1 Black Magic

TAHUN 505 – RUMANIA

Desa kecil yang terletak di pelosok Rumania itu terlihat indah, mempesona sekaligus mistis karena diselimuti kabut musim dingin. Hutan luas nan gelap dengan ribuan pepohonan yang menjulang tinggi seperti trisula yang menembus ke langit yang berawan biru menggelilingi desa yang hanya berpenduduk ratusan jiwa itu. Puluhan rumah-rumah kecil yang terbuat dari bambu atau pun kayu dan papan tersebar disekitar tempat yang terlihat indah dengan caranya sendiri.

Asap tebal mengepul dari perapian hampir sepanjang hari karena musim dingin yang tahun ini benar-benar menggerikan. Air panas yang baru mendidih bahkan membeku hanya dalam hitungan menit. Walau angin kencang terus berhembus dan salju turun tanpa henti namun beberapa sosok kecil dalam balutan mantel dari kulit binatang yang sedang berlarian dan saling mengejar itu seakan tidak peduli. Mereka hanya tertawa riang dan bermain tanpa beban menikmati masa kecil yang dipenuhi canda.

Dari dalam hutan gelap yang mencekam itu kadang terdengar suara lolongan binatang malam yang membuat bulu kuduk merinding. Jika malam tiba, semua penduduk desa bergegas masuk dalam rumah untuk berlindung dari serangan binatang maupun suku lain yang bisa datang kapan saja. Seperti malam ini, angin dingin berderu kencang seperti amukan iblis sedangkan pohon-pohon bergerak liar layaknya tangan-tangan setan yang ingin menangkap mangsanya.

Dari salah satu rumah di desa terpencil itu, Cassey Jefferson memandang langit dengan tatapan sendu yang menyimpan berjuta rahasia yang hanya diketahuinya. Wanita cantik dengan mata indah dan rambut panjang yang sekelam malam itu menghela nafas pelan. Cassey mendekap dirinya sendiri meski sehelai mantel ungu tebal sudah membalut tubuh rampingnya. Dia adalah salah satu orang yang paling dihormati didesa itu karena dia 'lah sang pengobat.

Itu adalah sebutan yang diberikan orang-orang yang datang meminta bantuannya, tapi sebenarnya Cassey lebih dari itu.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Lengan kekar dan kapalan itu memeluk ringan pinggang Cassey yang sedang bersandar pada jendela kecil di rumah sederhana mereka. Hawa panas dan aroma hutan yang segar terasa menguar dari tubuh besar pria yang sekarang merengkuh hangat bahunya. Menenangkan sedikit kegelisahan aneh yang terus membuat Cassey merasa takut. Sesuatu yang hampir tidak pernah dirasakannya selama ini.

Tanpa mengalihkan tatapannya dari hutan lebat yang terletak tepat disisi kanan rumah kecil mereka, Cassey mendesah pelan,"Sesuatu yang buruk akan terjadi, Andrew." Bisiknya lirih, hampir tak terdengar pada pria tampan yang menjadi suami sekaligus ayah dari kelima putranya. "Sangat buruk!" gumam Cassey lagi dengan suara bergetar takut yang terdengar jelas bagi Andrew Jefferson yang sangat mengenal istrinya yang tidak mudah merasa gelisah.

Pria bertubuh tinggi nan kekar karena harus berburu dan melakukan banyak pekerjaan kasar untuk menghidupi keluarganya itu ikut menatap ke langit gelap dengan awan hitam yang bergerak cepat. "Apa sangat berbahaya bagi kita? Apa yang kau lihat?" Suara Andrew terdengar tajam. Dia adalah pria yang tidak suka menghadapi sesuatu tanpa persiapan. Baginya keluarga adalah yang terpenting dan dia tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpa mereka, apapun itu.

Hembusan nafas dingin Cassey terasa olehnya saat sang istri berbalik dan langsung meremas kuat tangannya. Mata gelap wanita cantik yang tidak pernah mengeluh itu terlihat berkilau aneh saat menatapnya tajam, "Kematian! Aku melihat kematian akan merenggut salah satu putra kita!" Bisikan yang hampir tak terdengar karena deru angin yang berhembus kencang itu berhasil membekukan aliran darah Andrew yang tanpa sadar sudah mencengkram kuat lengan istrinya itu.

Ya, selain seorang yang sangat mengerti ilmu pengobatan. Cassey Jefferson adalah ahli sihir dan peramal!

