webnovel

1.1 - Pintu Menuju Dunia Lain

Padang rumput 1 km di sebelah barat OPL W115

Pukul 1147, 31 Januari 2025

'Sedikit lagi, begitu kami masuk ke barisan pepohonan yang menjadi pintu masuk Desolate Land maka kami tidak perlu lagi mengkhawatirkan Black Eagle yang sewaktu-waktu bisa muncul.'

Reem tersenyum kepada Rui, adik laki-lakinya yang baru berusia 8 tahun, sambil mempererat genggaman tangannya.

Pagi ini Reem, Rui dan belasan anak lainnya sedang bermain petak umpet di pinggiran desa ketika bandit berkuda menyerang. Tanpa berkedip mereka membunuh lansia dan balita sebelum menggiring penduduk yang tersisa ke arah barat laut.

Orang tua Reem dan penduduk desa lainnya adalah pelarian yang menghindar dari pajak yang mencekik leher, kerja paksa yang tidak mengenal akhir, sentimen negatif dari penduduk mayoritas atau sebab-sebab lain yang membuat mereka tidak bisa meminta perlindungan dari otoritas setempat.

Karena itu sejak usia dini penduduk desa mengajari anak-anaknya bagaimana cara bertahan hidup di hutan dan kemana mereka harus pergi jika bencana menimpa desa mereka.

'Setelah tiba di barisan pepohonan kami harus segera membangun lubang perlindungan dengan pintu sekecil untuk mencegah Grey Wolf masuk.'

'Besok siang barulah kami pulang ke desa untuk mengambil bekal dan peralatan yang mungkin tersisa lalu tinggal di hutan untuk sementara. Karena untuk beberapa minggu kedepan para bandit berkuda sesekali masih akan datang ke desa untuk memeriksa situasi.'

Sungguh miris ketika membayangkan anak perempuan berumur 12 tahun harus memimpin belasan anak yang lebih muda dan berusaha menjaga mereka tetap hidup dibawah ancaman binatang buas atau ancaman lainnya, tapi itulah kenyataannya.

Reem sendiri merasa gentar dan takut. Tapi ia sadar kalau ia sampai menyerah maka harapan adiknya dan anak-anak lain untuk bertahan hidup akan pupus.

'Jangan menyerah dan kuatkan hatimu.'

Berulang-ulang Reem mencoba menguatkan hatinya, namun air mata pada akhirnya mengalir deras dari kedua matanya.

"Big Sis, jangan menangis, kami akan membantumu dan tidak akan nakal."

Rui mencoba menguatkan kakaknya yang mulai terisak, diikuti anak-anak lain yang semakin mendekatkan diri kepada Reem. Karena saat ini, hanya Reem-lah yang bisa mereka jadikan sebagai tumpuan.

"Aku tahu, jangan khawatir kita akan baik-baik saja."

Reem mengusap air mata yang membasahi pipinya sebelum memandang belasan anak yang mengikutinya sambil berusaha tersenyum.

Reem dan belasan anak lainnya akhirnya tiba di bibir barisan pepohonan, dan hampir saja menjerit ketika seorang pria dengan pakaian serba hijau yang dipenuhi ranting serta ilalang tiba-tiba bangkit berdiri di hadapan mereka.

"Nak, tempat ini sangat berbahaya dan bukan tempat bermain. Segeralah kembali ke rumah kalian."

Dengan nada seramah mungkin sang pria mengingatkan belasan anak-anak yang mencoba melintasi Outer Protection Line yang dijaga regu-nya. Namun belasan anak di hadapannya hanya terdiam, lalu beberapa diantaranya mulai terisak.

Reem tertegun untuk sesaat sebelum berkata.

"Bandit berkuda datang ke desa kami, membunuh Tetua Hipp, Tetua Mick, para lansia lainnya dan para balita. Mereka membawa pergi orang tua kami dan penduduk lain, dan beberapa bandit berkuda akan bersembunyi di desa setidaknya hingga besok pagi untuk menunggu anak-anak atau penduduk yang akan kembali."

" . . . "

Kini giliran pria dengan pakaian serba hijau yang tidak tahu harus berkata apa. Dalam protokol yang diterimanya tidak ada prosedur yang dapat dijadikan panduan jika ia mengalami situasi seperti saat ini.

