12 eps 12

Isi paketnya benar-benar tak terduga sama seperti pengirimnya. Dan sekarang aku tengah berada di tengah konflik antara rasa kantukku dan isi paket dari kakak ini. Memang tak ada nama pengirimnya, tapi sudah pasti itu dari kakak karena dia menulis untuk 'adikku tersayang' kata tersayang yang terkesan berlebihan itu aku sudah hafal.Tapi kalau diingat-ingat sepertinya aku tak tau nama asli kakak, orang-orang pun selalu memanggilnya ketua.

Aku dan Ra sudah memutuskan untuk tak makan malam karena kami masih belum ada nafsu makan. Setelah Ra mandi lalu giliranku, saat aku selesai Ra sudah tidur, bagaimana bisa dia terlelap secepat itu? Aku pun mencoba dress yang dikirim kakak, tapi kenapa saat aku memakainya jadi seperti ini?

Argh! di waktu sibuknya kenapa ia sempat bercanda seperti ini? dress itu saat kupakai seketika langsung membungkus seluruh tubuhku, entah bagaimana lapisan luar dress yang terbuat dari kulit(?) seperti melebar, bagian atas menutup kepalaku dan bagian bawah juga menutup seluruh kakiku. Setelah sempurna menutup seluruh tubuhku lapisan luar itu otomatis melepaskan diri dari dress tadi, jadi aku terbungkus oleh lapisan itu tapi dalam keadaan aku juga memakai dress.

Apa alat ini juga dibuat olehnya? tapi kenapa tak memberitauku dulu cara pakainya, apa aku yang kurang teliti mengecek isi paket tadi. Memang sempit di dalam sini tapi aku merasa tak begitu sesak kekurangan oksigen.

Aku tidur seperti ini saja, besok minta tolong Ra saja untuk mencarikan petunjuk melepas benda aneh ini di dalam paket.

Hah! tiba-tiba saja aku terbangun saat aku merasakan ingin buang air kecil. Sudah pagi atau belum ini?

"Ra? Ra! tolong bangunlah"

Tak ada jawaban?

"Ra! Ra! apa kau tak mendengarku?"

Apa benda ini kedap suara?

"Ra! Ra! jawab aku jika kau mendengarku!"

Ra di mana? apa dia tidur? atau mungkin dia sudah berangkat ke sekolah?

"Ra! jika kau mendengarku aku ingin minta tolong, carilah gunting atau pisau untuk merobek benda ini" aku mencoba tetap berteriak walau pun tak mendengar jawaban, aku berharap Ra masih di situ dan sudah bangun.

Sampai kapan aku terkurung di dalam sini?

Eh? apa itu? ujung gunting? syukurlah ada yang membantuku. Perlahan aku mulai melihat cahaya kamar, dan Ra!

"Terima kasih banyak Ra"

"Iya, sama-sama. Bagaimana bisa kau sepert- hah? kau di dalam situ memakai dress?"

"Ceritanya panjang, sekarang aku ingin buang air kecil dulu"

Aku hanya buang air kecil, tak enak rasanya mandi dulu, aku berhutang pada Ra, jadi Ra mandi terlebih dulu, aku tak sempat memeriksa paket atau benda misterius tadi karena aku harus menyiapkan bukuku. Haa~h..dasar kakak.

---

Aneh, sepertinya kemarin masih heboh menceritakan kejadian jatuh dari atap sampai gosip mereka seperti mengguncang seluruh sekolah dan asrama karena di mana-mana semua orang sibuk membicarakan itu tapi sekarang sepertinya sudah normal. Tadi pagi pun Ra mengajakku sarapan padahal seingatku ia bilang sendiri nafsu makannya baru kembali setelah tiga hari, tapi tadi dia sarapan, ah mungkin saja dia memang sudah kelaparan, tapi aku sendiri masih belum ada nafsu makan.

Apa mungkin memang seperti ini di sini, gosip hanya heboh sehari saja, memang bagus tapi walaupun begitu seharusnya ada sedikit yang masih bercerita atau setidaknya teman-temannya masih berkabung, tapi suasananya benar-benar normal. Aku tau sekolah ini disiplin tinggi tapi apa teman-teman korban tak diperbolehkan berkabung barang sejenak?

