33 Chapter 33

Eerrghhhh, terlalu banyak lelaki brengsek di dunia ini yang ia temui.

Kebencian terhadap orang di dekatnya semakin bertambah.

"Biarkan aku pergi, aku sudah tidak sudi lagi melihat lelaki kotor di dekatku. Errggghh..!!"

"Prang"

Melemparkan gelas yang ada di atas meja, mengenai kening lalu gelas itu jatuh ke lantai, serpihan kaca bertebaran di lantai.

"Dasar wanita tak tahu diri, hampir saja keperawanan mu direnggut olehnya. Kau malah melemparkan gelas padaku"

Ia meninggalkan Aluna sendirian di ruangan, sembari berjalan keluar memegangi dahinya yang mengucurkan darah segar bekas terkena lemparan gelas.

Aluna merenung memikirkan kata-kata terakhir yang di dengarnya.

"Jadi kehormatanku masih baik-baik saja, fyyiuuhh.. syukurlah."

Ia bisa sedikit bernafas lega mengetahui hal tersebut.

..

Bastian kembali ke balkon mengobati luka di keningnya sendiri.

Meski ia agak kesal atas lemparan gelas di dahinya, tapi ia tak sampai membenci gadis itu.

Ia bisa memakluminya, terlalu banyak persoalan yang terjadi antara mereka bercampur padu di benaknya.

Banyak persoalan yang membuat si gadis sangat membencinya.

Di sisi lain ia telah menduga bahwa gadis itu adalah gadis yang sering disebutkan dalam setiap mimpi berulang kalinya.

Rasa bersalah yang terus menghantui bertahun-tahun lamanya akan ia bayar tuntas kepada sang gadis.

belum sempat ia membayar rasa bersalahnya, perasaan suka pada sang gadis datang terlalu cepat di waktu yang salah pula.

Kenapa ia baru menyadari hal ini ketika sang gadis terlanjur membenci dirinya.

Tapi itu bukanlah suatu alasan agar ia bisa menghindar dari kenyataan.

Ia tetap harus membayar rasa bersalahnya apapun caranya dan bagaimana pun kondisinya.

..

Pagi hari yang cerah telah hadir, sang mentari menyinari taman indah di depan rumah sang pengusaha kaya raya. Pak Wijaya dan istrinya tak mengetahui bahwa dirumahnya telah kedatangan tamu seorang gadis cantik yang di bawa semalam oleh anaknya.

Kondisi Aluna telah benar-benar pulih, ia bisa berdiri tegak dan mampu berjalan seperti biasa.

Pengaruh obat perangsang telah hilang dari tubuhnya. Setelah beristirahat semalam di ruangan tempat ia di rawat.

Beranjak membuka pintu ruangan dengan mengendap-endap agar tak di ketahui oleh Bastian.

Begitu sampai di luar pintu.

Ia hanya melongo kebingungan, melihat begitu banyak ruangan dan jalan yang entah menuju ke mana arahnya.

"Apakah ini benar-benar sebuah rumah? Oh tidak, sepertinya aku bisa tersesat di dalam rumah ini."

Sang pelayan tua datang dengan membawa nampan yang di tutupi oleh penutup makanan yang terbuat dari stainless.

"Hendak pergi ke mana nona?, Tuan muda memerintahkan ku untuk membawakan ini untuk nona."

"Terimakasih sebelumnya, tapi maaf aku tak bisa memakan apapun dari yang di berikan oleh Bastian."

Aluna merasa takut di dalam makanan tersebut telah di campur sesuatu yang dapat mengulang kejadian semalam, jadi dia bersikap hati-hati dan waspada. Tak menutup kemungkinan Bastian termasuk orang yang bajingan juga karena ia pernah memaksanya untuk berciuman.

"Maaf saya hendak lancang terhadap nona, jadi tuan muda membiarkan anda untuk tak sadarkan diri terlebih dulu?"

Pelayan tua itu masih berpikir bahwa Bastian telah menodai kesucian gadis di depannya dengan cara di bius terlebih dulu.

Jlebb.

Perkataannya sangat menyakiti hatinya, telah termakan isu yang jelas sangat tidak benar. Justru sebenarnya Bastian lah penolong baginya.

ia tak tahu harus percaya pada siapa lagi. Benarkah demikian Bastian telah merenggut keperawanannya.

