webnovel

Chapter 31

Bastian telah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.

Bergegas turun dengan terburu-buru dari mobilnya.

Ia langsung berlari menuju rumah yang telah ia intai dari kaca mobilnya.

"Hei siapa kamu?"

Tanya orang yang berjaga di ambang pintu.

"Dimana bajingan laknat itu?"

"Sialan pengganggu rupanya,"

Orang yang berjaga itu bertubuh kurus dan berbadan tinggi.

Sedangkan Bastian tinggi besar dan kekar.

Orang itu mengeluarkan sebilah pisau dari saku celananya.

Dan perkelahian pun tak terelakkan lagi.

Dia menyerang Bastian dengan pisau di genggaman tangannya, hendak menyabet pada leher sang penyelamat.

Bastian sangat sigap dan lincah, menghindari serangan pisau yang datang dengan membungkukkan badan. Lalu tegak kembali kepalan tangannya yang sudah gatal ia lancarkan di pipi si penjaga.

"Brak.."

Tinju kerasnya tepat mengenai sasaran, merontokkan gigi-giginya.

"Puahh, sialan"  memuntahkan darah bercampur gigi rontoknya. Dan bersiap memberikan perlawanan.

Pisau itu ia tusukan ke arah perut,

dengan mudahnya ia menghindar sedikit menarik badannya sendiri, pisau itu hanya mengenai baju bagian depannya saja.

Beberapa kali orang itu terus melancarkan serangan-serangan pada Bastian.

Selama itu pula Bastian berhasil menghindar dari serangannya, Bastian menangkis tangan si penjahat, lalu ia memberikan pukulan tepat ke dadanya.

"Bleukk.."

Si penjahat tersungkur mundur kebelakang.

Lalu bangkit berdiri lagi.

Bastian tak mau membuang-buang waktu hanya dengan meladeni si penjaga.

Ia ingin segera menuntaskan pertarungannya.

Bastian berlari kearah musuhnya lalu mengambil tolakan kaki menginjak paha, naik ke perut lalu dadanya dan di akhiri dengan tendangan salto di dagu si penjaga.

Badannya nampak melayang di udara berputar seratus delapan puluh derajat dengan posisi terbalik  kaki di atas kepalanya di bawah.

Dan memutar kembali pada posisi biasanya sembari melakukan pendaratan di atas lantai.

"Bruk"

Kakinya jatuh tegak di atas lantai.

Sedangkan si penjahat tersungkur dan menabrak dinding.

Dari mulutnya mengeluarkan darah, sembari pingsan tak sadarkan diri.

Bastian menoleh pintu kamar yang tertutup.

Ia mencoba membukanya tapi pintunya terkunci dari dalam.

Kakinya menendang pintu kamar supaya cepat terbuka.

"Brakkk"

Akhirnya pintu kamar terbuka, ia terkejut dengan pemandangan yang ada di dalamnya.

Seorang pria tengah duduk di atas perut sang kekasih tercintanya.

Ia telah melucuti seluruh pakaian atasannya, sehingga nampak sang gadis telanjang dada. Memamerkan dua gundukan indah di dadanya yang tengah di remas oleh si pria durjana.

Kemarahan Bastian semakin memuncak dengan apa yang di lihatnya.

"Anj*** , bang*** ..!!"

Farel menoleh ke arah pintu yang terbuka, muncul seorang pria kekar mendekati dirinya.

Bastian segera menendang batang hidung Farel.

"Brukk"

Farel tersungkur jatuh di pinggir kasur. Rembesan darah keluar seketika dari lubang hidung.

Segera berdiri untuk melawan orang yang barusan menendang wajahnya secara tiba-tiba.

"Woyy, siapa lo?!!!"

Bastian tak kenal basa-basi bila sudah terlanjur sangat marah.

Ia segera mendekati Farel, lalu menghujaninya dengan pukulan-pukulan keras.

Farel tak terlalu pandai dalam urusan berkelahi, ia pun seakan menjadi mangsa empuk bulan-bulanan amukan Bastian.

"Brukk, ahh"

Kepalan tangannya mengenai pipi, hidung, pelipis matanya dan semua bagian wajah Farel.

Tapi itu belum cukup.

Ia menghabiskan seluruh tenaganya dengan melakukan pukulan bertubi-tubi di perut Farel.

"Dudududug.. dug, jeduugg.."

Badannya terbungkuk memuntahkan darah. Pukulan bertubi-tubi dengan di akhiri satu pukulan tepat di tengah ulu hati.

