1 Hime

Kicauan burung, mungkin terdengar seperti nyanyian bagi sebagian orang. Tapi sepertinya itu tak berlaku untuk diriku yang sekarang sedang ngebut di jalan.

Suara kicauan burung itu terdengar seperti ejekan karena terlambat berangkat ke sekolah.

Rasa takut akan hukuman membuatku lupa akan segalanya.

Sarapan yang sudah disiapkan, terlewatkan. Serta abangku yang daritadi nungguin pun juga ikut kelewatan. Terus berlari dan berlari. Semoga bisa sampai sekolah.

"Eh eh mbak, jangan lari larian atuh. Kek dikejar maling aja." kata pak satpam setibanya aku di gerbang sekolah.

"Belom bel kan pak? Saya belom telatkan?" tanyaku dengan nafas terengah.

"Belom mbak, kurang 10 menit lagi baru-"

"Oke pak, makasih."

Pak satpam itu kebingungan dengan apa yang terjadi pada diriku

~♥~

Seluruh kelas bersorak menyambut istirahat. Semuanya berlomba lomba menuju kantin. Tapi entah mengapa itu tak berlaku bagiku. Males aja gitu rasanya ke kantin.

Tiba tiba, aku merasakan ada aura yang mengerikan. Tapi aku tak merasa asing dengan aura ini. Makhlus halus? Oh tidak. Aura ini berasal dari manusia.

"Arellsya Nada. Ke kantin sekarang."

"Eh, yow bang." jawabku cengengesan.

Inilah abangku. Orang yang displin, cerewet, sekaligus menyebalkan. Dia paling tegas dengan prinsip "Makan Tiga Kali sehari".

Dengan diriku yang moody-an ini, aku sering membantahnya dan membuatnya jengkel setiap hari dan setiap saat. Adek jahanam emang :)

Abangku biasa dipanggil Reza, Arez atau Farez. Nama lengkapnya adalah Fareza Nada.

Nama kita sama kan? Ya karena kita kembar. Kembar tak seiras. Ngga kaya upin ipin, ehe.

Walaupun dia menyebalkan, tapi dia sayang banget sama keluarganya. Paling nurut dan patuh kalo sama papa mama dan paling tegas kalo sama aku.

Dia ga akan ngebiarin aku sendirian. Kemanapun, pasti harus ada dia. Karena menurutnya, aku adalah tanggung jawabnya. Dia selalu menjagaku apapun yang terjadi.

"Ke kantin sekarang."

"Santuy ae lah bang. Iya iya aku makan nanti."

"Btw, tau Akihito ga?" lanjutku.

"Dia tadi di panggil guru, napa?"

"Hehe, ada dikit urusan sama dia. Nantiakukekantinsamadia. Abangudamakankan?NahakumakansamaAkihitoajaya,bay." tuturku ala ala nge rap lalu nyelonong pergi menuju ruang guru.

Kutelusuri koridor redup di sekitar ruang guru. Tempat itu tak terkena paparan sinat matahari. Sehingga harua menggunakan lampu untuk tempat itu tetap terang.

Diujung koridor, terdapat sekumpulan geng pembuat onar yang selalu mengolok orang orang yang berlalu lalang.

Merasa tak baik, aku memutuskan untuk putar balik.

"Neng, sini kuy. Ngapain putar balik? Ayo sama abang sini." goda salah satu laki laki di geng itu.

Tak mau berlama lama, aku mempercepat langkahku. Namun tak kusangka, orang itu malah membuntutiku.

Aku panik dan ingin berteriak. Tapi aku ingat disini ada area ruang guru.

"Jauhkan tangan kotormu dari tuan putriku."

"He?" orang yang mengejarku menoleh ke sumber suara, termasuk aku.

"Hime, apa kau baik baik saja?" sumber suara tadi menghampiriku.

(Hime: Tuan Putri)

Plakk

"Goblok." aku pergi meninggalkan Akihito yang merintih kesakitan karena tamparanku tadi.

"Hime, tunggu. Jangan tinggalin Ouji Sama."

(Ouji Sama: Pangeran)

"Bodo. Gua bukan Hime, gua Arell."

Nahkan ngambek. Kebanyakan drama sih.

"Hime, tungguuuuuu."

-to be continued.

avataravatar