20 Bertemu Kembali

Pesta malam itu berlalu begitu saja. Clara memutuskan meninggalkan pesta begitu saja setelah apa yang ia ketahui membuat pikiran nya menjadi tak terkendali. Sejak semalam ia mengurung diri nya di kamar. bahkan pagi ini ia tidak keluar dari kamar nya untuk pergi sarapan. Ibu nya sedari tadi berteriak memanggil - manggil nya namun ia tetap tidak keluar dari kamar nya.

Ibu nya Clara akhirnya menyuruh bi inah untuk mengantarkan sarapan ke kamar Clara.

Tok tok tok... Suara pintu kamar Clara di ketuk oleh bi inah.

" Non! Non Clara! " Teriak Bi inah dari balik pintu kamar Clara.

Clara mendengar nya, namun ia tidak membuka kan pintu. ia berharap bahwa ibu nya akan datang menghampiri nya agar ia bisa bertanya lagi mengenai hal yang pada malam itu ia tanyakan.

" Non! ini bi Inah. bibi bawakan non sarapan. " Teriak bi Inah sekali lagi.

Clara tetap terdiam dan tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Bi inah mulai merasa cemas. ia pun berulang kali meengetuk kamar Clara untuk memastikan lagi. Namun Clara tetap tidak menggubris nya.

" Hmm.. apa non Clara masih tidur yah? tapi ini sudah jam 9 pagi. tidak seperti biasanya. Ah baiklah akan ku ketuk sekali lagi dan memanggil nya. " kata bi Inah dalam hati nya.

Kemudian Bi inah mencoba sekali lagi mengetuk - ngetuk pintu kamar Clara sambil sedikit berteriak memanggil - manggil nama Clara. Dan lagi - lagi Clara masih saja terdiam sambil duduk di tempat tidurnya menatap ke arah jendela kamarnya dan termenung.

" Mungkin non Clara masih tidur karena ia letih setelah pesta semalam. baiklah aku akan kembali kebawah dan menyimpan nya kembali. " Ucap bi Inah berbicara sendiri sembari meyakinkan diri nya bahwa Clara masih tertidur lelap.

Bi Inah kembali turun dan kembali menuju dapur karena hendak menyimpan kembali makanan yang akan ia sajikan untuk Clara nanti. Saat melawati meja makan, ternyata ibu nya Clara masih duduk di meja tersebut dan menikmati sarapan nya.

Ibu nya pun melihat bi Inah yang membawa kembali makanan yang ia suruh suguhkan kepada Clara.

" Bi! bi Inah! " Panggil ibu nya Clara.

" Ya bu. " Jawab bi Inah sambil menghampiri ibu nya Clara dengan membawa nampan yang berisi sarapan Clara.

" Lho kok dibawa turun lagi? Clara tidak sarapan memang nya? " tanya ibu nya Clara terheran - heran.

" Oh, seperti nya non Clara belum bangun bu, saya sudah mengetuk pintu kamar nya beberapa kali, namun dia tidak membukanya. " jelas bi Inah.

" Mmhm,, cukup aneh. tidak seperti biasa nya dia belum bangun padahal sudah siang seperti ini. bukan kah biasa nya dia pergi jogging jam segini ya bi? " tanya ibu Clara lagi dengan raut wajah kebingungan.

" Mungkin non Clara terlalu letih bu karena pesta semalam. tidak usah khawatir, nanti kalu dia sudah bangun saya akan membuat makanan untuk nya lagi bu. " jawab bi Inah sambil tersenyum dan mencoba menenangkan ibu nya Clara.

" Baiklah. kalau begitu saya berangkat ke kantor sekarang ya bi. nanti kalau Clara mencari saya, bilang saya ke kantor sebentar karena harus meeting mendadak. " jelas Ibu nya Clara sambil berpesan kepada bi Inah.

" Baik bu. " Sahut bi Inah.