Dasar laki-laki semuanya brengsek, pikirnya dalam hati.

Ia pun tak tahan dengan apa yang telah di dengarnya.

Hanya ingin pulang ke rumah kembali pada pelukan keluarga tercinta, dan menumpahkan segala keresahan yang di alaminya.

Aluna berlari menelusuri koridor melewati pintu-pintu ruangan disampingnya.

Air matanya mengucur deras tak tertahankan, dihalangi oleh tangan kanannya yang menyeka air mata di wajahnya.

Langkahnya terdengar oleh sang nyonya dari balik kamar yang tertutup.

Mendengar langkah lari dan isak tangis dari seorang perempuan, nyonya itu pun keluar dari kamarnya.

Aluna mendapati jalan buntu di depannya, terdapat sebuah ruangan di ujung jalan.

Ia terduduk di depan pintu sembari sesenggukan membendung suara tangisnya.

"Hiks hiks hiks"

...

Sang nyonya bertanya pada sang pelayan tua yang lewat di depannya.

"Pak, siapa gadis itu?"

Pelayan tua itu mendekati nyonya dan berbicara dengan nada pelan.

"Sstt, nyonya. itu adalah pacarnya tuan muda."

"Bastian sudah punya pacar..!!"

Matanya terbelalak mendengar ucapan si pelayan.

"Sstt, iya nyonya. Tapi tuan muda sepertinya memaksakan sesuatu pada gadis itu."

"Apa maksudnya?"

"Maaf nyonya, tuan muda membuat sang gadis tak sadarkan diri. Lalu setelah di periksa dokter semalam, tubuh gadis itu banyak bekas cumbuan dari tuan muda."

"Haa..!!, Anakku agak kasar juga. Sama seperti ayahnya. Hihi."

"Sudah nyonya saya permisi dulu"

"Iya pak "

Isu tak jelas yang di buat oleh si pelayan tua segera menyerbak di kediaman pak Wijaya.

Nyonya sang pemilik rumah datang menghampiri Aluna yang masih sibuk dengan isak tangis.

Tangannya memegang bahu si gadis.

"Nak, sini kalau mau menangis"

Ibunya Bastian sangat memahami kondisi mental Aluna yang di kira telah merelakan keperawanannya direnggut oleh anak semata wayangnya.

Ia mengajaknya untuk berdiri, lalu merangkul tubuhnya erat-erat memberikan ketenangan dalam jiwa.

Lalu dengan kasih sayang dan belaian lembut di rambut panjang sang gadis, ia meminta Aluna untuk menumpahkan seluruh keresahan dan kegelisahan yang menyelimuti.

"Keluarin aja semua beban dan unek-unek mu sama Tante"

Aluna pun tak tahan lagi, ia menangis mata basah di pelukan seorang wanita yang baru di kenalnya.

Nyonya sangat kasihan dengan kondisi yang di alami Aluna.

Tak seharusnya di usia yang masih sangat belia harus rela kehilangan mahkota kehormatan seorang wanita. Harusnya Bastian ikut menjaga kehormatan dan kesucian gadis ini, bukan merenggutnya secara paksa.

"Tenang nak, tante akan memastikan anak tante untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya"

"Hiks hiks hiks" air matanya jatuh menghangatkan sisi leher tante yang mempererat pelukannya.

"Maafin anak tante ya,"

Klek

Pintu kamar di dekat mereka berpelukan terbuka. Sang anak yang menjadi biang keladi sumber permasalahan menampilkan batang hidungnya.

"Bastian... Plakk..!!!"

Bak sudah terjatuh tertimpa tangga pula, keningnya masih basah oleh luka yang telah di perban semalam, kini di tambah sebuah tamparan keras dari telapak tangan ibunya mendarat di pipi kanannya.

"Hhsstt,, aww"

Padahal baru bangun dari tidur, tahu-tahu sudah di tempeleng.

"Apaan sih mah?"

"Kamu tidak usah berpura-pura, liat gadis ini. Apa yang sudah kau perbuat semalam dengannya?!!"

Aluna masih sesenggukan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Ahh, masalah apalagi ini?"

Mamanya benar-benar telah termakan isu yang tak pernah dilakukan oleh anaknya.

..

.

..

.

Cilincing 22-07-2022 02:38 am

avataravatar
Next chapter