32 Chapter 32

Sudah pukul 03:45 am tapi Nathan belum menemukan keberadaan adik tercintanya.

Bu Amel sudah kelimpungan mondar mandir di rumah, beberapa kali terus menghubungi menanyakan perkembangan pencarian Aluna.

Nathan tak kenal lelah terus berusaha mencari jejak keberadaan mereka.

Di tengah perjalanan Bagas tiba-tiba menerima telepon dari Farel, padahal sudah puluhan kali menghubunginya namun tak ada jawaban. Dan sekarang malah ia yang menelpon.

Kepinggir jalan menghentikan laju kendaraannya,

"Halo Rel, lu dimana sih? Mana adiknya Nathan? Parah lu kecewa gue sama lu.!!"

Saking kesalnya ia mencecar sepupunya dengan banyak pertanyaan.

Farel yang baru tersadar dengan kondisi badan penuh luka hendak membuat siasat licik agar dirinya tak di salahkan dalam kasus ini.

"So, sory gas gue salah"

"Iya jelas lu salah"

"To, tolong dengerin gue"

"Gas, dengerin dia ngomong lu diem dulu " sahut Nathan.

"Iya, lu dimana?"

Bagas  me-loud speaker suara ponsel agar terdengar oleh Nathan.

"So sorry gas, Aluna di culik gue dah sempet ngelawan tapi gue yang abis."

Bagas menyadari bahwa sepupunya hanya pandai berkoar-koar dalam masalah perkelahian tapi kemampuan aslinya sangatlah nihil.

"Terus lu sekarang dimana?"

"Di rumah temen,"

"Alunanya gimana?"

"Dia di bawa sama orang yang badannya kekar, naik mobil sport mewah "

Tidak salah lagi itu adalah Bastian.

Mendengar ucapannya Nathan naik pitam, berani sekali orang itu membuat ulah terhadap adiknya.

Kenapa tadi pas ada orangnya Nathan tak curiga sama sekali.

Pasti ia nekad bertindak seperti itu setelah mengalami penolakan dari sang adik.

"Ok, kirim posisi lu dimana. Kita datang ke sana sekarang."

Mereka percaya dengan siasat licik yang di bangun Farel.

Menjadikan Bastian sebagai kambing hitam pada kasus ini.

Nathan kembali tancap gas memacu kendaraannya menuju rumah tempat Farel berada.

Selang beberapa saat mereka sudah tiba disana.

Mendapati seorang pria yang tak di kenal tengah terluka, bersama Farel yang merebahkan tubuhnya di sofa dengan badan yang penuh luka di sekujur tubuh.

"Ya ampun farel untung saja lu masih hidup."

"Sorry Than, gue gak bisa jagain adik lu dengan baik"

Nathan diam saja sambil memaklumi kondisi Farel.

Jelas ia kalah telak dari orang yang pernah berurusan dengannya.

Nathan pun pernah dalam situasi seperti yang di alaminya, babak belur dalam perkelahian hebat di ruang kelas melawan Bastian.

"Sudah bawa sepupuu lu ke rumah sakit, abis itu kita ke rumah bos bapak lu Gas ."

"Lu dah tau posisi adek lu?"

"Kita samperin rumahnya "

"Maksud lu ke kediaman pak Wijaya?"

Nathan tertunduk dan mengangguk tanda setuju dengan ucapan si Bagas.

Ia merasa bersalah telah membiarkan adiknya di bawa pergi bersama Farel. Berujung pada penculikan terhadap adiknya.

Namun untungnya Nathan sudah tahu pelaku si penculik.

Bergegas beranjak dari rumah itu, menuju rumah sakit untuk memberikan perawatan Farel yang hampir saja bisa mati di tangan sang penculik.

....

Di sebuah ruang medis tempat Aluna di rawat.

Suhu tubuhnya telah kembali normal, perlahan membuka mata.

Bangun dari tidurnya menoleh ke sembarang arah.

Celingak-celinguk kebingungan berada di tempat asing baginya.

Tangan memegang bagian kiri kepalanya yang masih terasa pening. Mencoba mengingat yang telah terjadi pada dirinya.

"Dimana aku?"

Terlintas di pikirannya kak Farel memberikan dua kaleng minuman soda, lalu merasakan pusing di kepala bagai berputar-putar.

Bayangan Farel yang mencumbu bibir manisnya teringat, setelah itu ia tak sanggup mengingat apa-apa lagi.

"Kau sudah siuman rupanya nona?!"

Suara pelayan tua membuyarkan lamunannya.

