6 Anak Laki-lakiku ( Part 3. Last )

Semakin hari keadaanku semakin memburuk. Stress yang tak kunjung selesai, terlalu banyak kejadian aneh yang membuatku semakin gila. Jadi untuk sementara aku titipkan Timmy kepada bibi Merry yang memaksaku sejak kejadian aneh itu untuk menitipkan Timmy kepadanya. Tetapi aku juga khawatir, karena dia sempat di rasuki oleh roh jahat dn mengatakan hal-hal buruk kepadaku. Tetapi bibi Merry meyakinkan ku bahwa aku saat itu hanya berhalusinasi, dia mengatakan aku terlalu lelah dan banyak fikiran karena itu dia memintaku untuk beristirahat sejenak selagi Timmy bersamanya. Anehnya Timmy yang biasanya tidak mau berpisah denganku, saat bibi Merry memintanya dia tidak menolak ataupun menangis. Dia mengangguk dan mengajakku pulang untuk mengemas pakaian nya.

"Ayah...aku akan menjadi anak baik. Bibi bilang ayah sedang sakit, aku harus bersamanya supaya ayah bisa beristirahat."

Ucapnya yang kala itu sontak membuatku terkejut, kenapa bibi Merry mengatakan kepada Timmy bahwa aku sakit, padahal aku sehat bugar.

#4.30 Sore

"Akhirnya..sampai juga di rumah"

Gumamku yang baru saja pulang menjenguk Timmy di rumah bibi Merry.

"Sepi sekali hari-hariku, aku kangen sekali padamu nak." Sedih rasanya berpisah dengan anak semata wayangku, membuat aku jadi sering melamun.

Saat aku mulai berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malamku sendiri, aku merasa janggal. Suasana dapur kala itu terasa lebih senyap dan dingin dibandingkan sebelumnya.

"Duk...duk..duk.."

Aku mendengar suara dari arah lantai atas, suara seperti seseorang berjalan dalam senyap. Suara tersebut berasal dari kamar Timmy,

"hallo...siapa itu.?"

Aku berteriak dari arah dapur, tetapi tiba-tiba suara itu menghilang dan berganti dengan suara seperti barang2 yang di seret secara bersamaan.

"Srekkk...sreekkk.. hhhiihihihi"

Aku terkejut karna aku mendengar tawa anak kecil,

"Aku tahu..k..kau Alex. Tolong sekali ini saja aku mohon untuk tidak menggangguku. Aku mohon Alex atau siapapun kamu.."

Badanku gemetar, pandanganku kabur dan nafasku terengah-engah. Entah apa yang terjadi setelahnya, karena begitu terbangun aku sudah berada di dalam ruangan yang gelap gulita.

"Dimana aku ini.." fikirku yang mulai kembali panik dan mencari sumber cahaya.

Saat aku mencoba meraba lantai, ternyata lantainya basah dan keadaan di ruangan itu sangat lembab.

"Bau apa ini... seperti bau bangkai dimana-mana. Dan sebenarnya aku dimana. Tolong lepaskan aku siapapun kamu, aku tidak akan melakukan apapun tapi tolong aku ingin pulang."

Ucapku memohon pada siapapun yang membuatku berada di tempatyang entah aku tidak tau dimana.

Tiba-tiba ada cahaya remang-remang yang menerangi ruangan, lalu aku melihat bayangan seseorang. Seseorang yang sangat aku kenali.

"K..kyle.!! Kyle sayang, ini aku. Tolong aku."

Aku terkejut melihat kyle istriku ada di ruangan itu tetapi dia seolah-olah tidak melihatku walaupun aku berkali-kali memanggilnya.

Aku hampiri dia, ternyata dia sedang memangku seorang anak.

"Bagaimana bisa. Sebenarnya apa ini."

Otakku mencoba mencerna semua yang terjadi disini, tetapi gagal. Tetap saja aku tidak mengerti semuanya.

"Nak... jangan khawatir, ibu bersamamu di sini. Kamu tidak usah takut ya..ibu akan menjagamu."

Ucap Kyle yang sedari tadi seperti ketakutan akan sesuatu.

Tiba-tiba aku mendengan suara pintu terbuka, "kreaakk..." aku melihat siluet seorang pria membawa pisau keluar dari pintu dan turun melalui tangga-tangga kayu.

