13 eps 13

***Episode ini mengandung unsur kekerasan seperti darah. Harap hati-hati bagi pembaca yang kurang nyaman/tak suka dengan hal tersebut***

Pada akhirnya aku tidur di ruangan kakak dengan dipasang infus untuk membantu mengisi energiku yang masih belum bisa makan ini.

Kakak tadi tetap masuk kelas setelah memasang infus untukku, dan sekarang dia kembali menemaniku setelah kelasnya selesai. Sampai kapan aku berbaring di sini seperti ini?

"Ayo pindah ruangan, Ochi"ucap kakak membantuku turun dari ranjang tempatku berbaring.

Kakak membawa infusku dan menuntunku. Kami menuju kursi yang sering kami duduki, tepatnya kami menuju peta tua besar yang tergantung di dinding.

Kakak memberikan infus padaku. Ia menuju belakang peta berbingkai itu, lalu ia mendorong dinding yang ada di belakang peta.

Drrgg..dug dug dug.

Dinding yang didorongnya tadi berubah menjadi lorong!

Kakak membantuku naik ke lorong karena letak lorong di dinding tingginya sekitar satu setengah meter dari lantai ruang ini. Kami harus merangkak saat di lorong karena ukurannya sangat kecil dan lebarnya hanya cukup untuk satu orang, kakak di depanku dengan membawa senter, aku sendiri membawa infus jadi kami merangkak perlahan.

Tak sampai lama kami harus merangkak, setelah itu kami turun melewati batu-batu besar yang disusun seperti anak tangga berjumlah sembilan. Dan sampai! Ruangan bawah tanah! Sementara aku sibuk memandangi isi ruang bawah tanah ini, kakak masih harus menutup dinding di balik peta tadi setelah menyalakan lentera di ruang bawah tanah ini.

Ini luar biasa! siapa pun yang menciptakan ini pasti ia orang jenius yang kreatif, karena ruangan ini ada laboratoriumnya dan semua benda-benda di sini sangat unik.

Seluruh lantai dilapisi karpet yang lumayan tebal, tapi ada sebagian yang ditambah karpet berbulu yang kelihatannya lebih tebal, itu seperti tempat utama karena letaknya tepat tiga meter di depan tangga batu. Buku-buku tersusun rapi di dalam rak kayu berukuran sedang, lebih kecil dari rak yang ada di ruangan kakak, tapi ada sebagian buku yang bergeletak di atas meja yang menempel di dinding, tunggu, meja itu terbuat dari tanah dan menyatu dengan dinding! tak ada set meja-kursi di sini, semua meja menyatu di dinding.

Kakak kembali, ia memberiku baju ganti yang ia ambil dari laci bawah rak buku. Aku ganti baju di lab, sedikit sulit karena ada infus yang masih terpasang.

"Masih terasa mual?"tanya kakak sembari menggantungkan infusku ke gantungan dari pohon kecil kering yang penuh ranting, seperti saat tengah berkemah.

"Sepertinya sudah lebih baik"

"Kau suka permen jahe? aku punya permen jahe" kakak mengambil sesuatu dari balik pintu kecil yang ada di bawah meja dinding, seperti brankas saja.

"Ini" kakak mengambil beberapa bungkus permen jahe, sepiring biskuit, roti besar yang diletakkan di piring, dan dua botol minuman, botolnya terbuat dari tanah? atau batu ini?

Kakak menyarankanku untuk makan permen jahe terlebih dulu agar meredakan mualku, dan syukurlah aku sudah bisa makan biskuit.

Sembari makan, kakak bercerita tentang ruang bawah tanah ini yang ia buat sendiri tanpa diketahui orang lain.

"Bagaimana bisa membuat ruang bawah tanah seperti ini sendiri?"

"Aku di sini sudah lama, dan selama itu juga aku menyaksikan kejadian tak terduga hingga aku seperti sudah terbiasa"jawab kakak tertawa getir, lalu minum dan berhenti makan.

"Kejadian tak terduga?"aku tiba-tiba saja merasa kenyang karena sepertinya ini masuk ke pembicaraan yang cukup serius.

"Benar, kejadian tak terduga, kejadian seperti kasus murid tewas kemarin itu bukan pertama kali di sini"

"APA? bukan pertama kali tapi apa mereka terlalu lelah lalu bunuh diri?"

"Kau melihatnya bunuh diri? Kau ingat bagaimana kondisi korban kemarin? Mungkin wajar kepala murid kemarin menjadi seperti itu karena jatuh dari ketinggian, tapi seharusnya tak separah itu karena bangunan di sini tak setinggi itu"

"Mungkin kepalanya jatuh lebih dulu?"

"Mungkin saja seperti itu, tapi sebenarnya hampir semua yang tewas kepala korban selalu dalam kondisi aneh saat ditemukan"

"Jadi sebenarnya orang jatuh dari atap lalu kepalanya seperti itu di sini sudah sering?"

"Kasusnya banyak, ada yang di kolam, kamar mandi, bahkan kamar asrama, hingga jatuh dari atap seperti kemarin. Kepalanya tidak selalu pecah"

Apa? bagaimana bisa?

"Lalu kenapa orang-orang lupa? dan apa hanya kita yang ingat kejadian kemarin?"

"Awalnya aku juga bingung kenapa mereka bersikap seolah-olah tak pernah ada yang terjadi, saat orang-orang mengobrol aku sedikit menyinggung tentang kasus sehari sebelumnya dan aku sadar bahwa mereka benar-benar lupa total, noda-noda darah di tempat kejadian juga bersih. Kasus terjadi lagi, dan terus terjadi lagi. Dan semua kasus itu yang paling aneh adalah kepala korban, bukan, lebih tepatnya mata korban selalu hilang"

"AP- itu sama sekali tak lucu kak, jangan bercanda hal mengerikan" aku tak percaya dengan yang dikatakannya, bagaimana bisa ada kasus mengerikan seperti itu.

"Ini serius, dengar, kita tak lupa soal kemarin karena kita terjaga. Aku tak tau pasti hal apa yang bisa membuat orang-orang lupa, entah karena hipnotis lewat pendengaran atau lewat penciuman dengan menyebarkan ramuan atau apa. Maka dari itu aku membuatkanmu bola kulit yang kedap suara dan mencegah udara masuk, aku sudah memasang oksigen kecil di dalamnya, aku sendiri sering tidur di ruang bawah tanah ini yang kedap dengan apa pun, jadi aku tak terpengaruh seperti itu. Dan kebanyakan yang menjadi korban adalah mereka yang tak memiliki nama keluarga dari tempat ini, maka dari itu saat itu Nyonya Airn mengatakan bahwa nama keluarga di sini penting, memang penting untuk mengetahui identitasmu, tapi bagiku dari pada sekedar identitas lebih penting lagi untuk mencegah hal seperti itu"

"Bagaimana bisa?! kenapa harus yang tak memiliki nama keluarga?"

"Aku tak tau pasti"

"Ta- tapi, aku sudah memakai nama Air-"

"Tak bisa! aku tak boleh mengatakan kau akan baik-baik saja karena itu rasanya bohong, karena korban ada yang sudah memakai nama keluarga tapi tetap saja tewas"

avataravatar
Next chapter