1 Prolog

"Oh come on mom, aku bisa mencari istri sendiri"

"Tidak Darren, pilihan momy tetap Crystal, dia cantik. Kita mengenal baik keluarganya dan lagi kakek sudah memberikan wasiat ini sebelum ia meninggal"

Pria tampan itu menghela nafas kasar, mengacak surai nya dengan gigi bergemelatuk gemas. Bingung mencari cara agar momy tercinta nya membatalkan perjodohan bodoh itu.

"Aku tau dia cantik. Bahkan sangat. Tapi mom dia masih 17 tahun astaga. Bisa mati aku bicara denganmu mom"

"Yasudah, mom pulang. Jangan lupa bersiap sebentar lagi kau berangkat ke Indonesia"

"ASTAGA MOM !!"

"Daaa sayang"

Brak..

Pintu ruang CEO itu tertutup dengan keras, siapa lagi pelakunya kalau bukan Nyonya Maurelino. Si cinta pertama Darren. Momy nya benar-benar membuat aliran darah nya berpacu.

Pria tampan itu beranjak dan melenggang keluar dengan tergesa, tujuan nya hanya satu. Memohon kepada ayah nya agar mau melindungi nya dari permintaan bodoh sang momy.

"Selamat pagi tu-

Brakk..

Pria itu mengabaikan sapaan sekretaris Daddy nya yang memberikan ucapan selamat pagi. Ia bahkan mendobrak pintu kerja sang ayah hingga membuat si sekretaris dan daddy nya terkejut.

"DAD !!"

"Brengs-, hey bocah nakal !! Kau mengagetkan daddy mu !! Kau mau membuat daddy mu jantungan hah !!"

Darren tidak menggubris omongan sang ayah. Pria itu berjalan mendekat dan langsung mendudukkan diri. Melonggarkan dasi yang terasa mencekik leher nya.

"Dad, aku tidak mau menikah dengan bocah itu. Aku cukup tampan dan mapan untuk mendapat pasangan sempurna bak model dengan usia yang sepadan dad !! Bilang pada momy aku tidak mau !!"

"Nyatanya kau tidak bisa kan ? Sudah sana pergi mengganggu orang tua saja"

Darren melongo, benarkah yang di depannya ini ayah nya ? Benar - benar tidak terfikirkan oleh nya, mempunyai seorang ayah yang menyebalkan.

"Dad kau tidak membantuku ?!! Aku sudah dewasa dad, bagaimana ceritanya aku menikah dengan bocah 17 tahun astaga !!"

"Ya bisa saja, tinggal menikah apa susah nya. Oh iya, selama di Indonesia kau akan mengajar di kelas Crystal. Hanya kelas Crystal okay. Daddy sudah mengurus semua nya. Nanti pukul 09.00 kau berangkat, titip salam untuk om William"

Bolehkah Darren menggantung ayah nya sekarang ? Dengan wajah menahan amarah Darren beranjak meninggalkan sang ayah. Melenggang begitu saja. Sedetik kemudian ia mendengar teriakan sang ayah, senyumnya mengembang ia fikir ayah nya mulai berubah fikiran.

"Hey Mr. Maurelino junior"

Daren kembali berbalik sebelum keluar, "Ya dad, apakah kau berubah fikiran dan membatalkan semuanya ?"

Pria paruh baya itu tersenyum sinis menatap putra semata wayang nya, "Siapa bilang ? Daddy hanya mau bilang. Kalau keluar jangan lupa tutup pintu nya, okey ?"

"What the hell Mr. James Maurelino yang terhormat !! Mulai hari ini aku mengundurkan diri jadi anak mu !!"

"Terserah kau saja, kalau begitu sini berikan dompet, kartu kredit, kunci mobil, jabatan CEO serta apart-

"Oke Darren berangkat !! Puas !!"

Brak..

Mr. Maurelino tertawa keras atas dasar kemenangan melawan sang putra.

"Kuharap dia bisa di andalkan"

Tidak terasa malam pun tiba, Darren masih asyik bolak balik layaknya setrika berjalan. Ia sungguh tidak ingin pergi ke Indonesia, menjadi guru SMA hanya demi memantau seorang bocah yang akan menjadi istrinya.

Hell, harga diri nya bisa jatuh jika mereka tahu Mr. Maurelino seorang CEO perusahaan batu bara, properti, dan transportasi turun pangkat menjadi guru SMA hanya demi bocah bau kencur yang akan menjadi calon istrinya.

Otak nya tidak berhenti berfikir, apakah orang tua nya gila. Nekat menjodohkan nya dengan gadis yang masih bocah. Bayangkan saja Darren 26 tahun menikah dengan gadis berusia 17 tahun. Ingin rasanya Darren mengambil tali dan menggantung leher nya sendiri.

Cklek.