Cukup membuat Farel ambruk terkulai telentang di sudut kamar.

Rasanya ingin sekali Bastian menghabisi nyawa musuhnya yang telah tak berdaya.

Naik ke atas perut Farel yang tergeletak di lantai.

Kembali menghujani mukanya yang telah babak belur tak karuan dengan bercampur darah.

"Mati saja kau, manusia biadab."

Bastian hendak melakukan pukulan paling kerasnya, telah mengambil ancang-ancang tinju keras siap di benamkan. Tapi,

"Uhuk uhuk uhuk," terdengar suara batuk dari Aluna yang menyadarkan dirinya yang tengah seperti orang kesetanan menghabisi musuh di bawahnya.

Pukulan itu tak jadi, ia sengaja mengenai lantai di samping wajah Farel.

"Arrhhh.., cuiihh"

Ia mengganti tinjunya dengan meludahi muka Farel yang telah amburadul tak karuan.

Bastian berdiri, menghela nafas memejamkan mata untuk menenangkan amarahnya yang berkobar-kobar.

"Fyyiuuhh,"

Menoleh Aluna yang telanjang dada di atas kasur.

Untunglah Bastian datang tepat waktu, bila telat sedikit saja. Mungkin keperawanan Aluna sudah kandas direnggut manusia brengsek itu.

Perlahan ia mendekati Aluna, memakaikan kembali bajunya yang terlepas dari tubuh putih mulusnya.

Tangannya nampak gemetaran ketika memakaikan bh di dada Aluna.

Tak sengaja jemari menyentuh pucuk kecil pusat keindahan berwarna merah muda.

Dadanya begitu putih dan telah basah oleh liur si bajingan tengik.

Beberapa tanda merah juga ia jumpai di permukaan gundukan kembarnya, bekas gigitan kecil ulah mulut kotornya.

Mulai dari detik itu Bastian bersumpah dalam benaknya, tak akan membiarkan siapapun boleh menjamah gadis itu. Ia akan selalu melindungi orang yang ia sayangi nya.

Setelah semua pakaian melekat kembali di tubuh si pemilik, pria kekar itu mengangkat badannya yang terasa panas lalu membawanya keluar dari rumah terkutuk.

Meninggalkan Farel yang tergeletak di sudut kamar penuh luka di sekujur tubuh.

Aluna di bawa pulang kerumahnya, untuk segera mendapatkan perawatan medis di tempat tinggal megah yang semuanya serba ada.

Termasuk ruang perawatan medis dengan segala alat-alat medis yang sangat komplit, beserta dokter pribadi yang selalu siap bertugas kapan pun.

.....

Pukul 01:15 bu Amel masih menunggu anak gadisnya yang belum kunjung pulang ke rumah.

"Kenapa Aluna belum pulang jam segini? Apa dia masih di kafe? "

Mengeluarkan ponsel menelpon anak sulungnya.

Nathan hendak pulang dari tempat kerja. Ia heran dengan panggilan telpon dari mamanya. Kenapa jam segini mamanya nelpon. Ada apa kira-kira?

"Halo mah, ada apa?"

"Nak, kok adikmu belum pulang? Kalian masih di kafe ya?"

"Apa mah? Aluna belum pulang?"

"Iya, udah jam segini belum pulang "

Sial, kemana mereka perginya.

Dasar tak bisa di percaya,

Nathan menyalahkan Farel yang tadi membawa adiknya pergi.

"Halo, Nathan?"

"Iya mah, aku mau cari tahu dulu Aluna ada di mana. Mama tenang aja di rumah."

"Iya sayang, tolong cepat bawa adikmu pulang. Mama sangat khawatir."

"Iya mah, Nathan juga khawatir."

..

Kemana mereka perginya,

"Than ada apa kok mendadak kayak cemas gitu?"

"Aluna belum balik Gas"

"Bukannya tadi pergi sama Farel ya"

"Iya, kamu kan tadi lihat sendiri adek gue pergi sama sepupu loe."

"Bukannya berburuk sangka Than, mungkin mereka terjadi sesuatu, gak mungkin sepupu gue gak bawa adek lu pulang cepat."

"Hah, bisa jadi sih. Tapi mudah-mudahan gak terjadi apa-apa sama mereka."

"Gue harap juga gitu.

Ya udah kita atur rencana buat nyari mereka "

.

.

..

.

.

Cilincing 20-07-2022 14:29 pm

oh iya kak, seminggu sekali update nya libur setiap hari selasa. ok.

TitikCahaya03creators' thoughts
Next chapter