webnovel

Chapter 18

Sampailah mereka di tempat yang telah di tunjukkan Aluna.

Mereka merapat ke sebuah tempat yang ramai dikunjungi oleh teman-teman kakaknya.

Tak lain tempat itu adalah kafe nya Nathan.

Mereka sudah di sambut oleh para pengunjung yang datang lebih awal.

"Wuehh halo bro..!!"

Ucap seorang yang berambut keriting menyodorkan kepalan tangan untuk di sentuh oleh kepalan tangan tamunya. Sebagai pengganti dari jabat tangan menyambut kedatangan seseorang.

Farel segera membalas kepalan- kepalan tangan yang di sodorkan padanya, di ikuti oleh Aluna melakukan gerakan sama membalas kepalan-kepalan tangan mereka pula.

Teman-teman Nathan yang lainnya agak sedikit iri pada Farel, kenapa dia bisa sampai datang bersama dan membawanya ke sini.

Sebagai catatan bahwa Aluna telah banyak di sukai dan digandrungi oleh teman-teman kakaknya, tapi mereka segan kepada Nathan.

Nathan dan Bagas sejenak menghentikan aktivitasnya, untuk memperhatikan kedatangan mereka.

"Wah ada tamu spesial nih"

"Ah Mau ngapain dia kesini?"

"Eh mungkin dia kangen kali sama kakaknya, hehehe "

Nathan agak sedikit curiga dengan kedatangan adiknya yang tiba-tiba, biasanya bila dia mau datang ke sini suka memberi tahunya lebih dulu.

Di tambah dia datang dengan Farel, padahal dia tak menyuruh untuk menjemput adiknya.

Mereka duduk bersama orang-orang yang menyapanya.

"Kayaknya ada yang abis ngedate nih?" Anton pria berambut keriting memulai percakapan.

"Ngedate apaan sih lu ton ga jelas, hehe"

"Iya nih kak Anton, ada-ada saja"

"Aduuhh huh, kemana aja cantik baru nongol. Aku kangen tahu"

"Kak Anton biasa aja sih, jangan lebay, hihi" sahut Aluna sembari tersipu.

"Bla bla bla bla..dst"

....

Nathan sudah tak perlu menunggu pesanan yang akan di pesan oleh mereka. Ia telah menyiapkan secangkir minuman coklat hangat kesukaan sang adik, di racik khusus oleh tangannya sendiri.

Kebanyakan orang yang datang adalah teman -teman sekaligus anggota "Shanks", mereka tak canggung-canggung lagi di kafe tersebut. Terkadang mereka meracik minumannya sendiri. Lalu membayarnya di kasir yang di jaga oleh "bosnya" yaitu Nathan.

Kafe itu bagaikan rumah kedua bagi mereka. Tempat kebersamaan berbagi kisah, senda gurau bahkan tempat mengatur strategi dan memecahkan berbagai macam masalah di tubuh gangster "Shanks ".

Sehingga tempat itu di beri nama "Shanks kafe"

Nathan mendekati mereka yang asyik bercengkrama, di sebelah tangannya membawa nampan berisi minuman.

Sedangkan tangan sebelahnya masih memakai "gendongan". Karena belum sembuh benar, tapi sudah di perbolehkan untuk beraktivitas.

"Eh Nathan ga usah repot-repot, biar gue aja yang ngambil" Farel berbasa-basi.

Nathan tak menghiraukan Farel, ia mengarahkan pandangan datarnya pada sang adik. Suasana agak canggung terjadi beberapa saat ketika Nathan menghampiri mereka.

Obrolan asyik terpaksa tertunda untuk beberapa sesaat.

"Cepat habiskan, abis itu pulang ya"

"Ih kakak, baru nyampe udah mau di usir aja, uuuhhh??"

Meski kesal dengan sikap sang kakak, namun ia tetap menghormatinya.

Ketika ia membagi minuman di nampannya, wajah sang kakak mendekati paras si adik.

Melihat pipi kakak berada di dekatnya, ia menyosor mencium pipi sang kakak.

"Mmmuuaacchh " tapi tak ada respon dari sang kakak, karena kecupan itu hampir ia lakukan setiap hari, untuk menunjukkan kasih sayang sesama saudara yang harus saling menjaga dan menyayangi.

Nathan pun sesekali melakukan kecupan di keningnya, ketika si adik sedang merasakan kegelisahan menghadapi masalahnya sendiri.