Sepasang mata dingin Andrew langsung menggelap dan berkilat penuh emosi saat mendengar ramalan mengerikan yang baru meluncur dari mulut wanita yang sangat dicintainya. "Kau harus segera melakukan sesuatu! Kita harus selalu bersama selamanya!" serunya tanpa ragu dan puas saat melihat anggukan setuju Cassey yang langsung memeluknya kuat. "Tidak ada yang boleh menyakiti kelima putraku!" desisnya lagi, tajam.

.

.

Apa yang dikatakan Cassey Jefferson malam itu terjadi, bahkan lebih buruk. Wabah misterius dan mematikan menyebar cepat di seluruh Rumania yang menyebabkan puluhan ribu orang meninggal dengan kondisi aneh. Situasi itu diperparah dengan serangan antar suku yang menuduh jika itu adalah praktek ilmu hitam yang bertujuan untuk membasmi suku-suku tertentu. Desa-desa dibakar, orang-orang mati karena pertarungan bodoh ataupun wabah yang mematikan itu.

Hingga suatu hari, apa yang paling ditakutkan Cassey terjadi. Salah satu putranya pulang dengan wajah pucat pasi dan keringat yang membanjiri seluruh tubuh tingginya. Nafas Micky, putra ketiganya tersenggal-senggal saat berusaha bicara. "Hero! Hero! Sudah terjadi sesuatu padanya!" jerit Micky panik dengan sorot mata yang dipenuhi ketakutan sambil terus menatap ke dalam hutan gelap dibelakang rumah mereka.

BRAKKK....

Pintu kayu rumah mereka dihempas kasar dan putra tertua keluarga Jefferson masuk seperti badai dengan tubuh ramping yang tergolek lemas dalam pelukannya. Mata gelap nan dingin yang diwarisinya dari Andrew tampak berkilat takut. "Mother, kau harus menyelamatkan Hero! Tiba-tiba saja dia pingsan dan darah keluar dari mulutnya, wabah itu menjangkitinya!" Suara berat Niklaus terdengar parau. Pakaian berburu yang dikenakan pria muda bertubuh tinggi itu sudah penuh darah dan Cassey tahu darah itu milik Hero, putra tersayangnya yang selalu tersenyum riang.

"Rebahkan Hero diatas pembaringan dan ambilkan air bersih. Jangat lupa obat dan ramuan yang kusimpan!" perintah Cassey yang dengan cepat dijalankan oleh Micky dan Xiah, putra keempatnya yang sejak tadi memandang kondisi saudaranya dengan tatapan takut.

Sesaat yang lalu mereka semua baru melihat Hero yang tertawa riang dan berlari cepat untuk menghindari kejaran Niklaus yang berusaha memeluknya. Namun dalam sekejab, tiba-tiba saja saudara mereka itu sudah terjatuh dan pingsan dengan mulut yang terus mengeluarkan darah, bahkan dengan cepat rona merah yang selalu menghiasi pipi halus Hero menghilang.

Dengan cepat Cassey membersihkan wajah Hero yang dipenuhi darah dengan lap bersih. "Dan kau pergilah, cari ayahmu dan katakan apa yang terjadi!" seru Cassey cepat pada Niklaus yang sepertinya tidak mau beranjak dari sisi adik kesayangannya yang terbaring pingsan dengan nafas berat dan keringat yang sudah menghiasi wajah indahnya.

"Tapi, bagaimana dengan Hero? Aku tidak mau meninggalkannya!" bantah Niklaus dengan ekspresi keras kepalanya sambil terus menggenggam kuat jemari saudaranya yang terasa sedingin es.

Sedikit kesal, Cassey berpaling untuk menatap dingin putra tertuanya yang sudah tumbuh menjadi pria muda yang sangat gagah dan petarung hebat itu. "Jika kau mau saudaramu hidup, lakukan apa yang kuperintahkan!" desisnya tajam tanpa mau dibantah lagi.

Wajah tampan Niklaus sedikit berubah saat mendengar suara tajam yang tidak pernah digunakan sang ibu pada mereka sebelumnya. Tentu saja dia tidak akan pernah membiarkan Hero meninggal! Tanpa membantah lagi, pemuda bermata tajam itu berdiri dan segera berlari cepat kearah hutan yang mulai gelap karena malam hampir datang.

"Max...Kemarilah, tidak akan terjadi apapun pada kalian, sayangku..."

