19 Malu-maluin?

Hoiii!

Happy Reading!

****

"Oh? Enemy's? Mo ngapain? Ah! Samu! Galang sama Yang lain mau makan daging! Mau ikut?" ajak Rindu ketika sadar Galang dan teman temannya mulai berbenah.

Mendengar kata 'Daging' sontak saja Samudera mengangguk, "Ayo, aku ikut! Jangan pernah malu-malu kalau di traktir!" ujar Samudera menggebu-gebu sambil menarik tangan Rindu guna menyusul Galang dan yang lain.

Tap!

Tap!

"I pray for you, kasian ... dikacangin," ucap Eduard setelah menepuk-nepuk punggung Hanma sebelum akhirnya berlari menyusul sepasang kekasih tadi.

"Anj*r, gue dikacangin?" gumam Hanma tak percaya.

Matanya menatap kesal ke arah punggung Samudera yang mulai menghilang dari pandangannya, decakan sebal terdengar bersamaan Hanma yang melenggang pergi dengan berat hati.

"Apa?" tanya Hanma kesal saat rekan satu timnya menatap dia nanar, apakah begitu menyedihkannya Hanma saat di kacangi seperti tadi?

Ardien mendekati sang Kapten dan menyerahkan handuk kecil guna menyeka keringat yang mengucur bebas dari wajah mereka, "Haus gak? Perlu gue ambilin?" tanya-nya tersenyum simpul.

Gelengan kepala membuat Ardien mengangguk paham, Hanma, kapten di tim voli mereka sedang tidak ingin minum meski sudah dibuat kehausan oleh tingkah Rindu dan Samudera. "Apa yang lo lihat? Mua gue tonjok lu?" sarkas Hanma pada Radit yang menatapnya tidak suka.

Pria itu tersentak saat tingkahnya disadari oleh Hanma sendiri, Radit panik dan pergi keluar terlebih dahulu tanpa menunggu temannya yang lain.

"Itu bocah lama-lama ngeselin! Pelatih! Engga bisa gitu, keluarin aja si Radit?" protesnya setelah pelatih mereka mendatangi Hanma.

Wajah pelatih mereka terlihat sangat suram, dia pun mulai tidak senang dengan kehadiran Radit yang selalu menekan pemain lainnya. Jika anggota yang dia latih di tekan, pelatih bernama Suzuna Ryotaro itu akan memastikan. Tim dari Sma Matahari tidak akan pernah bangkit, dan itu semua karena Radit!

"Kamu tenang aja Han, bapak akan rundingkan masalah ini sama kepala sekolah." ujar Suzuna serius. Dia segera mengajak anak didiknya pergi, pastinya setelah memberikan ucapan selamat pada Sma Hexagon.

Yah, mau mengucapkan selamat pada timnya langsung pun tidak akan berhasil. Mereka semua pasti sudah berangkat menuju tempat BBQ seperti yang ia dengar sebelumnya.

"Pelatih, apa perlu juga kita sesekali mengadakan BBQ bersama? Sepertinya menyenangkan," usul anggota cadangan di tin Voli mereka.

Usulan dari anak didiknya membuat Suzuna mau tak mau memikirkan jawaban yang sekiranya pas untuk pria itu, "Boleh, sekaligus meningkatkan keharmonisan tim kita. Seperti kekompakan yang dilakukan oleh tim Sma Hexagon.

Gubrak!

"Aduduh! Lu ngapain dempet dempet weh! Menjauh dari Rindu!"

Teriakan dari suara yang sudah di kenal oleh mereka membuat semua mata menoleh, menatap pemilik suara yang tengah berdebat dengan temannya sendiri.

Doeng!

itu, semua yang ada di depan mereka adalah Rindu dan anggota Voli Hexagon. "Kok ... kalian belum berangkat? Katanya mau keluar untuk makan BBQ?" heran Suzuna mengerutkan kening.

"Yaa ... gimana mau berangkat, orang pelwtih belum keluar.."

Celetukan Samudera membuat Suzuna mengangguk paham, ternyata lawan dari muridnya menunggu pelatih yang tidak akan datang, secara, tadi dia melihat pelatih club Voli Sma Hexagon pergi bersama kepala sekolah. "Lebih baik kalian segera pergi, pelatih kalian tampaknya sangat sibuk ... lagipula, apa tidak ada kendaraan lain selain pick up itu?" tanya Suzuna menatap aneh mobil pick up yang di penuhi oleh anggota Voli Sma Hexagon.

Merasa tidak ada yang menjawab, Rindu pun berinisiatif menjawan pertanyaan tadi. "Pake mobil yang ada ac nya udah biasa pak, kalau pake mobil pick up anginnya real alami, jadi lumayan ... bikin mual, hahahaha!"

Lawakan di akhir penjelasannya menyulut tawa yang lain, mereka terbahak tanpa berhenti karena merasa perkataan Rindu sangatlah benar. Memang jika di mobil pick up lumayan enak, yang tidak enaknya hanya mabuk darat.

"Pak, itu cuma alasan mereka ... anda kan tahu, Sma Hexagon itu kebqnyakan murid beasiswa.. ya pasti beda level lah!" sindir Radit lagi-lagi ingin membuat semua marah.

Varel yang sudah tersindir sontak berkata dengan sinis, "Idih, lu bertingkah seperti punya banyak uang aja ... bocah manja Yang hanya bisa membuang-buang uang orang tuanya jangan bertingkah sok keras!"

"Heh, dengerin! Bahkan sisa jajan gue hari ini lebih banyak dari biaya SPP kalian!" balas Radit sombong.

