webnovel

Chapter 16

Laki-laki yang berjalan dengan sebelah kaki, menggunakan tongkat penyangga di kedua ketiaknya.

Senyum jahat di kedua ujung bibirnya tersungging,

"Ha ha, hari ini aku benar-benar puas dan lega" ujar Bastian.

"Sepertinya kau begitu senang hari ini Bastian?" Sshut Reno.

"Ya, akhirnya aku bisa membalas kesakitan ini"

"Ya, tapi caramu tidak terlalu berlebih-lebihan kah?"

"Aku tak peduli berlebihan atau tidak, yang penting aku sudah puas, kawan" senyum itu kembali menghiasi bibirnya.

Masih terasa di ujung lidahnya kenikmatan di bibir wanita yang di paksa berciuman.

Aroma nafas wangi, lidah lembut nan hangat serta liur manisnya membuat ia ingin mengulang kembali kejadian itu.

"Bagaimana kalau pacar nya kembali datang?"

""Aku akan meremukkan seluruh tulang nya"

Reno baru kali ini bisa melihat kembali temannya itu nampak sangat bergairah, bahkan sampai puas tertawa.

Ya mungkin wanita tadi yang di kecup secara paksa membuat suasana hati Bastian seperti ini.

Bila di bandingkan dengan dirinya yang jauh lebih beruntung daripada ciuman Bastian, Reno pernah secara langsung melihat keelokan tubuh si wanita. Ya ia pernah melihat belahan dada putih mulusnya yang hanya tertutupi BH saja.

Tapi ia memilih diam tak menceritakan tentang hal itu pada siapa pun, hanya dirinya dan sang anak baru yang mengetahui itu.

Nampak sesekali Bastian senyum-senyum sendiri, ketika pikiran nya melayang mengingat momen itu.

Anak baru itu memang unik, tapi ada yang kurang sepertinya. Sudah lewat hampir dua minggu dan banyak hal yang telah di lalui dengan melibatkan si wanita.

Tapi anehnya Bastian belum tau siapa nama wanita yang di cumbunya.

...

Aluna mulai bisa mengendalikan diri dari emosinya yang meluap pada tangisannya.

sangat tak terima dengan ciuman paksa yang baru di alaminya.

Ia bahkan sama sekali belum pernah berciuman atau pun mencium laki-laki lain selain dari mencium wajah sang kakak.

Membasuh muka di depan cermin, berkali-kali berkumur-kumur menghilangkan aroma wine yang tak sengaja tertelan melalui liur Bastian.

"Puahh.. puahh puahh"

Memuntahkan air yang di gunakan untuk berkumur.

Tapi aroma wine masih terasa.

"Iih, dasar laki-laki bejat, brengsek tak punya otak " umpatnya depan cermin.

Lidahnya masih kelu, akibat hisapan kuat sang lelaki.

"Aku akan menghabisi mu, liat saja. Puahh puahh..!!!"

...

Aluna melangkah meninggalkan toilet hendak menuju kelasnya kembali.

Di tengah koridor sekolah menuju ruang kelasnya ia kembali harus berpapasan dengan orang bejat itu lagi.

"Wah kebetulan, itu ada orangnya"

Berjalan cepat ke arahnya.

Tangan kanannya sudah gatal ingin memberi pelajaran pada si pria bejat. Mereka hampir bertemu muka sebentar lagi.

Ini dia momen pas untuk membalas, si pria tak di temani oleh sesama teman bejatnya.

Koridor itu juga sepi tak ada orang yang lewat.

Ketika mereka sudah saling berpapasan muka, Aluna mengayunkan tangannya di wajah sang pria.

"Plak.."

Tamparan keras dari tangan lembutnya tepat sasaran tanpa perlawanan, si pria malah memberikan pipi sebelahnya lagi.

"Nih, sekali lagi"

"Eeuugghhh,, plak" tamparan keduanya menyusul.

Aneh sungguh aneh tamparannya memang terasa sakit, namun tak membuatnya marah. Apalagi sampai membalasnya sama sekali tidak ada niatan untuk membalas tamparan di wajahnya.

"Masih belum puas?!, Ayo lakukan saja sesukamu"

Seolah mengejeknya.

"Plak ."