Suara lembut Cassey dan senyum tipis menenangkan yang sengaja disunggingkannya berhasil mendorong Max, putranya yang termuda segera menghambur ke dalam pelukannya. "Hero tidak akan mati 'kan, mother?" tanyanya dengan suara bergetar dan sorot mata takut, seolah meminta kepastian dari wanita yang sudah melahirkan mereka.

"Tidak, sayang. Dia akan hidup dan selalu bersama kalian. Aku berjanji!"

.

.

"Aku harus melakukan ritual itu sebelum bulan purnama. Hanya dengan cara itu Hero akan selamat dan kita semua akan tetap bersama!"

Andrew bergerak gelisah mendengar nada putus asa dalam suara istrinya. Dia juga tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa keluarganya, tapi dia juga tahu wabah itu mematikan. "Apa yang harus kulakukan?" tanya kepala keluarga Jefferson itu akhirnya. Matanya beralih menatap keempat putranya yang sedang duduk menggelilingi pembaringan Hero, terutama pada sosok putra tertuanya yang hanya diam sejak 2 hari yang lalu karena sedikit pun Hero tidak menunjukkan reaksi akan sembuh.

"Aku ingin 6 jantung beruang jantan, 6 jantung rusa betina dan secawan darah manusia!"

Bukannya terkejut mendengar permintaan tidak biasa ibunya itu, seperti ketiga saudaranya yang terkesiap tajam, Niklaus malah segera berdiri setelah mengusap lembut wajah rupawan Hero yang seperti putri tidur dalam cerita Sleeping Beauty yang selalu diceritakan Cassey saat mereka masih kecil. "Akan kulakukan!" ujarnya singkat seraya mengambil peralatan berburunya dan mulai melangkah pergi.

"Aku ikut!" pekik Micky dan Xiah serampak mengikuti langkah cepat saudara tertua mereka dengan lari cepat setelah menyambar busur dan panah mereka. Apa yang menimpah Hero sudah membuat mereka tersentak, takut!

Ternyata ada hal yang bisa membuat mereka terpisah dan itu sangat mengerikan!

Haru menyelinap dalam hati Cassey yang bisa merasakan kasih sayang tulus keempat putranya pada Hero yang sedang terbaring tak berdaya. "Pergilah bersama mereka, aku dan Max akan menjaga Hero disini. Kita masih punya waktu dan aku akan mengunakan semua kekuatanku untuk mempertahankannya!" Cassey memeluk erat tubuh besar Andrew yang terasa sangat tegang sebelum berbalik menghampiri tempat putra kesayangannya berbaring diam.

Perlahan Andrew meraih tangan ramping dengan kulit sepucat pualam itu. Sedikit menunduk untuk mencium pipi halus Hero yang terasa dingin. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun termasuk Tuhan merebutmu dari kami, putraku!" bisiknya tegas dengan sorot penuh tekad.

.

.

Kematian mengenaskan terjadi hampir di seluruh Rumania, kepanikan dan ketakutan pekat mulai menyebar seperti api yang berkobar melahap apa pun yang dilewatinya. Sudah 3 malam ke 4 pria keluarga Jefferson pergi untuk mencari semua yang dibutuhkan Cassey untuk melakukan ritual yang akan memastikan semua putranya hidup aman. Ritual berbahaya yang hanya pernah didengarnya puluhan tahun yang lalu dari cerita neneknya yang seorang gypsy.

Setiap malam seraya menunggu, Cassey melakukan ritual ilmu hitam untuk melindungi Hero yang terlihat semakin lemah setiap detiknya. Max, putra bungsunya yang baru berumur 20 tahun itu melihat semua itu dalam hening. Pemuda yang sedang beranjak dewasa itu bisa merasakan akan terjadi sesuatu yang mengubah hidup mereka semua!

BLAMM....

"KAMI KEMBALI!"

Senyum Cassey yang sedang membaca mantra didepan sebuah cawan berisi darah terkuak begitu mendengar suara keras Andrew yang masuk ke dalam rumah kecil itu bersama ketiga putranya yang tampak kotor dan kelelahan. Gurat kesedihan tampak jelas pada wajah tampan Niklaus yang dipenuhi luka-luka goresan dan darah yang sudah mengering. Tanpa menyapa ibunya, sulung Jefferson itu segera mendekati pembaringan Hero dan mengecup pelan pipi halus yang terasa semakin dingin setiap kali dia menyentuhnya.

