20 eps 20

Pluerp memandangku.

"Apa kau akan kembali ke bangunan itu?" tanya Pluerp.

"Tidak, sepertinya aku akan pergi ke suatu tempat"

"Kemana? Aku dan Pyet akan mengantarmu sampai ke tempat itu meski jalan kaki. Aku takut kau sulit berjalan"

Benar kata Pluerp, tubuhku masih perih tapi aku harus berusaha sendiri.

"Terima kasih Pluerp tapi aku akan berjalan sendiri.

Bukankah kau yang bilang sendiri aku tak boleh percaya siapa pun yang ada di sini termasuk dirimu?" jawabku tersenyum.

Pluerp terdiam lalu mengangguk dan tersenyum.

Aku berjalan sendiri, dengan bantuan kayu yang kutemukan di rerumputan tadi. Dan untunglah aku masih ingat jalan menuju rumah keluarga Airn, aku akan meminta bantuan Laq untuk mencari kakak. Tak bisa! Pluerp bilang aku tak boleh terlalu percaya pada siapa pun. Aku akan ke Perpustakaan untuk mencari informasi. Tunggu, tapi bagaimana caraku masuk? mereka pasti akan curiga aku pergi ke sana sendiri. Tak apa, itu tak penting, yang terpenting sekarang kakak, aku yakin kakak masih hidup, aku harus mencarinya lalu kita pulang bersama.

"Nona? Nona ada apa?" seorang perempuan bergegas menghampiriku, aku ingat dia perempuan yang menata rambutku waktu itu.

Ia memapahku masuk ke dalam rumah, sepi, pasti Nyonya Airn ada di Sekolah, tapi apakan dia belum tau tentang kakak? tunggu, atau mungkin semua tentang kakak sudah dilupakan?

"Anu-"

"Nona bisa memanggil saya Kesy"

"Kesy, apa setiap hari rumah ini sepi?"

"Benar, tapi saya senang hari ini nyonya, tuan, dan nona pulang. Tapi ada apa dengan nona kenapa sudah sampai sendiri? apa yang terjadi?"

"Kesy, kau, kau tau dari mana kakak akan pulang?"

Apa ini? kenapa begini? kakak pulang? apa maksudnya?

"Kemarin ada surat dari nyonya sore ini beliau akan pulang. Tunggu sebentar nona, saya akan mengambil camilan dan teh" ucap Kesy pergi meninggalkanku di kamar sendiri.

Apa aku sedang bermimpi? jadi ini, ini apa yang sebenarnya sedang terjadi? aku harus bagaimana?

Sudah berapa menit berlalu Kesy belum datang, mungkin camilannya masih belum siap, aku akan tidur sebentar di sini, tubuhku masih perih dan lelah.

---

Tok Tok!

Aku terbangun terkejut mendengar suara ketukan pintu, benar, aku di rumah keluarga Airn.

"Permisi nona, ini saya Laq"

Aku segera menuju pintu dan membukanya, benar itu Laq, mungkin Kesy memberitaunya

"Ada apa Laq?"

"Makan malam sudah siap nona, apakah nona mau makan di meja makan atau saya antar kesini?"

"Aku akan ke meja makan"

"Baik nona, akan saya siapkan"

Apa aku sudah bangun dari mimpi? itu artinya nyonya Airn dan kakak sudah datang, aku harus cepat, aku rindu kakak!

Kosong? kakak dimana? dan mejanya kosong, tak ada makanan satu pun diatasnya, itu tak penting, Laq dimana? ada apa ini? tadi Kesy sekarang Laq juga?

Aku berjalan menuju dapur, tak ada siapa pun di situ.

"Halo, apa ada orang di sini?"teriakku di sepanjang lorong kamar.

KLEK

Krieet..BRAK

Meski badanku masih sedikit perih tapi aku berlari kecil menuju sumber suara, itu berasal dari pintu depan!

Nyonya Airn? dan..itu..kakak yang dibopong Laq?

"Gamoshi? Bagaimana kau sudah di sini lebih dulu?" suara nyonya Airn tak kuhiraukan.

"Itu..kakak..apa yang terjadi?"

"Dia terluka lalu pingsan saat mencarimu"

Apa? mencariku? kakak benar-benar masih hidup?

Kakak dibawa ke kamarnya untuk diobati, aku berjalan di belakang mengikuti nyonya Airn dan Laq yang membopong kakak.

Laq meminta maaf karena tadi sudah meninggalkanku dan belum jadi menyiapkan makan malam, lalu ia menyuruhku untuk makan malam terlebih dulu di ruang makan tapi aku bersikeras ingin menjaga kakak di kamarnya. Pada akhirnya Kesy datang membawakan makanan ke kamar kakak untukku, ia bilang aku harus makan banyak karena siang tadi aku sudah terlanjur tidur sebelum sempat makan camilan. Jadi Kesy tidak hilang tapi aku yang terlalu lelah untuk menunggu terlalu lama.

"Jangan terlalu khawatir, sebentar lagi ia pasti siuman" nyonya Airn mengusap kepalaku lalu keluar meninggalkanku sendiri bersama kakak.

Aku duduk diam di sebelah tempat tidur kakak. Ini benar nyata kakak, lalu yang terjadi saat itu juga nyata atau bukan? Banyak sesuatu yang kupikirkan, aku ingin segera pulang bersama kakak.

"Ochi?" aku terbangun saat merasakan tanganku disentuh.

"Kakak!" tanpa sadar aku langsung memeluk kakak.

"Ahk! tunggu Ochi"

"Punggung kakak sakit?"

"Ini benar Ochi adikku? aku yakin kau pasti masih hidup" kakak tersenyum dan balik memelukku.