Punggung tangan gadis itu menambah merah pipi si pria di depannya.

Masih belum ada respon secara fisik yang di lakukan oleh nya.

Si gadis nampak kehabisan cara untuk membuat si pria kesakitan. Mengarahkan tinju di dada bidangnya,

Si pria hanya menatap wajah nya saja, tak peduli dengan tingkah yang di lakukan padanya.

Dimatanya wanita itu semakin cantik dan menarik perhatian, apalagi ketika sampai pada puncak emosinya. Paras cantik memerah tatapan mata kosong sembari memukul-mukul dada.

Membuat hasratnya bergejolak,

Ia segera meraih kedua tangan si gadis, mencengkeram di atas kepalanya. lalu memojokkan tubuhnya di dinding kelas.

Si gadis tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menundukkan kepala.

Kali ini Bastian melakukan ciuman paksa bukan karena ingin membalas perlakuan si gadis, melainkan ada rasa ketertarikan pada gadis itu.

Ya mungkin Bastian sudah tertarik dengan wanita di depannya.

ciuman pertama secara spontan pada sang gadis itu merupakan bentuk pembalasan atas perbuatan sang gadis. Semenjak ciuman yang terngiang di benaknya, perlahan perasaan suka pada sang gadis menyerbak di hatinya.

Ia mengambil kesempatan ini untuk menunjukkan rasa suka pada si gadis.

Ciuman kedua ini tak jauh berbeda dengan cara ciuman pertama. Namun di selingi kecupan kecil di leher sang gadis, menghisap kecil di beberapa titik sebagian leher jenjangnya. Menyisakan beberapa tanda merah yang kontras dengan warna putih lehernya.

"Dug," oh tidak si gadis menendang bagian tengah si pria.

"Aaaa," Bastian merasakan linu di bagian yang di tendang. Kedua tangannya melepaskan cengkraman tangannya. Memegangi area vitalnya yang terasa nyeri dan linu.

Kesempatan ini di manfaatkan dengan baik oleh si gadis. Ia kabur dari hadapannya. Meninggalkan si pria yang meringis kesakitan sembari memegang area sakitnya.

...

Bel berbunyi, jam pelajaran sekolah sudah habis.

Aluna cepat-cepat mengemasi barang-barangnya, tak mau ia tinggal lebih lama di dalam kelas.

Setelah semua perlengkapan sekolahnya masuk di tas.

Ia segera berlari menuju ambang pintu. Melirik ke kiri dan kanan untuk memastikan tak ada orang bejat yang mengikutinya.

Setelah dirinya merasa aman, ia berlari menuju pintu pagar gerbang sekolah. Membuka ponsel menelpon seseorang untuk segera menjemputnya.

...

"Dert dert dert"

Ponsel milik Farel terasa bergetar di sakunya.

Nampak nama "si cantik" memanggil.

"Halo cantik, ekhem ada angin apa nih tumben nelpon"

Padahal awalnya Aluna tak mau bertukar nomor ponsel dengannya. Tapi waktu itu Farel merebut ponselnya lalu memaksa untuk menyimpan nomor pribadinya.

Akhirnya berguna juga nomor itu di saat genting seperti sekarang.

"Halo kak Farel, sibuk gak?"

"Buat kamu mah selalu ada waktu kok cantikku"

"Emm, bisa jemput aku di sekolah gak kak?"

Yes, sebenarnya Farel juga hendak berinisiatif untuk menjemput dirinya. Tapi tak tahu kapan jam berapa ia pulang dari sekolahnya.

"Kapan nih mau aku jemput nya?"

"Waduh, aku belum siap-siap nih. Belum sempat mandi juga."

"Aaahhh, ga usah kak. Udah ganteng kok" bujuk Aluna di bumbui rayunya agar segera datang.

"Ok cantik, aku segera datang. Tunggu sebentar di depan gerbang sekolah ya.!"

"Iya kak, agak cepat ya, jangan lama-lama"

Farel menaruh kembali ponsel nya di saku celana.

Mencari kunci motornya yang berada di dalam kotak laci kamar.

Bangun dari tidur siangnya, tak lupa untuk menyisir merapihkan rambut pendek acak-acakan.

.

.

.

.

Cilincing 03-07-2022 04:33 am

Next chapter