"Sebentar, aku rasa aku tahu tempat ini. Ini GUDANG.!!" di tengah minimnya cahaya lampu, aku mencoba memperhatikan wajah pria itu, tetapi terlalu gelap di sana.

Semakin mendekat, Kyle pun mulai menangis.

Aku tetap mencoba memanggilnya tetapi percuma. Aku seperti terjebak di dimensi lain yang tidak bisa mereka lihat, seolah-olah aku tengah melihat diorama.

"Hei kau..!! roh, hantu, atau apapun kau.. ada apa ini.!! Apa tujuanmu sebenarnya.!"

Aku mencoba berkomunikasi dengan siapapun yang membuatku begini.

"Percuma saja...ini percuma." Keluh ku yang sudah mulai putus asa.

Aku terperanjat ketika mendengar teriakan kyle yang memohon-mohon kepada pria yang membawa pisau itu.

"Aku mohon padamu, jangan lukai dia. Dia juga anakmu..hiks..ku mohon.!"

Kyle menangis sesenggukan seraya memeluk Timmy kecil.

"Dia anakmu... tolong jangan sakiti dia. Aku mohon padamu Josh.!"

Bagai tersambar petir disiang bolong, bagaimana bisa laki-laki yang membawa pisau itu adalah aku.

Aku tercengang tak bisa berkata apa-apa, hanya bisa memperhatikan diorama di depan mataku ini.

■ Kyle & Josh POV

Kyle : "Josh... jangan berbuat macam-macam, aku mohon. Aku tahu kau kebingungan, tapi tolong berfikir jernih josh, aku tidak melakukan hal-hal seperti apa yang kau katakan padaku."

Josh : "Kau fikir aku akan percaya? Dengan semua bukti yang ada kau masih menyangkal?"

Kyle : " Josh.. tolong dengarkan aku, ini anak mu Alex, kakak nya Timmy. Bagaimana bisa kau melupakan anakmu sendiri??"

Josh : "JANGAN BERBOHONG PADAKU.!!! Kau fikir aku gila?"

Kyle : " Dengarkan aku sayang, kau sedang sakit dan dalam tahap pemulihan. Apa yang kamu dengar dan apa yang kamu lihat hanyalah halusinasimu saja, itu semua hanya ketakutanmu yang menimbulkan halusinasi."

Josh semakin mendekat ke arah Kyle dan mengacungkan pisau ke arahnya. Alex hanya bisa menangis meliha pertengkaran ayah dan ibunya tanpa dia mengerti mengapa.

Alex : "A..ayah..."

Josh : " Diam.!! Dasar kau anak haram.!! "

Josh membentak Alex dan sontak membuatnya menangis. Josh pun menarik Alex dari pangkuan Kyle dan membenturkan nya ke tembok.

Kyle : " Tidakkk..!! Josh..!! Apa yang kamu lakukan pada anakku..! Dia anakmu juga Josh..anakmu.!!

Josh : "kenapa kau tidak mengaku saja wanita sial.!! Teganya kamu menyakitiku, membuangku bersama Timmy."

Josh kembali menghampiri Kyle setelah memastikan bahwa Alex kecil sudah mati. Dan mulai menarik rambut Kyle dan mulai menangis, menangisi nasibnya yang menurutnya sangat tragis.

Josh : " Kau tahu, setiap malam aku selalu mendengar bisikan tuhan, dia berkata bahwa kau melakukan pemujaan dan Alex bukan anakku. Alex adalah anak iblis yang di titipkan di rahim mu, itulah kenapa keadaan Alex sangat berbeda dengan Timmy. Coba kau lihat anak cacat itu, lebib mirip iblis di bandingkan manusia."

Kyle : " Kau hanya berhalusinasi Josh.!! Kau sakit.. Lihatlah di laci kamar, apa kau lupa? Kau menderita Skizofernia.! Semua yang kamu lihat dan kamu dengar itu tidak nyata.!! "

Josh : " DIAM.!!! tidakkk.. tidak mungkin. Tidak mungkin tuhan membohongi ku.!

Josh mulai menghujamkan pisau ke arah perut Kyle, sekali...dua kali bahkan berkali-kali sampai isi perut Kyle mulai keluar. Darah mulai mengalir ke lantai dan membasahi sebagian ruangan gudang itu.