"Jika kami kembali sekarang bandit berkuda akan menangkap kami. Paman ijinkan kami tinggal di hutan ini untuk sementara waktu. Kami tidak akan nakal dan tidak akan mengganggu paman."

'Sial! Kenapa situasi seperti ini muncul ketika aku bertugas. Jika aku menghubungi Pusat Kendali Operasi, mereka pasti tidak mau ambil pusing dan memintaku untuk mengusir anak-anak ini begitu saja.'

"Apakah kalian tahu bagaimana cara bertahan hidup di hutan? Karena hal tersebut bukan hal mudah untuk orang dewasa, apalagi untuk anak-anak."

"Tentu saja."

Melihat secercah harapan, Reem segera mengangguk mantap sebelum memberi penjelasan.

"Sejak umur empat tahun kami sudah diajari bagaimana cara bertahan hidup di hutan."

"Sersan, mereka tidak akan berhasil bertahan hidup di sini."

Sekonyong-konyong, pria lain yang juga berpakaian serba hijau dan penuh dengan rumput dan ilalang bangkit berdiri tidak jauh dari hadapan Reem dan anak-anak lainnya.

Namun Reem tidak sempat merasakan kekagetan di hatinya, ia terlanjur tenggelam dalam kekhawatiran kalau ia dan anak-anak lain akan diusir.

Kalau ia sampai tidak diizinkan tinggal di barisan pepohonan di pinggir Desolate Land, maka ia tidak tahu lagi harus pergi kemana bersama anak-anak lainnya.

"Paman, kami pasti berhasil, percayalah, kami mohon . . ."

Reem mencoba menjelaskan lebih jauh, tapi kedua pria dihadapannya menggeleng perlahan sebelum menghela nafas dalam-dalam.

Reem pun panik, lalu mulai terisak bersama anak-anak lainnya.

- - - - -

4 km lepas pantai barat daya Benua Antartika

Pukul 21.30, 14 Januari 2025

Sebuah kapal kargo dengan kapasitas 18.000 ton buang jangkar sementara muatannya diturunkan ke atas puluhan LCAC.

Umumnya kapal kargo membawa muatan dalam bentuk kontainer, namun muatan kapal kargo yang sedang lego jangkar semuanya dikemas dalam palet dan rangka kayu dengan berbagai ukuran serta dibungkus plastik tebal berwarna buram.

Tiga puluh menit berlalu sejak Jack yang merupakan kepala mekanik mengamati aktivitas bongkar muat, dan ia tidak bisa lagi menahan rasa penasaran di hatinya.

"Kapten, di atas kertas muatan yang kita bawa adalah milik Stasiun Penelitian Amerika, jadi kenapa mereka tidak meminta kita berlabuh di McMurdo Station yang dilengkapi dengan pelabuhan? Toh jaraknya tidak jauh dari sini."

Kapten Morgan mendesah dalam-dalam sebelum menjawab.

"Jangan banyak bertanya, ini bukan pertama kalinya kita membawa muatan ke lokasi yang tidak sesuai dengan dokumen resmi."

Jack seketika memanyunkan bibirnya dan memutuskan untuk tidak bertanya lagi.

Kapten Morgan sendiri sebenarnya juga penasaran. Karena tidak ada satupun bangunan atau cahaya yang tampak dari posisinya meski ia sudah mengamati daratan menggunakan teropong malam jarak jauh.

- - - - -

Marie Byrd Land, padang es di sebelah barat daya Benua Antartika.

Dengan terampil Sersan Reine mengemudikan LCAC 05A3 yang merupakan bagian dari Transport Team ke-27, melewati padang es yang maha luas.

Label yang tertera menunjukkan kalau 5 palet yang ia bawa adalah truk ringan. Namun berdasarkan pengalamannya selama di USMC, ia tahu kalau muatan tersebut adalah AH-1Z Viper. 

Sersan Reine juga sadar kalau selusin palet sebelumnya adalah humvee, sedangkan lima paket pertama adalah LAV. Tentu saja Sersan Reine tidak sembarangan menyuarakan isi hatinya. 

Setelah 30 menit melintasi padang es, Sersan Reine akhirnya melihat gerbang besar di kaki sebuah bukit.