Ibu nya Clara kemudian bangkit dari tempat duduk nya dan bergegas pergi. bi Inah melanjutkan kembali pekerjaan nya. tak lama setelah ibu nya pergi Clara keluar dari kamar nya dan memeriksa sekeliling rumah untuk menemui ibu nya. namun ia tidak juga bertemu ibunya. Padahal itu adalah hari minggu, Clara berpikir ibu nya tidak akan pergi ke kantor. tapi ternyata ibu nya memiliki rapat penting sehingga ia harus pergi ke kantor walaupun hari itu adalah hari minggu.

" Bi! bi Inah! bi Inah dimana? " teriak Clara memanggil - manggil bi Inah.

" Ya non! bibi di sini. " teriak bi Inah dari arah balkon rumah dan kemudian menghampiri Clara yang berada tidak jauh dari nya.

" Bi, ibu kemana? kok saya tidak melihat nya sedari tadi? " Tanya Clara sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari ibu nya.

" Oh ibu tadi kata nya ke kantor non. ada rapat mendadak katanya. non mau sarapan sekarang? " kata bi Inah sambil bertanya kembali pada Clara.

" Rapat? hari minggu begini? Ck..yang benar saja!. " keluh Clara.

" Iya non. non mau sarapan sekarang? biar bibi buatkan ya. " ucap bi Inah lagi sambil menawarkan sarapan kepada Clara.

" Tidak usah bi. saya tidak ingin sarapan. apakah ibu bilang akan pergi lama? " Tanya Clara lagi yang mulai sedikit kesal.

" Tadi sih bilang nya sama bibi pergi sebentar non. " Jawab bi inah

" Mm,, gitu. yaudah bibi lanjutin saja pekerjaan bibi lagi. terimakasih ya bi. " Kata Clara sambil sedikit tersenyum.

" Baik non. " Sahut bi inah.

Clara kembali naik ke kamar nya. Pikiran Clara bercabang sejak semalam. ia terus saja memikiran hal - hal yang menurutnya tidak masuk di akal. Clara menyangka bahwa Jerry si penyewa itu merupan adik sambung nya. namun dalam hati nya ia berharap kalau pemikiran nya selama ini adalah salah. Clara selalu berpikiran bahwa ayahnya yang diktator itu tidak mungkin mengkhianati keluarganya sendiri.

Clara kemudian mengambil ponsel nya dan juga tas pinggang kecil yang biasa ia gunakan untuk pergi berolahraga, tak lupa ia juga membawa dompet nya dan memasukkan kedalam tas nya tersebut. Clara hendak pergi keluar untuk sedikit menjernihkan pikiran nya.

Clara pergi tanpa berpamitan kepada bi inah. Bi inah masih sibuk dengan pekerjaannya di dapur, sehingga Clara pergi keluar begitu saja tanpa ia ketahui. Clara kemudian berjalan sampai ke halte bis dekat rumah nya. ia hendak pergi ke perpustakaan yang berada tidak jauh dari rumah nya. Hanya dengan membaca buku Clara bisa sejenak melupakan pikiran yang mengganggu dalam benak nya.

Setelah sampai Clara mulai memilah - milah buku yang hendak ia baca. Kemudian ia mendapatkan satu buku yang sangat menarik untuk ia baca. Clara mulai mencari meja kosong untuk tempat ia membaca. setelah mendapatkan nya, Clara menaruh semua buku yang hendak ia baca di atas meja yang berjumlah sekitar 5 buku dan juga menaruh tas serta ponsel nya juga.

Clara mulai fokus membaca buku nya. saat ia fokus ia tidak akan memikirkan hal yang akan terjadi di sekitar nya, begitulah Clara. Saking ia ingin meresapi setiap kata yang ia baca di dalam buku, ia akan sangat fokus terhadap hal tersebut.

Tiba - tiba dari kejauhan nampak seorang pria menghampiri Clara dan duduk persis di hadapan Clara. Namun Clara tidak terlalu memperhatikan karena ia terlalu fokus kepada buku nya. kemudian pria tersebut menatap terus ke arah Clara sambil memegang sebuah buku ditangan nya. Ya, pria tersebut bukan lain adlah Gio.