Kemudian Josh menelpon seseorang,

"hallo bibi Merry? Bagaimana dengan Timmy? Apa dia baik-baik saja? Aku tadi bertengkar dengan Kyle, dia memutuskan untuk pergi dan membawa Alex bersamanya...iya bi, aku esok akan segera kesana menjemput Timmy, terima kasih bi."

# End of POV

Aku seolah-olah melihat ingatanku yang hilang, kepalaku berdenyut sakit sekali. Jantungku serasa di remas...

Aku melihat 'josh' yang lain memasukan jasad Kyle dan Alex kedalam sumur yang ada di gudang bawah tanah "untung saja kau yatim piatu, jadi tidak akan ada seorangpun yang akan mencarimu." Ucapnya seraya memasuhkan jasad Kyle dan Alex.

Sesaat setelah itu dia naik ke ruangan utama, dan mendengar ia berteriak-teriak kemudian hening.

.

.

"Arrgghhh...sakitt, ada apalagi ini.!!"

Tiba-tiba semuanya gelap, gelap seperti pertama kali aku masuk ke ruangan aneh tadi, saat keadaanku mulai stabil. Aku merangkak menuju tangga gudang dan mencoba naik ke ruangan utama. " Sepertinya semuanya sudah selesai, aku sudah kembali ke duniaku."

Rasanya tiba-tiba aku ingin menangis, menangis keras karena mengingat apa yang telah aku lakukan kepada anak dan istriku.

Disela-sela tangisku, aku teringat bibi Merry dan segera menelpon nya untuk menanyakan kebenarannya.

Nada telpon tersambung terdengar, aku menunggu seseorang mengangkat telponku.

"Hallo Josh.." suara wanita renta di sebrang telpon terdengar olehku.

"Um.. bibi, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, tetapi aku mohon untuk tidak mengatakan hal ini kepada Timmy" ucapku kepada bibi Merry.

"Baik Josh. Tenang saja..Timmy tengah tertidur di kamarku" ucap bibi Merry yang membuatku agak sedikit tenang.

"Bi..apa yang terjadi kepadaku setelah Kyle dan Alex meninggalkan rumah?" Tanyaku kepada bibi Merry.

Hening...tidak ada jawaban untuk beberapa saat.

Lalu tiba-tiba aku mendengar suara seperti tangisan lembut.

"Begini Josh, aku tahu kau sangat tertekan kala itu. Di tinggalkan oleh istri dan anakmu itu pasti sulit. Saat itu aku menunggumu untuk menjemput Timmy ke rumah, tapi kau tak kunjung datang. Jadi aku dan Pamanmu saat itu memutuskan untuk ke rumahmu, dan betapa terkejutnya aku mendapatimu mersimbah darah dengan luka di pergelangan tangan mu. Aku langsung membawa Timmy kecil ke kamar dan pamanmu membawa mu ke rumah sakit untuk di tangani di sana. Kamu koma selama 1 minggu dan yang aneh adalah ketika kamu siuman, pamanmu bertanya kepadamu tentang keberadaan Kyle dan Alex. Kamu berkata pada pamanmu bahwa bukankah Kyle dan Alex sudah meninggal 1 tahun yang lalu karena kecelakaan. Saat itu Timmy berumur 3 tahun, jadi dalam ingatanmu, kamu sudah di tinggalkan oleh Kyle sejak Timmy berumur 2 tahun.

Aku tidak tega menceritakan semuanya kepadamu, tentang pertengkaranmu dengan Kyle. Aku berfikir kamu sangat terguncang dan menjadi stress.

Saat itu aku baru tahu dari rekam medis mu di rumah sakit jika kau mengalami penyakit Skizofernia semenjak kau dan kyle belum memiliki Timmy, dan membuat penderitanya berhalusinasi dan tidak bisa membedakan mana yang nyata dan bukan. Mungkin itu juga yang membuatmu berfikir jika Kyle kecelakaan. Akupun menceritakan semuanya ke pamanmu dan sepakat untuk tidak menceritakan apa- apa kepadamu, sampai pada saat pamanmu meninggal dia tetap menyimpan semua fakta itu.

Aku harap kamu bertabah Josh, aku tau semua ini berat."

Aku pun berterima kasih kepada bibi Merry dan menutup telponnya.

Fikiranku semakin kacau ketika aku mendengar cerita dari bibi Merry, semakin membuka tabir yang selama ini aku sendiri tidak tahu. Lebih tepatnya aku sendiri yang mencoba menutup ingatan mengerikan itu.