"Ahk!" sial punggungku juga masih sakit padahal aku ingin dipeluk kakak.

"Ternyata kita berdua terluka di tempat yang sama" kakak tertawa kecil.

"Tunggu kak, aku akan buatkan sesuatu untuk kakak"

Aku ke dapur, tak ada seorang pun di dapur. Baiklah aku akan membuat bubur sederhana untuk kakak.

"Kakak" aku masuk ke kamar kakak membawa nampan berisi semangkuk bubur dan air putih hangat.

Kakak makan sedikit, mungkin badannya masih belum membaik yah setidaknya sudah makan sedikit.

Aku sempat mengurungkan niat untuk bercerita pada kakak saat melihat kondisi kakak belum membaik tapi kakak memaksaku dan bilang bahwa ia sudah biasa melihat tubuh manusia penuh darah jadi aku menceritakan semuanya, mulai dari aku terbangun di gundukan tubuh manusia sampai aku berakhir menuju rumah ini dan benar saja kakak tak terlihat seperti mual atau semacamnya.

"Kak aku akan mengambil akar seluess di taman lalu ayo kita segera pulang tak perlu ke asrama lagi, di sana sudah tak aman"

"Maaf Ochi sebelum pulang aku sebagai ketua OSIS harus menyelesaikan masalah ini dulu" kakak mengusap rambutku.

"Jangan sedih, kita bisa ambil akar seluessnya sekarang tapi kita harus kembali ke asrama besok untuk menangkap pelaku lalu kita bisa pulang" lanjut kakak tersenyum.

"Besok ke asrama? kalau begitu aku akan mengambilnya sekarang, kakak istirahat saja, karena kondisi kakak lebih tidak baik dariku"

Aku pergi ke taman untuk mengambil akar seluess, aku masih ingat letak ditanamnya. Aku harus membantu kakak agar semua tak ditanggung kakak sendiri.

Sayang sekali bunganya sudah layu padahal aku penasaran dengn bentuk bunganya seperti apa, tapi sekarang itu tak penting karena kakak bilang yang dibutuhkan adalah akarnya. Ukuran bunga layunya cukup besar tapi aku tak melihat ada daun dan bunganya seperti menempel di tanah. Kukira aku bisa langsung mencabutnya tapi tak kusangka aku harus menggunakan sekop kecil.

"Nona?" aku tersentak mendengar suara.

Ternyata Laq, ia mendekatiku.

"Laq? ada apa?"

"Nona sedang apa malam-malam di taman?"

"Aku mau mengambil ini"jawabku sambil tetap menyekop tanah.

"Oh! tanaman seluess, biar saya bantu nona" sebelum sempat kujawab Laq sudah mengambil sekop dari tanganku.

"Bunga yang cantik tapi sayang sekali umur mekarnya tak lama"

"Bagaimana bentuknya?"

"Ukuran bunga ini besar, berwarna ungu, biasanya menempel di pohon karena dia sejenis tumbuhan parasit, tapi tuan muda mengembangkannya sendiri sehingga bisa tumbuh di tanah meski bunganya mengecil dan kualitas bunganya jadi menurun. Jika nona menemukan bunga ini di tumbuh liar ketika bunganya mekar nona harus hati-hati karena serbuk sarinya cukup berbahaya, tapi karena ini ditanam sendiri oleh tuan muda jadi serbuk sarinya baik-baik saja. Nah, ini dia"

Laq menyerahkan tanaman seluess layu padaku, akarnya jenis akar serabut.

"Tunggu Laq, bunganya berwarna ungu?" aku rasa aku pernah melihat bunga besar berwarna ungu sebelumnya.

"Benar nona, apa nona pernah melihatnya?"

"Entahlah aku tak yakin tapi sepertinya aku pernah"

"Dimana nona melihatnya? tuan muda harus tau tentang itu untuk membuat eksperimen yang lebih hebat lagi saya yakin tuan muda akan menjadi penerus keluarga Airn yang dihormati banyak orang"

"Apa? omong kosong apa itu? kenapa kakak harus jadi penerus keluarga Airn?" tanpa sadar aku sedikit meninggikan suaraku karena tersinggung dengan ucapan Laq.

"Bena-"

"CUKUP LAQ!" suara kakak mengejutkanku, kakak di pintu taman dan berjalan perlahan mendekat.

"Tuan muda" Laq terlihat terkejut lalu menunduk.

"Ayo Ochi kembali ke kamar, kau harus tidur karena besok kita akan ke asrama" kakak menarik tanganku, kami pergi meninggalkan Laq sendiri di taman.

"Kak" aku membuka mulut setelah kami sampai di dalam kamar kakak, di sepanjang jalan tadi kakak hanya diam dan terus menarik tanganku.

"Tolong lupakan apa yang dikatakan Laq tadi"

"Jadi kakak juga dengar?" kakak hanya diam mengalihkan pandangan.

"Ochi, temanmu bilang agar jangan percaya pada siapa pun kan? Lalu kau langsung percaya dengan perkataan Laq tadi?"

Benar kata kakak, bisa saja tadi Laq bohong.

"Lalu yang sekarang kakak katakan benar atau bohong?"

"Bagaimana menurutmu?"

Apa ini? jadi bisa saja ucapan Laq tadi benar? lalu siapa yang kupercaya? selama ini aku percaya pada kakak karena ia bilang bahwa ia kakakku, aku..mungkin lebih baik harus percaya pada kakak.

"Maaf aku egois aku ingin kita segera pulang padahal aku tak tau perasaan kakak yang sebenarnya tapi aku hanya ingin kita berkumpul lagi bersama ayah dan bunda di kehidupan kita"

Kakak tak menjawab, ia hanya memelukku dengan hati-hati dan mengusap kepalaku.

avataravatar
Next chapter