Gio merasa takdir telah mempertemukan nya kembali dengan Clara. ia sama sekali tidak menyangka bahwa ia akan bertemu kembali dengan Clara. Namun Gio tidak mau langsung menegur Clara begitu saja. ia memilih untuk diam terlebih dahulu dan menatap Clara. Gio sangat begitu merindukan Clara, namun ia tidak berani untuk menghubungi Clara karena ia tahu bahwa Clara sudah memiliki seseorang yang bisa menjaganya yaitu Lee.

Gio terus saja menatap Clara dengan tatapan rindu yang tepancar dari mata nya. Gio sangat ingin memeluk Clara pada saat itu namun ia menahan nya. ia hanya bisa terus menatap nya. Clara masih saja tidak menyadari kehadiran Gio di hadapan nya. Clara terus saja sibuk membalik buku nya perlahan demi perlahan.

" Ingin rasanya ku mendekap mu ra, dan mengatakan betapa aku sangat merindukan mu. " ucap Gio dalam hati nya.

Clara mulai mengakhiri membaca buku pertama nya dan hendak mengambil buku selanjut nya, Gio yang tersadar kemudian menutupi wajah nya dengan buku yang ia pegang seolah - olah sedang membaca. Clara melihat ke arah nya dengan pandangan aneh karena menurut Clara orang yang berada di hadapan nya sangat aneh karena membaca buku dengan mendekatkan buku nya terlalu dekat ke wajah dan sedikit tertawa kecil.

Clara hanya menggeleng - gelengkan kepala nya melihat ke anehan pada pria dihadapan nya tersebut dan kembali membaca buku kedua nya dengan serius. Gio kemudian menurunkan buku yang ia pegang di depan wajah nya dan kembali melihat ke arah Clara.

" Haruskah aku menyapa nya? aku begitu sangat ingin menyapa nya, setidaknya aku ingin ia menyadari keberadaan ku saat ini. " Kata Gio dalam hati nya.

" Eheem.. eheem.. " suara Gio berdehem seolah memberikan pertanda bahwa ia ada dihadapan Clara.

Namun Clara terus saja membaca dan tidak menghiraukan nya.

" Eheem.. ehhem.. ehhm.. " suara deheman Gio lagi namun lebih panjang.

" Ah siapa sih orang ini, berisik sekali. tidak bisa kah dia membaca dengan tenang. " Ucap Clara dalam hati nya dengan kesal.

" Tok..tok..tok.. " Suara jari Gio mengetuk - ngetuk meja sambil melihat ke arah Clara.

" Hei! bisakah kau membaca dengan tenang! " Teriak Clara ke arah Gio dengan spontan.

" Ssssttt.. ini perpustakaan. jangan berteriak." celetuk Gio sambil tersenyum.

Mata Clara terbelalak karena terkejut melihat Gio yang tiba - tiba berada persis di hadapan nya.

" Gio! apa yang kau lakukan di sini?. " tanya Clara yang mulai mengecilkan suara nya.

" Bisa kita pergi dari sini dan berbincang di tempat lain? " Ajak Gio sambil berbisik.

" Mhm. baiklah. kita ke cafe depan perpustakaan saja. Ayo! " Kata Clara sambil mengajak Gio ke cafe yang berada di depan perpustakaan.

" Oke. " Sahut Gio sambil berjalan mengikuti Clara.

Setelah mereka berdua di cafe.

Clara mulai memesan segelas cappucino dingin untuk nya dan juga segelas americano dingin untuk Gio dan kemudian mereka mulai berbincang.

" Kamu apa kabar ra? " Tanya Gio memulai membuka pembicaraan.

" Ya begini lah seperti yang kau lihat. aku baik - baik saja. " Sahut Clara.

" Apakah sekarang kau tidak marah lagi kepada ku? " Tanya Gio lagi.

" Tentu saja tidak. lagi pula itu sudah masa lalu. Biarkanlah menjadi masa lalu. sebaik nya kau tidak mengungkit nya kembali. " Jawab Clara dengan nada bicara yang terlihat sangat dewasa.