Hampir sepanjang waktu gerbang di bawah bukit tersebut tertutup rapat dan tersembunyi di balik es. Hanya saat ada kiriman kargo saja gerbang tersebut akan terbuka lebar.

Dengan luwes LCAC 05A3 memasuki gerbang, lalu menyusuri terowongan berliku-liku sepanjang 8 km yang dijaga oleh batalion sentry bersenjata berat.

Waktu terus mengalir dan Sersan Reine akhirnya tiba di kompleks bawah tanah yang terang benderang, maha luas dan didukung dengan peralatan modern.

Sesuai label yang menempel pada paket, Sersan Reine membawa muatannya ke Maintenance Depot D7, yang merupakan satu dari sepuluh bengkel pemeliharaan aset udara.

Setelah melakukan serah terima, untuk sesaat Sersan Reine memandang langit-langit di atasnya sambil menghela nafas dalam-dalam.

'Jika aku bercerita kalau tempat ini bukan bumi dan dua lantai di atasnya adalah pangkalan militer setara Andrews AFB, sembilan dari sepuluh orang yang mendengar ceritaku pasti akan mengira aku sinting.'

Sersan Reine lalu kembali menghelas nafas dalam-dalam sebelum memandang terowongan yang menghubungkan bumi dengan dunia asing yang menunggu untuk dijelajahi.

'Aku harus bergegas, masih banyak muatan yang harus diturunkan.'

- - - - -

Ruang XO, Lt.4 Ged. Utama, Harley Quine MOA.

Pukul 1540, 23 Januari 2025

Executive Officer (XO) Lucan 'Vex' McGuire menyesap kopi ketiganya sebelum memandang dua dokumen di hadapannya. Dokumen pertama berjudul Operasi Southeast Triangle. Sedangkan dokumen kedua berjudul Daftar Sementara Aset TF Amethyst.

Setelah melakukan peregangan kecil, Vex lalu membuka Daftar Sementara Aset TF Amethyst. Ia melewati beberapa halaman terdepan dan langsung menuju ke bagian perlengkapan berat.

===//===//===//===//===

Humvee

680 unit M1151 Ripper

240 unit M1152 Personel Carrier, Cargo 

50   unit M1152 Ambulance

. . .

. . .

8x8 unit Light Armored Vehicle

20 unit LAV Shorad

12 unit LAV Mortar

4   unit LAV Command

2   unit LAV Recovery

2   unit LAV Logistic

. . .

. . .

Artileri

140 unit M120 Mortar 120 mm

56   unit M777 Howitzer 155 mm

28   unit MTV SPH 155 mm

28   unit MTV MLRS 122 mm

56   unit MTV Ammo. Carrier

. . .

. . .

Helikopter / Till-rotor

32 unit CH-47 Chinook

18 unit AH-1Z Viper

12 unit UH-1Y Venom

12 unit OH-58D Kiowa Warrior

10 unit MV-22 Osprey

. . .

. . .

Pesawat Bersayap Tetap

56 unit C-130J Hercules

14 unit KC-130J Tanker

18 unit P-8 Poseidon

18 unit F/A-18E Super Hornet

6   unit F/A-18F Super Hornet

. . .

. . .

Pesawat Tanpa Awak

16 unit MQ-9 Reaper

. . .

. . .

Jaringan SAM

12 unit Tamir Air Defense System (ADS)

. . .

Light Armored Tracked

0 unit M113 Shorad

0 unit M113 Command

0 unit M113 Mortar

0 unit M113 Recovery

0 unit M113 Ambulance

. . .

. . .

===//===//===//===//===

Begitu ia mendapati kalau LAV (Light Armored Vehicle) yang diterima baru 20% dari jumlah yang diajukan, sementara untuk M113 belum ada satupun yang tiba, Vex segera mendesah panjang.

"Sepertinya aku harus menulis ulang Operasi Southeast Triangle."

*****

Halo, author di sini.

Sekedar notif kecil, seandainya ada yang akan membaca karya ini, demi kenyamanan Pembaca yang budiman saya sarankan untuk membaca versi Inggrisnya.

Terima kasih.

Tropic_Pandacreators' thoughts
Next chapter