Dengan badan yang gemetar, aku coba naik ke kamarku dan membuka lemari beserta laci-laci mendiang istriku. Dan kau tau apa yang aku temukan?

Beberapa surat dan resep medis, keterangan penyakit di sana "Skizofernia stadium 2"

Disaat aku melihat-lihat isi laci tersebut, aku melihat bayangan seorang anak kecil yang bediri di pintu.

"Ayah..." dia memanggilku, akupun terkejut saat aku melihat wajah anak itu.

"A..alex, kau Alex kan?"

Aku mendekati bayangan tersebut, tetapi semakin aku mendekat, bayangan itu semakin menjauh.

"Ayah..aku sayang ayah, begitu pula ibu. Maaf aku beberapa kali mencoba membunuh Timmy karena aku iri padanya. Aku dan ibu sudah memaafkan ayah. Dan sekarang waktunya aku pergi."

Bayangan itu menghilang tanpa sempat aku mengatakan maaf kepadanya. Aku hanya bisa menangis di lantai kamar tanpa bisa melakukan apa-apa.

"Maafkan ayah nak... maafkan aku.. kau anak yang baik. Maafkan aku...uhh" tangisku sudah tak bisa di tahan lagi. Satu-satunya yang terbesit di fikiran ku untuk menebus kesalahanku adalah mengakhiri hidupku. Aku tahu ini semua tidak bisa di maafkan walaupun aku mati, tetapi aku tidak ingin hidup dengan rasa bersalah yang akan selalu tersemat dalam hati dan fikiran ku. Aku memang pengecut tak tahu diri, lelaki brengsek yang tidak pantas untuk hidup, tidak pantas untuk jadi seorang ayah.

.

.

Akupun menulis surat untuk bibi Merry dan dan Timmy, agar mereka tidak kebingungan ketika menemukan jasadku kelak.

Aku mengambil tali di dapurku atau apapun itu untuk mengakhiri hiduku.

Aku berjalan menuju tangga dan mengikatkan tali tersebut ke pagar tangga, lalu simpul untuk aku kalungkan ke leherku. Tak lupa juga untuk menyimpan surat wasiatku di sebelahku agar tidak sulit mereka menemukan nya.

Aku melingkarkan tali simpul ke leherku, dan melompat dari atas tangga ke arah pinggir tangga di mana aku menggantung diriku sendiri.

"Gelap...sakit..sesakk."

Tiba-tiba semua gelap, semakin gelap...

Dan hening...

# Surat Wasiat Josh

Hi bibi Merry...

Aku harap kau tidak terkejut saat kau menemukan ku tergantung di pagar tangga.

Maafkan aku, karena pada akhirnya aku hanya bisa menyusahkan mu saja, aku hanya ingin memberi tahu bahwa menghilangnya kyle itu karena akulah yang membunuh Kyle dan Alex, aku tidak akan menceritakan bagaimana dan mengapa, karena aku sendiri tidak begitu ingin mengingat dan menceritakan kejadian tersebut.

Tolong telpon pihak berwajib dan periksa sumur yang berada di gudang bawah tanah rumah ini, disanalah aku membuang jasad Kyle dan Alex.

Aku ingin di makamkan bersama dengan mereka.

Tolong sampaikan maafku kepada Timmy, aku bukan ayah yang baik untuk dia.

Aku sangat menyayangi dia, tetapi keberadaanku di dekatnya akan sangat berbahaya. Aku tidak ingin membahayakan Anakku lagi.

Seluruh harta ku akan aku berikan semua kepada Timmy dan bibi, jualah rumah ini, dan tinggalah di toko.

Kelak jika saatnya sudah tiba biarkan Timmy yang menjaga bibi dan toko kecil itu.

Terima kasih sebanyak-banyak nya dariku untuk mu bibi.

Maaf aku sudah banyak menyusahkanmu, bahkan akhirnya aku hanya menambah beban hidupmu.

Jagalah Timmy bi, aku mohon rawatlah dia seperti anakmu sendiri.

Salam sayang

Josh

.

.

.

.

.

.

# TAMAT

Penjelasan :

Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.

# Note :

Serial ini masih berlanjut, menceritakan perjalanan Timmy anak bungsu dari Josh.

di tunggu update nya yaa...

avataravatar
Next chapter