maafkan ayahmu ini yang terlanjur mementingkan ego sendiri. Mungkin di lain waktu aku akan membalas kesalahanku ini."

Pak Wijaya hendak membuat siasat di awal untuk mencegah supaya keluarga terhormatnya tak mengetahui bahwa gadis itu anaknya.

Ia berjalan santai ke tengah ruangan seolah tak mengetahui apa-apa.

"Pagi semuanya."

Semua mata tertuju pada orang yang menyapa mereka.

"Sayang kau sudah bangun rupanya."

"Iyah, ada apa ini pagi-pagi sudah ada keributan di rumah. Siapa gadis itu?, Kenapa kau menangis nak?"

"Sayang, duduklah dengar apa yang sedang kami bicarakan. Setelah itu aku serahkan semuanya padamu"

"Baiklah ada apa sebenarnya?"

Pak Wijaya rupanya pandai bersandiwara di depan keluarga, sama sekali tak menduga bahwa ia pandai menyembunyikan perasaan batinnya yang tengah rindu pada sang anak gadis.

Istrinya segera mengutarakan permasalahan yang terjadi sedetail mungkin pada suaminya. Dari awal kedatangan sang gadis hingga ia sampai menangis tersedu-sedu.

"Oh begitu rupanya.!"

Ekspresi suaminya tak seperti yang di harapkan sang istri.

Ia malah memandang sepele permasalahan yang baru diutarakannya.

"Baiklah kita tuntaskan permasalahannya sekarang juga"

"Ayah tak usah ikut campur dalam urusanku" sahut Bastian.

"Diam nak, biar aku yang menuntaskan permasalahan ini."

"Saya sangat mengerti dengan masalah yang kau hadapi, juga masa depanmu yang nampak kacau karena ulah anak Om, secara pribadi saya meminta maaf yang sebesar-besarnya."

Aluna menanggapi pernyataan ayahnya Bastian dengan mengangguk saja.

"Saya tak mau membuang waktu terlalu lama, masih banyak urusan yang lebih mendesak. Baiklah kita langsung saja ke intinya."

Istrinya mulai merasa tidak enak dengan suasana yang tiba-tiba berubah setelah sang suami mengambil alih permasalahan.

"Berapa yang kau butuhkan?"

Deg

Tak di sangka pernyataan itu keluar begitu saja dari mulut suaminya, ia nampak tak serius menanggapi permasalahan ini.

Istrinya sangat kecewa dengan sikap yang di tunjukkan oleh sang suami.

Mereka hampir tak percaya dengan apa yang di dengar. Tak sesuai dengan keinginan sang istri yang meminta Bastian bertanggung jawab atas perbuatannya dan segera bertunangan dengan gadisnya.

.

.

.

.

.

Cilincing 23-07-2022 04:27 am

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

TitikCahaya03creators' thoughts
Next chapter