Di kelas pun guru atau teman-teman juga tak ada yang menyinggung soal kemarin. Mereka seperti..lupa?

Bagaimana bisa sekolah sedisiplin ini?

Aku memutuskan jam istirahat ini pergi ke tempat kejadian kemarin. Aku berjalan biasa melewati tempat orang kemarin jatuh karena murid-murid lain melewati itu juga biasa saja, dan..bersih! tak ada sedikit pun noda darah di situ, aku yakin kemarin darahnya sangat banyak. Ini benar-benar aneh, orang-orang sangat santai lewat situ seperti tak pernah terjadi apa-apa.

Kakak! aku harus tanya kakak! karena OSIS mengurus hal ini kemarin. Waktu istirahat masih lumayan banyak, aku harus pergi ke ruangannya.

Pintunya tertutup, aku langsung masuk atau bagaimana ini? bagaimana kalau kakak tak ada di dalam? tapi aku ingin bertanya.

"Ochi?"

"Kakak!" aku reflek memeluknya saat melihatnya muncul di belakangku. Kakak membalas pelukanku, eh? sejak kapan aku sedekat ini dengannya?

"Kenapa dilepas?"tanya kakak terkekeh.

"Maksud kakak apa? memberiku barang aneh seperti itu?" aku tak bisa menahan kekesalanku.

Kakak hanya mendorongku masuk ke ruangannya, lalu menutup pintu.

"Bagaimana? kau suka?"

Kami duduk di kursi belakang rak buku.

"Suka? kakak bercanda? sejak kapan ada dress yang bisa menelan pemakainya, dan lagi aku tak bisa melepasnya"

"Menelan? bwahahaha..kau dimakan? hahaha" tawa kakak meledak.

"Duh, aku serius kak!"

"Bwahaha..iya, maaf, maaf, aku tak bisa berhenti tertawa membayangkanmu tadi malam kau tidur seperti itu, hahaha"

"Kakak pasti sengaja mengerjaiku!"

"Bwahaha..aku sengaja memberimu itu, tapi tak berniat mengerjaimu. Lalu, di mana bola kulitnya?"

"Rusak, karena tak bisa membuka jadi minta tolong Ra mengguntingnya. Tapi dressnya masih"

"Sudah kuduga, karena aku memang lupa memberimu petunjuk melepasnya, haha, maaf"

"Tak apa kak, lagi pula aku juga masih baik-baik saja. Tapi dari pada itu, aku ingin bertanya tentang sekolah ini. Sedisiplin apa sekolah ini kak?"

"Bisa dibilang cukup tinggi. Nanti aku jelaskan aturan-aturan yang belum kau tau saat makan siang"

"Aku..tak nafsu makan, salahku juga kemarin harus melihat langsung"jawabku menunduk.

"Apa? kau..kau tadi malam benar-benar memakai bola kulit itu saat tidur?"

Aku hanya mengangguk, apa hubungannya?

"Bagus, tapi tunggu! itu artinya kau tak makan dari kemarin siang?" kakak membuka lemari kecil di sebelah kanannya.

"Ini, setidaknya minumlah air ini"

"Ugh, perutku mual" melihatnya saja aku langsung ingat kemarin.

"Nanti kau sakit jika perutmu tak diisi"

"Hok- hmph! ugh..aku ingin muntah kak, hiks" aku menahan mulutku dengan kedua tanganku.

Kakak mengangkatku dan berjalan cepat menuju belakang rak buku besar sebelah sana. Ada kamar mandi di situ.

Aku membasuh mulut dan tanganku. Kakak membantu mengeringkan mulutku yang masih basah kena air dengan sapu tangan. Ia juga memberiku minyak angin.

"Tunggu sebentar, aku akan memintakan izin untukmu untuk lewat kelas dulu"

"Ugh, tapi bagaimana jika ada yang salah paham?"

"Tenanglah, para guru tak akan ada yang salah paham" kakak mengelus kepalaku lalu keluar.

avataravatar
Next chapter