17 eps 17

Bunganya..tak hanya belum mekar, tapi belum muncul?

Aku tak menyangka, lalu bagaimana ini? kapan kakak bisa membuat ramuannya dan kapan kami pulang?

"Sudah kuduga, maka dari itu aku sudah menyiapkan ini" kakak membawa cairan kental dalam sebuah wadah.

"Apa itu kak?"

"Jus bawang merah" kakak menjawab sambil tersenyum.

"Aku pernah mendengar bahwa bawang merah mengandung hormon giberelin yang berguna untuk mempercepat pembungaan dalam tumbuhan" kakak menjelaskan seraya menyiram jus bawang merah itu pada tanaman seluess.

"Itu butuh waktu berapa lama untuk menunggu berbunga kak?"

"Hm..aku tak tau"

"Lalu bagaimana kak? bukankah besok sore kita sudah harus kembali ke sekolah? bagaimana jika nanti bunganya mekar saat kita ada di sekolah?"

"Tak masalah, walaupun bunganya mekar lalu layu tapi akarnya tak akan layu, jadi kita bisa menunggu sampai hari libur yang akan datang selanjutnya" kakak tersenyum menatapku.

"Hum!" aku mengangguk.

Benar, jika kakak sudah optimis seperti itu aku juga pasti percaya pada kakak.

---

Tak ada kegiatan yang spesial selama di rumah keluarga Airn selain melihat eksperimen kakak dan tentu saja perawatan rambut yang dilakukan padaku, hehe.

Kami sudah kembali ke sekolah sejak sore tadi. Aku pun sudah kembali mendengarkan ocehan panjang Ra yang tadi pagi juga pulang.

"Oh benar!"

"Ada apa?"

"Ada saudara sepupuku yang akan bersekolah di sini"

"Apa? Saudara sepupu? kenapa tiba-tiba?"

"Dia tertarik untuk bersekolah di sini saat kuceritakan tentangmu. Dia sudah ada di sini dan besok sudah mulai bersekolah"

"Tentangku? memangnya aku kenapa?"

"Dia sudah lama sakit-sakitan dan hanya belajar di rumah bersama guru privat sepertimu, lalu saat pulang tadi pagi aku menceritakan tentang dirimu dan dia tertarik untuk bersekolah di sini. Dia sangat bersemangat!"

"Tunggu, kau bilang sepertiku yang sakit-sakitan? kau dengar berita itu dari mana?"

"Dari ketua. Aku paham perasaanmu yang selalu kesepian di rumah, jadi jangan khawatir, kau bisa mengandalkanku" Ra memelukku erat, apa-apaan cerita karangannya itu?! Dasar kakak sialan, jadi itu cerita yang ia sebar di sini tanpa sepengetahuanku? pantas saja banyak orang yang enggan mendekatiku, bisa saja mereka berpikiran takut pada penyakitku yang mungkin akan menular, huh!

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Besok kenalkan aku pada saudara sepupumu itu"

"Tentu! dia pasti akan senang melihatmu"

Jam sarapan ini Ra berjanji akan mengenalkan saudara sepupunya padaku. Entah kenapa aku jadi khawatir dia benar saudara sepupu Ra atau hanya orang luar?

"Cale!" Ra berjalan menghampiri bangku yang diisi beberapa laki-laki yang tengah duduk.

"Hei, hati-hati Ra, makananmu bisa jatuh"

Salah seorang dari mereka menoleh, dia pasti saudara sepupu Ra.

Ah, ternyata aku hanya terlalu khawatir. Warna rambut secoklat Ra, warna matanya pun sama, kelihatannya dia juga ramah seperti Ra. Dasinya warna kuning, dia kelas satu? sepertinya dia lebih tinggi dari kakak, haha.

"No-nona, anda pasti nona Airn! Kak Ra banyak bercerita tentang anda. Saya sangat mengidolakan anda, nona Airn!" apa-apaan ini, apa saja yang Ra ceritakan padanya.

