27 Chapter 27

Bastian merasa jenuh dan bosan di rumah, apalagi dengan kehadiran orang tuanya. Ia ingin pergi ke suatu tempat yang pernah ia janjikan untuk di kunjunginya sore ini.

Sebelumnya ia berpikir untuk mengajak serta teman setianya, namun setelah di pikir-pikir lagi pasti ia akan menolaknya karena alasan takut. tempat yang akan di datanginya merupakan sarang para anggota gangster "Shanks".

"Baiklah kita lihat apa yang akan terjadi bila aku berkunjung ke tempat gadis incaranku."

Tangannya sudah ada di balik kemudi mobil sport mewahnya,

Lamborghini Aventador SVJ Roadster Grigio Telesto

Supercar dengan unit sangat terbatas ini memiliki banderol sebesar Rp 22 miliar! Mobil eksotis asal Italia dilengkapi dengan mesin berkapasitas 6.500 cc dengan konfigurasi V12.

Mesin powerful ini sanggup mengeluarkan tenaga 774 tenaga kuda yang disertai muntahan torsi sebesar 720 Nm di putaran mesin 7.250 RPM.

Tenaga bengis ini membuat Aventador SVJ sanggup berakselerasi 0-100 km/jam hanya dalam waktu 2,8 detik saja. Bahkan top speed-nya diklaim bisa menembus angka 350 km/jam!

"Broomm broomm"

Siap tancap gas, dan

"Ngeeeng" mobil sport mewah itu mengaspal di jalanan. Melesat dengan kencang.

Menarik perhatian setiap mata yang melihatnya.

Mobil itu sangat cepat, hingga tak perlu lama untuk sampai ke tempat tujuannya.

Orang-orang di dalam kafe nampak melirik ke arah parkiran.

Terlihat sebuah mobil sport mewah terparkir di sana.

"Woy, ada Sultan tuh dateng kesini.!"

"Mana, mana ? Oh itu."

"Keren banget ya mobilnya."

"Gila Sultan abis itu mah yang datang, hebat ya kafe ini sampai di datangi sultan segala"

Kedua pintunya terbuka secara otomatis dengan mengangkat ke atas.

Seorang pria berkacamata biru turun dari kendaraan mewahnya.

"Siapa tuh?"

"Tau, gue juga baru liat."

"Artis kali ya?"

"Bisa jadi sih, tapi itu bukan Revi Ahmad deh."

"Iya, mukanya beda. Kerenan dia. Haha"

"Sstt.. sstt"

Orang itu menoleh ke arah meja yang sedang di gunakan oleh Aluna.

Ia pun mendekati Aluna yang tengah asyik dengan drama di layar ponselnya.

Tanpa meminta izin terlebih dulu, ia duduk berhadapan dengannya.

Aluna tersentak tiba-tiba ia melihat seorang pria duduk di depannya.

Ia membuka headset di telinganya.

"Hey, siapa yang mengizinkanmu duduk di situ.?"

"Tempatnya sudah penuh nona, jadi aku bolehkan duduk di sini."

Sambil menjawab pertanyaan Aluna orang itu meraih cangkir minuman milik Aluna, dengan santai ia meminumnya sampai habis.

"Errggghh, itu minumanku.!!"

"Iya, sangat manis, sama seperti bibirmu "

Ia membuka kacamatanya.

"Kak Bastian,?!"

Raut kesalnya berubah menjadi khawatir setelah mengetahui bahwa orang di dekatnya adalah Bastian, orang yang membawa petaka bagi dirinya.

Aluna segera memelankan nada bicaranya, ia tak ingin orang yang mencumbu paksa bibir dan membuat tanda merah di lehernya di ketahui oleh sang kakak.

Agar tak mengundang kegaduhan bila ia sampai tahu bahwa orang brengsek itu kini ada di wilayah kekuasaannya.

"Mana pacarmu?"

"Pacar? Oh iya ya pacarku ya. Emm dia sedang kuliah kak. Iyah sedang sibuk dengan kuliahnya"

"Kuliah di hari Minggu?"

Aroma kebohongannya sudah tercium oleh Bastian.

Pasti ia hanya berpura-pura telah mempunyai pacar.

Aluna mulai salah tingkah dengan pertanyaan konyol itu.

Wajahnya memerah, dan tak tahu harus menjawab apa dengan pertanyaan yang menjebak.

"Ha ha ha, sudah akui saja dia bukan siapa-siapa bagimu. Tak usah berkelit. Nanti hidungmu tambah memanjang. Hahaha "

Senang sekali rasanya ia mempermainkan Aluna dengan perkataannya yang di selingi candaan.