Eduard menghela napas panjang dan berubah menyandarkan tubuhnya pada bodi mobil setelah berhasil mendorong temannya hingga jatuh. "Emang uang lu sisa berapa? Kok lu ngomong kaya punya banyak uang? Uang ortu?" sambarnya merebut kue dari Galang yang entah kapan datangnya kue tersebut.

"Eduard, lu keterlaluan! Gue belom make a wish anj!" pekik Galang murka.

Tanpa perasaan Galang menjewer telinga Eduard sampai pria itu mengaduh minta ampun, sebenarnya Eduard heran, apa gunanya kue di saat tidak ada satu pun orang yang berulang tahun sekarang. "Guna nya kue itu buat apa sih? Kan gaada yang ulang tahun?!"

"Shut up! Can't you guys stop fighting?l" tanya Rindu setelah melayangkan tamparan pada kedua pria yang berstatus temannya sendiri.

Puas dengan semua yang dilakukan Rindu, senyuman Samudera kembali muncul kepermukaan. Hanya Rindu yang menyadari itu, karena salah tingkah, dengan pipi memerah dirinya mengusulkan supaya mereka langsung pergi ke tempat BBQ.

Bugh!

Tepukan kencang di punggung Samudera membuat dirinya meringis kesakitan, "Jan senyum, gue nya baper! Gawat nanti kalau cintanya tambah meluber."

Ah, tampaknya senyum yang jarang dikeluarkan Samudera berhasil menambah nominal cinta pada dirinya! Kalau begitu, mari buktikan!

"Emang kenapa kalau tambah meluber?" tanya Samudera memberi senyuman jahil.

Pipi Rindu yang semakin memerah membuat Samudera gemas sendiri ingin menarik pipi chubby Rindu, "Karena ... kalau rambah banyak gue jadi bucinnya Samu dong, gimana kalau nanti, gue gamau pisah bahkan barang hanya pulang kerumah masing-masing?" tanya Rindu menunduk.

Tidak ingin ke-uwwu-an yang menyakiti hati para jomblo seperti anggota Voli lainnya, Eduard segera membuka mulut. "Galang! Yok pergi, lu yang nyupir yah!" suruh Eduard menepuk bahu Galang yang sebenarnya masih kesal dengan Eduard.

'Lu mau bikin Rindu makin ngamuk? Atau lu mau lihat ke uwwu an mereka?' bisik Eduard membuat Galang mau tak mau berdiri dan duduk di kursi pengemudi.

"Awas lu ntar!" kecamnya sebelum menjalankan mobil tersebut.

****

Doeng!

Sungguh, Rindu benar-benar tidak menyangka permasalah kue di parkiran sekolah tadi masih berlanjut. Kucing dan Tikus itu kini saling membunuh lewat tatapan mata, yang risih bukannya mereka melainkan Rindu dan yang lain.

"Aihhh, apa aku harus turun tangAN! GALANG!"

Jika bukan Rindu yang menghentikan Galang, niscaya wajah tampan Eduard akan babak belur oleh Galang. Menggunakan kalimat yang ampuh Rindu berhasil menaklukkan kemarahan Galang, "Bro, itu dagingnya mau di anggurin aja? mulai yok! Soal kue kita urus besok disekolah," saran Rindu yang ajaibnya di setujui oleh Galang.

Anggota tim Voli berebut mengambil daging yang baru matang, Rindu dan Samudera hanya melongo saat mereka semua menghabiskan semuanya di putaran pertama.

"Kok mereka habisin sih? Kita makan apa?" lirih Rindu menunduk sedih.

Seketika aura murung dari Rindu memenuhi ruangan, mereka saling lirik dan sesekali melihat Rindu yang bersedih. Mereka kira Rindu seperti itu karena Samudera menjahilinya, padahal justru mereka lah yang menjadi penyebab murungnya Rindu.

Tap!

Sebotol susu berperisa Vanilla diletakkan oleh Samudera, gadis itu menaikkan pandangannya guna mencari tahu apa maksud sari susu perisa vanilla di depannya. "Samu, ini tah apaan?" tanya Rindu memiringkan kepalanya.

"Udah jangan banyak tanya, itu minum susu rasa vanillanya dulu ... putaran kedua giliran kita kok," ujar Samudera tersenyum manis.

Tangannya bergerak untuk mengacak rambut Rindu, serta mencubit pipi gadisnya sebentar. "Ih! Jangan kaya gini dong! Kalau cinta gue makin jadi gimana?" tanya Rindu dengan pipi memerah.

"Emang kenapa kalau makin jadi? Itu bikin lu mau tinggal bareng sama gue?" tanya Samudera balik, keromantisan mereka terhenti begitu suara Eduard membuyarkan segalanya.

"Yuhuuuuu! Putaran kedua abis, tersisa bagian terakhir!"

Teriakan dari Eduard membuat semuanya terdiam. Suasana terasa suram begitu Rindu dan Samudera menatap dengan tatapan horor karena belum memakan BBQ tersebut, mereka semua bahkan tidak bisa dimaafkan jika putaran ketiga dimakan anggota yang lain karena mereka hanya memesan tiga putaran.

Tap!

Tap!

Tidak cukup dengan tatapan suram, Rindu kini tampil berbeda dibanding hari biasanya. "Lu pada berniat ngabisin dagingnya Samudera dan gue, kan?"

"Ehehehe ... ."

Tawa dari Eduard membuat nya semakin emosi, Rindu mengangkat kursi kosong di sampingnya yang kosong, tempat itu sengaja kosong karena paksaan Samudera.

"LU PADA JAN MALU-MALUIN! COBA TENANG SEDIKIT!"

****

Makasih udah mampir, luv yuuz

avataravatar
Next chapter