18 eps 18

Aku mempercepat langkahku. Aku sudah tak peduli dengan gelapnya koridor di malam hari saat selesai kelas tadi kudengar Ra ada di klinik.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" seorang perempuan bersanggul dan berpakaian putih menyapaku saat aku memasuki ruang klinik.

"Ah, anu saya ingin menemui Ra Keindu"

"Oh tuan Keindu ada di ka-"

"Dia perempuan"

"Hm..menurut data dia laki-laki kelas 1, tunggu sebentar saya coba cek data dulu"

Eh? laki-laki? kelas 1? apa yang dimaksud Cale?

"Tak apa, mungkin saja saya yang salah"

"Baiklah, mari saya antar"

Kami berjalan menuju kamar dimana sepertinya saudara Keindu itu berada . Di sini sangat sepi, sama sepinya seperti koridor sekolah.

Aku masuk ke kamar nomor 3. Ternyata benar, yang sakit Cale, mungkin penyakitnya kambuh. Ra tertidur di kursi samping ranjang. Aku ingin mendekatinya tapi sudahlah, rasanya tak enak membangunkan Ra yang seperti itu. Aku kembali keluar menemui perempuan tadi.

"Ada apa? kenapa cepat sekali kembali?"

"Saya tak enak membangunkan Ra"

"Sepertinya dia teman baikmu"

"Kami sekamar, dia juga banyak membantuku saat aku pertama di sini"

"Oh benar, aku baru ingat, kau anak baru adik ketua"

"Ah iya benar, bagaimana kakak tau?"

"Aku juga OSIS bagian kesehatan, jelas sekali aku tau hal seperti itu, apa lagi ketua terkenal orang yang kurang peduli dengan orang-orang tapi suatu hari sikapnya sedikit berubah siapa yang tidak curiga jika begitu"

"Aduh maaf atas sikap kakakku yang seperti itu"

"Tidak, tidak, kau tak perlu minta maaf, kami semua juga sudah terbiasa. Sikapmu sungguh beda dengannya. Aku bersyukur malam ini mendapat tugas jaga klinik, senang rasanya bisa bertemu denganmu secara langsung"

"Eh? Saya juga senang bertemu dengan kakak"

"Selama ini aku penasaran denganmu, oh iya, namaku Lowrfe Co"

"Nama sa-"

"Gamoshi Airn, namamu sudah terkenal hampir di seluruh sekolah ini"

Entah sudah berapa lama kami mengobrol, aku memutuskan untuk pamit saat aku sadar ternyata sudah larut malam.

"Gamoshi"

"Eh iya kak? ada apa?"

"Tolong saat di perjalanan pulang nanti jangan sampai penasaran pada apa pun"

Eh? aku sama sekali tak paham apa maksudnya tapi aku hanya mengiyakan dan tersenyum lalu segera pergi karena aku juga harus segera tidur.

---

Aku ingin ke ruangan kakak. Aku masih penasaran dengan ekspresi wajah kakak yang misterius tadi.

Aku mengubah niatku untuk kembali ke kamar dan memutuskan untuk pergi ke ruangan kakak. Lagi pula nanti aku akan sendirian jika kembali ke kamar.

Sudah berapa kali aku berjalan di koridor saat malam hari tapi tetap saja tak mengubah diriku menjadi sedikit lebih berani, udara dingin yang berhembus menusuk kulitku perlahan, entah mengapa aku merasa lampu di koridor itu seperti berkedip-kedip, aku mempercepat langkahku tapi berusaha untuk tetap tak mengeluarkan bunyi langkah kaki.

Tunggu, de Javu? lagi-lagi aku mencium bau aneh saat berada di tangga, ini tangga yang sama seperti saat itu tapi bau kali ini beda, ini bau..bau darah?

Pikiranku tanpa sadar langsung teringat berbagai kejadian ganjil selama ini.

Siapa yang tewas kali ini? dimana korban itu?

Tidak! seketika aku teringat pesan perawat OSIS tadi, aku harus menahan rasa penasaranku! aku harus segera menemui kakak.