"Kenapa kau begitu berani datang ke sini?"

"Untuk menemui kamu, apapun akan aku lakukan "

"Emmm, benarkah? Apa kakak tak takut kalau aku bilang pada kakakku bahwa kakaklah yang menyebabkan ini semua" sembari menunjukkan bekas merahnya yang di tutupi hansaplast.

"Oh silahkan saja, mati pun aku rela asal bisa di dekatmu."

"Huss ah, kakak ini terlalu berlebih-lebihan "

Aluna sengaja bersikap sedikit ramah pada orang yang di bencinya. Demi menghindari kejadian yang tak diinginkan.

Ia tak mau lagi melibatkan saudaranya dalam urusan pribadi.

Nathan sebenarnya telah mengintai gerak gerik orang yang duduk di depan adiknya.

Ia sangat kenal dengan orang itu. Orang yang pernah bertarung bersamanya.

Namun Ia tak melakukan apapun selama tak terjadi kegaduhan di kafe nya. Hanya memperhatikan mereka dari jauh.

"Jadi gimana?"

"Gimana apanya ih, gak jelas deh"

"Kau mau kan jadi kekasihku?"

"Hah?? Kekasih? Jangan harap, Sampai matipun aku tak akan pernah rela jadi kekasihmu."

"Benarkah? Ok aku akan liat seberapa lamakah engkau bisa sanggup menolak ku."

"Terserah..."

Sembari berpaling dari pandangannya,

Aluna meraih boneka beruang yang ada di atas meja, lalu memeluknya.

Bastian tersentak memandangi boneka beruang yang ada di pelukannya.

"Aluna..!!" Panggilnya

"Yah, apalagi kak?"

Bayangan-bayangan dalam mimpi berulang kalinya tengah hadir di pikiran Bastian.

Ia terperanjat memegangi kepalanya, seperti terasa pening mendadak di sebelah kepalanya.

Ingatan-ingatan masa lampau nya seakan ada di depan mata.

Boneka beruang kecil yang di pegang Aluna ikut terbawa dalam bayangan di otaknya.

Sosok seorang lelaki yang tengah sekarat, memanggil-manggil nama orang yang kini berada di dekatnya.

"Aluna, Aluna, Aluna".

Nama itu terus terasa memanggil dalam benaknya.

Ia benar-benar tak bisa mengendalikan diri.

Ia menjauhi wanita yang ada di depannya. Tak tahan dengan suara yang tak henti-hentinya terus berbising . Sampai-sampai ia harus menutup dua daun telinga dengan kedua tangannya.

"Arrghh, hentikan suara itu.. !!"

..

"Kak Bastian apa kau baik-baik saja?"

"Hhsstt, entahlah.! Ahh"

"Apa kau sedang sakit?"

"Tidak, tolong menjauhlah dariku"

Aluna heran dengan tingkahnya, padahal ia sendiri yang datang dan mendekati dirinya. Tapi sekarang malah ia yang memintanya untuk menjauh.

"Apa kau kecewa padaku? Ups."

"Ahhh, cerewet.. !!".

Beberapa orang yang memperhatikan mereka ikut keheranan dengan tingkah yang di lakukan oleh Bastian.

"Kenapa tuh?"

"Mabok kali?"

"Mabok apaan? Disinikan ga jual minuman alkohol"

"Iya ya, apa mungkin dia kumat kali"

"Ha ha ha , bisa jadi sih. Penyakit bawaan kayaknya sih."

..

Bastian sudah tidak tahan lagi dengan apa yang di rasakannya.

Ia pun berlalu begitu saja meninggalkan Aluna yang sedari tadi setia menemani perbincangannya.

"Aku harus pergi "

"Baguslah, kenapa tidak dari tadi?"

"Arrgghh,, kau ini "

"Eh , tapi kakak gak kenapa-kenapa kan?"

"Ga usah repot-repot mikirin aku, ini sudah biasa kok, hsstt arrgghh"

Bastian bergegas menuju mobilnya, lalu melaju meninggalkan tempat itu begitu saja.

Nathan segera datang menghampiri Aluna.

"Kenapa dengan orang itu?"

"Mungkin dia frustasi karena sudah aku tolak mentah-mentah kak, hihi"

"Oh seperti itu,

Tinggi juga seleramu."

"Ya begitulah kak,"

"baiklah aku harus kembali bekerja."

..

.

.

.

.

.

Cilincing 15-07-2022 00:20 am

avataravatar
Next chapter