"Benar, namaku Gamoshi Airn. Tolong panggil Gamoshi saja"

"Ah! saya minta maaf, saya lupa memperkenalkan diri karena terlalu bersemangat. Nama saya Frucale Keindu, kak Ra sering memanggil saya Cale" Cale menunduk memperkenalkan diri.

"Senang bertemu denganmu, Cale"balasku yang langsung diajak duduk oleh Ra.

Mereka berdua terlihat akrab, syukurlah Cale bukan orang luar, aku tak tau harus bagaimana jika Cale termasuk orang luar.

---

Seperti biasa, saat jam istirahat tiba aku langsung pergi menemui kakak. Di ruangan kakak tenang, lagi pula pasti banyak makanan enak yang dibawa kakak dari rumah kemarin. Senangnya, aku akan menghabiskan waktu istirahat di ruangan kakak dengan membaca buku sambil makan biskuit.

"Kakak~" panggilku sembari membuka pintu.

"Ka-kak! Kak!" aku berlari menghampiri kakak yang tergeletak di depan rak besar sebelah kanan.

Kakak pingsan dan tak ada orang yang tau karena ini ruangan khusus ketua OSIS jadi tak ada siapa pun yang berani masuk ke sini.

Aku berusaha mengangkatnya ke ranjang tempatku saat sakit kemarin, ugh, badan kakak ternyata berat juga, cukup, aku tak kuat. Pada akhirnya aku menyeret badannya sampai ke ranjang, setelah itu baru susah payah kuangkat ke ranjang.

Aku sudah mengikuti prosedur yang diajarkan ayah saat ada orang pingsan, mulai dari memberi minyak angin, melonggarkan pakaiannya, dan mengangkat kakinya sekitar 30cm. Semoga kakak cepat siuman.

Ia pasti lelah karena banyak sekali yang ia pikirkan. Tanggung jawab menjadi ketua OSIS, cara menjagaku, dan cara kami kembali ke dunia kami. Apa yang harus kulakukan agar bisa membantunya?

"Ochi"

"Kakak!"

"Kenapa aku di ranjang? aku pingsan?"

"Benar, kakak kenapa pingsan? jangan menyimpan pikiran sendiri, lalu apa gunanya ada aku?"

"Kamu bukan barang yang bisa digunakan. Maaf kamu jadi harus mengangkatku"

"Itu bukan apa-apa kak. Bagaimana keadaan kakak sekarang?"

"Aku..tunggu, tadi malam kau tidur di kamarmu?"

"Tentu saja"

"Pantas saja kau tak heboh seperti biasanya"

"Hm? memangnya tadi malam ada apa? tunggu, tadi malam..tadi malam ada korban?" aku menatap kakak tak percaya.

"Setelah kita tiba, aku langsung pergi ke sini karena tempat ini sudah kuanggap kamar sendiri. Aku masih harus mengurus berkas-berkas OSIS, lalu tiba-tiba aku mendengar suara teriakan perempuan, aku langsung segera masuk ke ruang bawah tanah karena aku yakin tak lama setelah itu pasti ada mantra hipnotis. Lalu saat tadi pagi aku ke sini untuk mandi, setelah mandi aku mendengar suara langkah kaki di koridor tak jauh dari ruang OSIS in-"

"Eh? lalu apa yang terjadi pada kakak?" tanpa sadar aku memotong cerita kakak.

"Aku melihat sesuatu seperti serbuk berterbangan, setelah itu aku sudah tak sadar. Dan syukurlah kau datang ke sini, Ochi"

"Tunggu kak" aku menahan ceritanya dan bergegas menuju ruang bawah tanah untuk mengambil makanan, kakak pasti belum sarapan karena aku tau, dia bangun pasti terlalu pagi.

Aku mengambil roti dan membuat teh hangat untuknya.

"Sepertinya yang aku kira mantra hipnotis sebelumnya itu salah. Bukan mantra hipnotis melainkan serbuk yang diterbangkan"ucap kakak.

"Bisa jadi memang seperti itu. Tapi ramuan apa yang berbentuk serbuk? benang sari bunga?"

Aku melihat mata kakak terbelalak untuk sesaat tadi, sepertinya kakak mengetahui sesuatu.

avataravatar
Next chapter