Aku melepas sepatuku lalu berlari tanpa bersuara. Hidung dan mulut aku tutup menggunakan sapu tangan yang kuikat ke belakang. Aku tak ingin suara nafasku juga terdengar.

"Kakak" aku berbisik pelan di depan pintu ruangan kakak.

Suara langkah kaki pelan terdengar dari dalam menghampiri pintu.

Drrkk

Sebuah tangan keluar dari pintu geser dan menarik paksa tangan kiriku.

"Ochi! Kau! kenapa kau ke sini malam-malam?!" kakak marah, tapi suaranya tetap dengan berbisik.

Ah..dia pasti khawatir, aku hanya tersenyum menatapnya.

Kami segera menuju ruang bawah tanah. Aku mengganti bajuku dan kakak membuat teh hangat untuk kami berdua.

Aku menceritakan semua kejadian tadi yang kualami.

"Jadi kau tak memeriksa dari mana asal bau darah itu?"

Aku menggeleng kepala.

"Bagus, karena aku yang akan memeriksa"

Kakak menuju lemari bawah meja.

"Kakak akan pergi ke sana?"

"Yap, kau tunggu saja dulu di sini sebentar"

"Aku ikut!"

Kakak mengeluarkan sesuatu mirip bola kulit tapi transparan, kakak lalu menghampiriku dan mengusap kepalaku.

"Tenang saja, aku akan cepat"

"Aku ikut! kakak tak tau lokasi jelasnya"

"Aku tau"

Apa?

"Kakak..tau?"

"Haaah...oke, kau ikut"

Kakak, semakin lama semakin misterius.

---

Entah bagaimana bau di sekitar saat ini, karena kami memakai bola kulit yang sudah diperbarui oleh kakak. Kami menuju area perpustakaan, tepat di mana kedua bau itu berasal.

Aku hanya berjalan di belakang kakak mengikuti setiap langkahnya.

Cklek

Suara itu! itu suara handle pintu yang pernah kudengar sebelumnya.

Kami masih berada di tangga bagian atas, duduk dan menundukan kepala tersembunyi di pegangan tangga.

Rasa penasaranku akan segera terpecahkan, ditambah suasana yang menegangkan seperti ini membuat jantungku berdetak semakin cepat, sesak.

Tak terdengar suara langkah kaki sama sekali, tapi kami masih duduk terpaku.

AAARRGGH!!!

Seluruh badanku gemetar, kakak memelukku erat.

Apa itu tadi? suara teriakan dari seorang laki-laki? siapa? di mana?

"Ochi, dengar, kau ingin ikut tadi berarti kau harus siap" kakak berbisik padaku.

Aku menatap kakak dan berusaha mengangguk, tapi badanku tetap tak berhenti gemetar.

Aku takut, bukankah kami seperti orang yang tengah berhadapan dengan pembunuh? pembunuh! dia seorang pembunuh yang menyebabkan tak hanya satu korban.

Kakak menjulurkan kepala sedikit untuk melihat situasi di bawah.

"Ayo"

Kami menuruni anak tangga, lalu berhenti di pertigaan jalan yang tepat di samping tangga. Betapa terkejutnya diriku saat melihat ada sebuah pintu di bawah tangga, tapi sejak kapan di sini ada pintu? selama ini seingatku bawah tangga ini hanya tembok.

Pintu kayu itu terletak agak ke belakang dari tembok di sampingnya, dengan kondisi tertutup tapi ada asap tipis di sekitarnya, kemungkinan itu asap dari dalam yang keluar saat pintu dibuka tadi.

Kakak berjalan mendekat, aku hanya mengikuti di belakangnya. Kami tak mencium bau apa-apa karena bola kulit yang kami pakai.

"Kak" bisikku pelan menatap punggung kakak.

Apa kakak yakin akan masuk? bagaimana jika orang itu di dalam? bagaimana jika kami ketahuan?

Kakak mengangguk memandangku, seperti mengisyaratkan bahwa itu tak apa.

Kakak memegang handle pintu dan..

avataravatar
Next chapter