" Wah,, rupanya kau sudah nampak lebih dewasa setelah sudah sekian lama kita tidak bertemu. " Sahut Gio dengan sedikit memuji.

" Mhm. kehidupan lah yang membuatku seperti ini. " Celetuk Clara.

" Kamu sudah nampak seperti wanita dewasa. tidak seperti Clara yang ku kenal dahulu yang begitu sembrono dan kekanak - kanakan. " Ucap Gio sambil tersenyum kepada Clara.

" Ngomong - ngomong, apa yang sedang kau lakukan di sini? " Tanya Clara penasaran.

" Oh, kebetulan aku habis dari rumah sakit dekat sini untuk mengisi seminar, kemudian aku melihat ada toko buku jadi aku mampir sebentar dan tidak menyangka bisa bertemu mu kembali. " Jelas Gio kepada Clara.

" Wow kebetulan yang menarik. " kata Clara sambil menghabiskan kembali minumannya.

" Bukankah rumah ibu mu tidak jauh dari sini ra? apakah kamu sedang menginap dirumah ibu mu? " Tanya Gio lagi kepada Clara

" Ya memang. lebih tepat nya sekarang aku sudah tinggal dengan ibu ku. " Jawab Clara menjelaskan.

" Wah benarkah? sejak kapan?. bagus lah, kau jadi bisa lebih mendekatkan diri lagi dengan ibu mu kan. " Ucap Gio dengan senang.

" Mm. " Sahut Clara dengan wajah nya yg tiba - tiba berubah sedih.

Gio memang sudah mengetahui keadaan Clara. Karena Clara sudah menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya semenjak ia masih remaja. Gio pun sudah mengetahui ibu nya Clara termasuk alamat rumah ibu nya. Karena Gio merupakan orang pertama yang dekat dengan Clara. Namun perihal tentang Jerry, Clara masih belum bisa terbuka kepada Gio. Karena Clara berusaha tidak lagi leluasa seperti dahulu kepada Gio. Clara mulai membangun kembali benteng besar yang ada dalam diri nya untuk siapa pun yang mendekati nya. termasuk keluarganya dan orang - orang di sekitar nya.

Melihat raut wajah Clara yang tiba - tiba berubah sedih, Gio mulai berhenti menanyakan tentang ibu nya dan mengetahui bahwa Clara tidak sedang baik - baik saja. Gio bisa mengetahui hal tersebut karena Gio merupakan seorang psikolog. Gio mulai mengalihkan pertanyaan nya dan mencairkan suasana kembali.

Clara mulai terlihat ceria kembali. Walaupun sebenarnya ia sedang menahan kesedihan nya, ia berusaha untuk terlihat baik - baik saja di depan Gio. Setelah mereka berdua selesai berbincang, Clara kemudian pamit terlebih dahulu untuk kembali pulang. Gio pun menawarkan diri untuk mengantar nya pulang, Namun Clara menolak nya karena ia tidak ingin ketergantungan lagi dengan Gio.

Gio sangat memahami Clara dan tidak ingin memaksakan kehendaknya lagi kepada Clara. Gio sangat bersyukur bahwa Clara kini telah memaafkan nya. Gio hanya berpesan agar Clara hati - hati selama perjalanan pulang. Clara membalas nya dengan senyuman dan pergi berjalan ke halte bis sendiri. Gio terus memperhatikan Clara yang berjalan perlahan menuju halte bis. Clara merasa cukup senang dan juga ia cukup menjernihkan pikirannya setelah ia berbincang dan bercengkrama dengan Gio.

Sebenar nya masih banyak hal yang ingin ditanyakan oleh Gio kepada Clara, namun Gio menahan nya. kali ini ia tidak mau terlalu memaksakan keinginan nya. Kali ini ia berusaha dengan perlahan - lahan untuk mendekati Clara kembali. karena Gio tidak ingin kehilanga Clara lagi.

avataravatar
Next chapter