"Eh, iya di mana aku?"

"Anda berada di tempat aman, beristirahatlah sejenak."

"Tidak, aku harus cepat-cepat pulang ke rumah pak"

Ia beranjak dari tempat tidurnya,

Begitu ia hendak berdiri dengkulnya terasa lemas. Tubuhnya Ambruk di lantai, tak bisa menahan berat badannya sendiri.

"Gedebug, aduuh hhss.. aww.."

Lelaki tua itu menolong dirinya untuk kembali ke atas kasur.

"Anda sebaiknya tidak memaksakan diri nona, tubuh anda belum pulih benar. Efek obat bius dan perangsang masih bersemayam di dalam tubuh."

"Obat perangsang?"

Jadi dugaannya benar kak Farel yang di kiranya orang baik, ternyata lebih rendah daripada binatang.

"Tuan muda sepertinya sangat berhasrat pada diri nona rupanya."

Si pelayan tua mengira Bastian yang memberikan obat itu kepada Aluna.

"Tuan muda, tuan muda siapa yang bapak maksud?"

"Orang yang membawa anda kesini nona,?"

"Dimana dia?"

"Ah, kebetulan sekali ia menunggu kehadiran anda di depan balkon kamarnya, tapi karena kondisi anda kurang stabil saya akan memanggilnya untuk anda"

Terserah dengan apa yang di bicarakan si pelayan, Aluna hanya ingin secepatnya meninggalkan tempat ini. tapi ia butuh waktu sejenak untuk beristirahat agar bisa pulih dan berdiri kembali.

Sang pelayan tua meninggalkan ruangan itu. Menemui majikan muda di kamarnya.

"Permisi tuan, nona anda sudah sadarkan diri."

"Emm baiklah, tolong tinggalkan kami. Dan."

"Dan apa tuan?"

"Terimakasih telah menolongnya "

Pelayan tua itu mengerutkan keningnya, hampir tak percaya dengan ucapan yang barusan ia dengar.

Seumur hidupnya ia mengabdikan diri di keluarga Wijaya, baru kali ini ia mendapatkan ucapan terimakasih dari anak yang dari kecil telah ia rawat.

Ia pun tersenyum,

"Sama-sama tuan muda "

..

Kabar itu membuatnya sumringah, sang gadis telah siuman.

Namun disisi lain kini ia ragu apakah

si gadisnya itu akan menerima kehadirannya.

Sepengetahuan ia, gadis itu sangat membenci dirinya atas segala perbuatan yang pernah ia lakukan.

Terutama ciuman paksa yang pernah ia lakukan tempo hari, sampai-sampai ia harus berpura-pura mempunyai pacar demi menghindar darinya.

Dan akibat ulahnya, sang pacar pura-pura itu membuat kelakuan bodoh, memanfaatkan situasi yang ada, sampai-sampai Aluna mengalami percobaan tindakan pemerkosaan.

Sewaktu ia tak sadarkan diri.

"Apa dia masih marah padaku? Ah tidak mungkin dia masih marah, aku telah menyelamatkan dirinya. Dia pasti akan berterima kasih. Hehe" pikirnya.

Klek

Gagang pintu kamar terbuka, dari balik Pintu ruangan muncul sosok pria yang di bencinya.

"Apa kau sudah bangun?"

"Ah, kenapa kau ada di sini?"

"Yah tentu, aku penghuni rumah ini"

"Jangan mendekat,!!"

Aluna merengut agak ketakutan di dekati Bastian.

"Jadi serendah itukah kau bercinta dengan pacarmu itu?"

Nadanya terdengar begitu mengejek dan merendahkan Aluna.

"Apa maksudmu?"

"Yah, kau rela mengumbar tubuhmu demi bajingan itu?"

"Eerrghhhh, jaga mulutmu. Aku tak mungkin berbuat seperti apa yang kau ucapkan.!!"

"Hahaha dasar gadis bodoh, masih saja mengelak. Jelas-jelas aku yang memakaikan kembali baju yang kau kenakan. Ketika kau telanjang dada bersama keparat itu. Heuhh!"

"Apa, dasar kau sama saja bajingan."

Raut Aluna memerah setelah ia tahu bahwa Bastian sempat melihat ia telanjang dada ketika tak sadarkan diri. Pikirannya terlalu jauh menerawang membayangkan bahwa ia juga telah berbuat macam-macam pada tubuhnya.

.

.

.

.

Cilincing 21-07-2022 04:31 am

avataravatar
Next chapter