Atau bahkan ketika iseng-iseng melihat adiknya tertidur pulas atau mengagetkannya di kala tenggelam dalam lamunan.

....

Dari ujung seberang kafe, di dekat seorang penjual es cendol. Nampak seorang pria Kakak kelasnya Aluna yaitu Reno duduk di atas motornya yang terparkir samping gerobak cendol, sembari menikmati es cendol segar dalam gelas di genggamannya.

"Ssrruuppuuut. Ah"

Aroma pandan menyatu dengan gurihnya santan di guyur oleh manisnya gula aren Jawa asli, memanjakan lidah dan menghilangkan dahaga di tenggorokannya.

...

Pandangannya tertuju pada kafe yang ada di seberangnya.

Ia hendak mencari tahu tentang kafe itu, bertanya pada sang penjual es cendol.

"Pak, di ujung sana ada kafe ya pak?"

"Apa dek? Iya betul sekali. Ada kafe di sana mah" jawab si bapak lugu.

"Rame banget kayaknya."

"Iya, setiap hari kafe itu mah selalu ramai sama gerombolan remaja seusia adek."

"Oh begitu, padahal cendol bapak lebih enak ya. Hehe"

Si bapak penjual es cendol itu hanya tersenyum.

"Berapa semuanya pak?"

"Sepuluh ribu saja dek"

"Bungkus ya pak empat lagi..!!"

"Siap dek, tunggu sebentar ya"

Si bapak bergegas membuat pesanan dari Reno yang sepertinya sudah ketagihan dengan cendol nikmatnya.

Tak perlu lama-lama cendol segar telah terbungkus rapi,

"Ini dek,"

Reno mengambil selembar uang merah dari dompetnya, lalu menyerahkan seraya berkata.

"Gak usah di kembaliin ya pak uangnya, anggap saja itu tip dari saya."

"Ohhh, baik bener ya adek ini. Terimakasih atuh ya kalau gitu mah"

"Sama-sama pak"

Reno menyalakan mesin motornya hendak meninggalkan pedagang tersebut, namun si pedagang menghampirinya dan berkata pelan.

"Dek hati-hati ya kalau mau ke kafe itu, itu tempatnya para gangster."

Ia tercengang oleh ucapan si pedagang, mengetahui bahwa kafe yang di maksud adalah markas gangster "Shanks ".

Oh begitu rupanya, aku harus cepat-cepat memberi tahukan informasi ini pada penguasa sekolahnya.

"Ngeeeng.. " motor itu menyala di pacunya dengan cepat meninggalkan tempat itu dengan membawa cendol dan informasi banyak mengenai gangster "Shanks".

..

"Srruuppuutt,,legk legk legk.. ahh"

Tegukan terakhir di secangkir minuman coklat hangat milik Aluna. Ia sudah bosan dan jenuh dengan keramaian di tempat itu.

Ia berbisik pada farel yang duduk di sebelahnya.

"Sayang, kita pulang yuk."

"Apa? Gak kedengaran sayang?"

Teman-temannya yang duduk berbarengan terkejut mendengar Farel memanggil Aluna dengan panggilan sayang.

"Wah wah, tunggu tunggu dulu. Apa barusan gue gak salah dengar ya"

"Apa nton, lu bikin heboh aja."

"Barusan gue denger Farel manggil sayang sama Aluna."

Deg

Aluna panik dengan pernyataan teman kakaknya.

Ia menginjak kaki farel, sebagai isyarat untuk menyuruhnya membantah pernyataan itu.

"A.. apaan sih lu ton, makanya kuping lu tuh di korekin dulu. Biar ga salah dengar." Bantah Farel.

"Ah masa sih, sumpah gue barusan denger itu langsung dari mulut lu Rel. Kalian semua denger juga kan ?"

Namun tak ada yang menyetujui pernyataan itu.

"Itu mah emang dasar kuping lu aja kali yang salah denger" sahut teman lainnya.

"Apa iya kali ya gue yang salah denger?" Ucapnya sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Aluna sedikit lega, hampir saja rumor kedekatan palsunya tersebar namun keburu masih bisa di sembunyikan dengan baik oleh Farel.

.

.

.

.

Cilincing 05-07-2022 01:42 am

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

TitikCahaya03creators' thoughts
Next chapter