webnovel

Berikan Adikmu Padaku

Di ruangan temaram, desah demi desah bersahutan. Peluh kenikmatan mebanjiri tubuh sembari sesekali terdengar rintihan meminta lebih. Apa lagi kalau bukan aktivitas penyatuan tubuh dua insan merengkuh puncak kenikmatan.

"Oh, teruskan, Bos ...."

"Diamlah, dan puaskan saja aku malam ini!" rutuk pria bertubuh besar dengan kerutan yang mulai menghias di wajah.

Lelaki di atas tubuh wanita telah selesai menumpahkan gairah cintanya. Namun, kepuasan yang dia dapat tidak benar-benar memuaskan. Tampaknya dia butuh 'mainan baru'.

¤

"Kau tidak punya wanita baru?" Gustav lelaki yang baru selesai bercinta menanyai Madam Yin--pemilik tempat untuk dia 'bersenang-senang'.

Yin yang baru menaruh cerutu rokok mengangkat mata dari  lembaran uang pada Gustav. "Memangnya kenapa dengan yang tadi?" Matanya tampak memicing. "Aku sudah pilih yang paling bagus untukmu."

"Bagus apanya! Dia sudah terlalu sering melayani tamu. Carikan aku yang baru."

Madam Yin berusaha tersenyum meski dalam hati merasa jengkel. "Baik, untuk besok aku akan siapkan wanita baru untukmu."

"Aku tidak mau stok lama. Berikan aku wanita  aru atau aku cari tempat lain. Kau ingat, ya, aku selalu memberi uang tip besar di sini."

"Ah, iya. Aku mengerti." Madam Yin tampak takut Gustav akan pindah tempat. Lelaki 45 tahun itu memang salah satu tambang uang baginya. Kekayaannya melimpah dan tidak pernah puas pada sang istri. Makanya dia cari wanita lain.

"Besok aku akan cari wanita baru untukmu."

¤

Sekitar pukul enam pagi, Melati menaruh tumpukan baju kotor di atas mesin cuci.

"Cucikan bajuku, ya!"

"Aku bukan pembantumu, Kak." Dahlia menolak. "Setidaknya, kalau mau minta tolong gunakan cara yang baik."

Melati tersenyum miring. "Memangnya kau siapa, sampai aku harus bersikap sopan. Huh!"

Melati kemudian memperhatikan penampilan Dahlia dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Kampungan!" gumam Melati. "Jangan khawatir, Lia, nanti kalau aku gajian, akan kusisihkan sedikit untukmu, Ok!" Dia melenggang pergi. Masuk ke kamar, menutup pintu untuk lanjut tidur lagi.

Dahlia mengepal tangan kuat. Dia memang anak tiri di rumah ini. Apa itu berarti harus diperlakukan seperti budak?

"Lia!" Ela memanggilnya.

"Ya, Bu?" Dahlia menyahut seraya bergegas menghampiri.

"Siapkan sarapan. Ibu mau makan nasi goreng, pakai telur dadar. Sekalian kamu buatkan teh juga."

Tidak banyak kata, Dahlia segera melaksanakan apa yang disuruh.

¤

Melati dapat pesan singkat dari, Henrik. Dia bilang ada bisnis bagus untuknya dan bisa dapat uang instant cukup banyak.

Melati, perempuan penyuka perwatan dan segala macam barang mewah, mana mungkin menolak tawaran itu. Segera ia sanggupi ajakan Henrik.

Kafe Rock Sky meja 68, keduanya mengobrol sembari menyesap secangkir kopi.

"Aku sudah datang ke sini, jangan bilang kau cuma punya pekerjaan sampah."

"Cih!" decih Henrik ketika Melati sudah merutuk sebelum dia mulai bicara. "Tenang saja, aku ke sini bukan untuk memberi uang receh padamu, tapi uang yang benar-benar banyak."

Melati menaikkan sebelah alis. "Seberapa banyak yang kau maksud?"

Tanpa diduga Henrik mengeluarkan ponselnya. Dia tampak sibuk mengetikkan sesuatu. Tak lama terdengar nada pesan masuk di ponsel Melati.

"Cek di sana," pintanya seraya mengedik ke arah ponsel Melati. "Aku baru saja kirimkan uang muka untukmu."

Seketika Melati tersenyum gembira. Pekerjaanya sebagai staff jelas memikiki gaji yang kecil. Namun, dengan  sering-sering menerima pekerjaan dari Henrik, penghasilan sampingan justru jadi bisa lebih besar dari pekerjaan utama.

"Kau yang terbaik."

Henrik hanya tersenyum simpul ketika mendengar pujian dari Melati.

"Aku bisa kasih lebih, asal kau bisa lakukan apa yang aku pinta."

Melati mengagguk. Demi uang, apa pun bisa dia lakukan.

"Apa yang kau mau?"

"Berikan adik tirimu padaku."  Henrik memberi jawaban yang tegas dan singkat.

"Maksudmu, Dahlia?" Melati bertanya dengan alis yang berkerut dalam. "Untuk apa meminta adikku? Jangan bilang kau jatuh cinta padanya, ya!" Dia berbicara dengan nada meremehkan.

"Kau tahu, dia sama sekali tidak akan bisa menemanimu untuk bercinta sampai puas. Anak itu terlalu polos dan belum pernah bersentuhan dengan laki-laki."

"Justru itu!" Henrik tersenyum miring.  "Karena aku tahu siapa adikmu, makanya aku mau meminta dia untuk ikut denganku."

Melati semakin tidak paham dengan maksud ucapan Henrik. Sebelum ditanya olehnya, lelaki itu kemudian menjelaskan lagi.

"Tempatku bekerja sedang membutuhkan seorang gadis yang masih polos dan yang paling penting harus virgin. Aku lihat itu ada pada adikmu. Dahlia. Dia cantik, warna kulit cerah alami, tubuh langsing yang sempurna ...."

"Berikan dia padaku," sambung Henrik. "Nanti akan aku kasih imbalan cukup besar untukmu."

Melati menghela napas kasar. "Mana mau adikku bekerja seperti itu."

"Ya, terserah saja." Henrik mengangkat bahu. "Kalau tidak mau, aku akan tawarkan pada orang lain. Setidaknya, gunakan cara untuk membujuk dia lebih dulu."

Melati tampak mempertimbangkan.

"Akan ada imbalan cukup besar untuk kalian."

Melati membulatkan mata. Dari tatapannya mengisyaratkan kalau dia bertanya berapa banyak yang bisa Henrik kasih jika dia mampu memenuhi.

"Aku akan membayar dua ratus juta untuk harga adikmu. Bagaimana?"

Demi Tuhan sejagat Alam Raya, Melati langsung lemas mendengar kata dua ratus juta. Jelas itu bukan uang yang sedikit. Tinggal dia harus atur bagaimana adiknya mau menuruti perintah.

Tawa Henrik mengudara. "Wajahmu tidak bisa berbohong Mel, uang memang selalu bisa membuatmu tergiur."

Melati tidak menganggap itu sebagai hinaan sama sekali. Dengan percaya diri dia mengangkat sebelah bahu. Kenyataannya memang dia butuh uang untuk tetap cantik dan glamor di mana pun.

"Beri aku tempo satu minggu untuk bisa membawa adikku padamu."

"Oke, deal!" Henrik setuju

*

hai ini karya pertamaku di webnovel. semoga kalian suka dan jangan lupa tinggalkan kesan di lapakku ini, dengan memberikan komentar terbaik supaya aku lebih semangat untuk melanjutkan cerita ini.

terima kasih