"Keluarkan semua dan aku akan mulai ritual ini, aku juga mau darah kalian!" seru Cassey dingin sambil menyodorkan pisau kecil bergagang gading putih pada Andrew yang tanpa ragu langsung menerimanya. Dia tahu apa yang akan dilakukan sang istri. Logikanya menolak keras tapi hatinya mengabaikan itu!

Dengan wajah dingin Andrew mengoreskan pisau tajam itu ke telapak tangannya hingga darah segar keluar dari luka panjang yang dibuatnya. Dengan sebuah cawan kecil, pria itu menampung darahnya. "Lakukan hal yang sama." perintah kepala keluarga Jefferson itu tajam pada Micky yang berdiri disampingnya dengan ekspresi bingung dan sedikit takut.

"Kenapa kita harus melakukan itu, mother?" tanya Max ingin tahu, penasaran.

Cassey menatap Andrew yang langsung mengangguk kecil padanya, menyakinkannya!

"Dengan ritual ini, kalian akan hidup abadi dan tak terpisahkan. Selamanya!"

Keempat putra Cassey terdiam dengan berbagai ekspresi yang berbeda hingga akhirnya Xiah berseru keras, bahkan hampir menjerit jika Andrew tidak menatapnya tajam. "Apa maksudmu, mother? Hidup abadi? Kami tak bisa mati lagi?" Dari semua putra Jefferson, Xiah adalah sosok yang mempunyai hati paling lembut dan selalu siap membantu siapa pun.

"Aku mau! Jika dengan hidup abadi, Hero akan selalu bersama kita maka itu akan kulakukan apa pun resikonya!"

Tanpa peduli dengan ekspresi takut maupun sorot penuh ragu dalam mata saudara-saudaranya, Niklaus merebut pisau kecil itu dari tangan Micky dan langsung melukai telapak tangannya sendiri. Dalam benaknya terus berputar kata-kata dan janji yang pernah diucapkannya pada Hero beberapa waktu yang lalu.

"Brother, kau harus janji tidak boleh melepas tanganku!" pekik Hero saat mereka sedang memanjat pohon tinggi untuk mengambil buah yang diinginkan saudaranya yang berwajah rupawan itu. Niklaus tertawa keras mendengar nada takut itu. "Sampai mati pun aku tidak akan melepas tanganmu, Luv...Jadi, percayalah..." Kata-kata itu terasa seperti sumpah bagi keduanya yang memang hampir tidak pernah berpisah.

"Aku juga tidak peduli, selama kita selalu bersama..." Dengan senyum ringan Micky melakukan bagiannya dalam ritual itu diikuti Xiah dan Max yang melakukannya dengan sedikit rasa takut tentang apa yang akan terjadi pada hidup mereka nanti.

'Apa yang akan kami lakukan jika kami tidak bisa mati?', pikir keduanya takut saat saling berbagi tatapan ragu.

Dengan senyum tipis, Cassey menerima cawan yang sudah berisi darah putra dan suaminya itu sebelum melukai telapak tangannya sendiri. Dia tidak mengatakan satu detail terpenting pada Andrew dan keempat putranya, jika mereka gagal dalam ritual malam ini, maka semua Jefferson akan mati bersama. "Terakhir kita harus mengambil darah Hero." Gumamnya seraya menatap lembut sosok putra kesayangannya yang setiap detiknya terlihat semakin pucat.

"Biar aku yang melakukannya, mother...." pinta Niklaus dengan mata kelam yang menyiratkan ketegaran.

Putra tertua Andrew itu hanya ingin semua ketakutannya segera berlalu. Satu-satunya hal yang Niklaus inginkan sekarang adalah Hero bangun dan tersenyum lagi padanya, merengek manja padanya, bahkan mungkin memukulnya keras. Melihat Hero yang hanya terbaring diam dengan paras pucat seperti merenggut separo jiwa Niklaus yang memang paling menyayangi saudara keduanya yang selalu menjadi cahaya dalam keluarga mereka itu.

Malam itu, ditengah suara lolongan binatang buas dan hujan petir yang membasahi bumi tempat mereka berpijak, Cassey Jefferson mengucapkan mantranya sebelum melakukan ritual berbahaya yang akan menjadikan putra-putranya sebagai yang abadi.

Mereka 'lah The Originals.

avataravatar
Next chapter