"Sana berangkat, jet mu sudah siap" celetuk Nancy, siapa lagi kalau bukan bunda nya.

"Mom tadi Jacob bilang jet nya mog-

"Berangkat sekarang Mr. Maurelino !! Atau momy cabut semua as-

Cup.

"Darren berangkat mom, jangan rindu daaaaa"

Darren muak jika kedua orang tua nya main ancam seperti itu. Apa mereka kira Darren akan no problem jika kartu dan fasilitas lainnya di tarik ? Jawaban nya sudah jelas not okay.

Di dalam pesawat pribadi nya Darren benar-benar tidak berselera melakukan apapun. Bahkan untuk sekedar menutup mata dan tidur terasa sangat menyebalkan. Ia menyesap wine nya sesekali. Memikirkan sebuah nama yang mulai besok akan masuk kedalam hidup nya. Crystal Salvatore.

Tidak terasa mata Darren memberat. Semua terasa gelap. Pria tampan itu tertidur selama perjalanan panjang nya.

"Tuan, kita sudah sampai"

Darren menguap, benarkah secepat itu ? Ia rasa baru saja meminum beberapa teguk wine dan tiba-tiba ia sudah sampai.

Pria tampan itu tidak menjawab, ia keluar dari pesawat pribadi nya dan langsung di sambut oleh sebuah mobil mewah yang siap mengantarnya ke Penthouse yang sudah di belikan sang ayah.

"Kita mampir sebentar ke apotik yang masih buka. Kepala ku pusing aku butuh obat"

"Baik tuan"

Mobil itu berjalan membelah jalanan kota Jakarta. Menampilkan deretan gedung - gedung megah dan lampu yang menghiasi langit malam. Perjalanan 18 jam membuat pria tampan itu kelelahan.

Ia melihat jam yang tarpasang di pergelengan tangan nya, pukul 03.00 dini hari.

Ckitt....

Jacob tiba-tiba menekan pedal rem mendadak, kepala Darren yang sudah pening ditambah membentur kursi kemudi membuat pria tampan berdarah Amerika itu menggeram marah.

"Ma-maf tuan, di depan ada seorang gadis yang menghalangi jalan kita"

Darren yang sudah siap dengan sumpah serapah nya mengurungkan niat. Ia melongok melihat kedepan, dan benar saja. Ada seorang gadis dengan tangan terentang mencoba mencegat mobil nya.

"Biar saya yang turun"

"T-tapi tuan"

"Kau hanya butuh diam dan jangan banyak bicara" desis nya tajam.

Jacob hanya mampu mengangguk dengan pandangan ketakutan, ia melihat Darren keluar dari mobil dan menghampiri gadis itu.

"Nona kau menghalangi ja- Crystal !!"

Gadis di depan nya hanya mengguman tak jelas, bau alkohol menyeruak dengan bebas ke indera penciuman Darren. Gadis di depannya mabuk ? What the ?

"Apa yang kau lakukan tengah malam seperti ini bocah !! Kau mabuk !!"

"Ah pria tua ini membuatku semakin pusing. Aku cuma mau pul-

Brukk.

Gadis cantik itu ambruk di dekapan Darren, tentu saja Darren sudah siap siaga karena dia tau dari gelagat Crystal yang sudah tidak kuat menopang beban tubuh nya dan sesekali meringis memegangi kepala nya.

"Belum apa-apa dia sudah menyusahkan ku sial"

Darren dengan terpaksa menggendong Crystal. I melihat mobil sport merah menyala terparkir rapi tak jauh dari tempat Gadis itu berdiri. Pria itu yakin mobil itu milik Crystal.

Ia membawa gadis itu ke mobil nya, dan meminta Jacob keluar.

"Kemudikan mobil itu dan ikuti aku, biar aku yang membawa mobil ini"

"T-tapi tuan, gadis ini"

"Tidak usah khawatir, aku mengenal keluarganya. Cukup ikuti perintahku"

"Baik tuan"

Darren pun masuk dan mendudukkan diri di kursi kemudi. Tak lupa ia memasangkan sealtbelt ke Crystal agar gadis itu tidak terjerembab.

Saat mobil melaju, Crystal yang tengah mabuk berat menyenderkan kepala nya ke bahu Darren.

"Aku bisa gilaa hnghh,, Jodoh, pria tua, menyebalkan hmm"

Mendengar gumaman tak jelas itu sudut bibir Darren sedikit terangkat, lucu saja mendengar gadis itu menggumam dengan bibir mengerucut lucu lalu sedetik setelahnya kembali datar.

Namun beberapa saat kemudian dia sadar akan perkataan Crystal.

"Jodoh ? Pria tua ? Sial, apa dia baru saja mengira aku pria tua ? Yang benar saja ? bahkan aku cukup kuat untuk membuat nya berada dibawahku dan mendesah namaku dengan keras"

avataravatar
Next chapter