5 #5

"WOY BANGSAT!!" teriak rey lalu diikuti lemparan beberapa batu oleh rana.

setelah dirasa batu tersebut masuk kedalam warmang, rana serta rey berlari untuk bersembunyi.

sementara itu alen yang sedang bersantai dg beberapa sahabatnyapun dikejutkan dengan sebuah batu yang melayang hampir mengenai wajan panas yang dipakai mang agus untuk menggoreng.

"allahu akbar! demi sempak pasha yang gak pernah di cuci, siapa yang lempar ini batu woy!!" teriak anas dengan kencang.

"woy maju lo sini gak usah diem-diem nyari ribut."sambung pasha.

kemudian mereka semua pun keluar melihat siapa gerangan yang melakukan hal tersebut

sebelum keluar alen sempat mengambil batu tersebut yang dilapisi sebuah kertas lalu ia membukanya.

'pecundang, gw tunggu lo nanti malam jam 12 di jalan angrek'

alen kemudian menatap kearah sekitar melihat dengan seksama berusaha mencari tahu siapa pelakunya.

"untung aja gak masuk ke wajan, kalo masuk kan berabe muka ganteng gw kena minyak panas."ucap Bakri dengan tenang.

"bagus kri, biar sekalian di oprasi plastik."balas karim.

"ide bagus."sahut alen kemudian mereka semua tertawa tanpa terkecuali Bakri yang memandang mereka semua dg sengit.

sementara itu rana dan ray sedang berusaha bersembunyi di balik tembok dekat sana, ia akan mengutuk ray jika cowok itu melakukan hal yang bodoh yang membuat mereka tertangkap.

krekk

rana memandang tajam ke arah ray, cowok itu menginjak sebuah kaleng dan membuat suara yang sangat nyaring.kemudian dengan aba aba rana menyuruh ray berlari terlebih dahulu lalu ia mengikutinya dari belakang.

"woy kadal!!" teriak Bakri menunjuk ke arah mereka.

alen pun melihatnya ia bahkan dapat melihat wajah rana kala.gadis itu menoleh kepala untuk memastikan bahwa ia dan teman temanya akan mengejarnya atau tidak

"ray woey!" ucap pasha dg heboh.

alen menatap sahabatnya itu dengan bingung, kemudian segera menatap batu yang gadis itu lemparkan.

"ray."beo alen

"iya ray anggota gang mortem."jelas pasha.

alen berpikir sejenak kemudian mengingat- ingat sesuatu tentang nama 'mortem'

"setau gw gang itu reza yang.pegang kuasa."balas.alen

"iya reza pendiri dan yang punya kuasa lebih.

tapi ada satu orang yang di pilih langsung oleh reza untuk mimpin pasukan. ya bisa dibilang tangan kanan nya reza. tapi gatau siapa tangan kanannya itu."jelas pasha

"jadi maksud lo si reza gak punya tangan kanan? jadi dia jadiin orang lain tangan kananya?. kasian banget ya dia kapan-kapan nengokin yuk."ucap Bakri dengan wajah melas.

semua menatap nya dengan malas begitupun alen yang hanya bisa menghela napas kasar.

"lama-lama lo yang gw ilangin tangan kanan nya kri."ucap alen dengan gemas.

kemudian Bakri menyembunyikan tangan kananya setelah mendengar penuturan alen

"gw bilangin bapak uki lo."ucapnya seperti anak kecil yang malah mendapat jitakan di kepala oleh semua sahabatnya.

alen memikirkan kata kata yang berada di kertas yang dilemparkan tadi siang lalu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 11 malam.

saat ini ia sedang berada di rumah, menemani adiknya yang sedang menonton film kartun. begitulah kegiatanya jika hari libur

saat pagi menemani bundanya belanja, siang berkumpul bersama gang nya, sore dilanjutkan beain game bersama sang ayah lalu malam dilanjutkan dengan menemani adiknya nonton kartun

"dek, gw ijin keluar sebentar ya ada urusan."ucap alen kepada adiknya itu.

"tapi beliin gw roti bakar."ucapnya kemudian diacungi dua ibu jari oleh alen.

alfara, adiknya itu baru duduk dibangku kelas 10 dan mereka pun satu sekolah di sekolah milik keluarga membuat mereka berdua menjadi idola di sana. walau sejujurnya ale. dan alfara tidak suka akan hal itu.

alen menyambar jaket yang didekat sana sepulang berkumpul ia memang langsung menuju ruang tengah tanpa ke kamarnya.

"mau ke mana bang?" ucap sang bunda saat kakinya baru beberapa langkah ingin pergi

"eh bunda yang cantik dan manis nan imut uwu, alen mau keluar sebentar bun."pamitnya dengan cengiran.

avataravatar
Next chapter