14 Lihat! Udah Baikan

Hiii...

Happy Reading!

****

Sambil menyanyikan lagu Jepang dengan sangat lucu, Rindu menggerakkan kedua tangannya sama seperti vidio anak kecil berusia dua tahun yang barusan dia tonton.

"Rindu!"

Doeng!

Tubuh Rindu terlonjak sejenak saat mendengar suara Samudera, kekasihnya. Setelah menoleh, Rindu mendapati kekasihnya tengah melepas almameter dan melemparnya ke atas paha Rindu. "Lho? Kenapa, Samu?" heran Rindu menerjab bingung.

"Buaya banyak, gue gabisa bunuh satu-satu!"

Jawaban dingin yang Samudera berikan membuat Rindu tersadar, gadis itu terkekeh dan meminta Samudera duduk di kursi sampingnya yang kosong. Bukan sengaja di kosongkan, melainkan Bunga, teman se-meja-nya tidak masuk sekolah karena sakit.

Sambil menurut dengan duduk di samping Rindu, mata hazel Samudera menatap manik mata sang Pacar. "Kenapa?" tanya Rindu terkekeh. Bukan karena menyepelekan Samudera, tetapi Rindu tidak pernah tahan jika kekasihnya itu sudah menatapnya tajam.

Jangan mengatakan kalau Rindu aneh, itu benar adanya. Jika Samudera marah atau bertingkah seperti ini tentu saja Rindu akan semakin senang, "Masih nanya kenapa? Harusnya tadi lo ngejar sampai dapet penerimaan maaf dari gue! Kenapa malah balik ke kelas dan duduk seperti itu?!" omel Samudera galak.

Penghuni kelas sontak berbisik-bisik melihat kedekatan dua orang yang sifatnya berlawanan tersebut, baru sekali mereka melihat Rindu dan Samudera berbicara.

Tanpa memerdulikan teman sekelasnya, Rindu menyandarkan kepalanya di dada bidang Samudera dan mulai memainkan game di ponselnya, "Kan Samu yang bilang, 'Pergilah ke kelasmu, Rindu!'. Samu lupa?" tanya Rindu mencibir.

Jelas Samudera sendiri yang menyuruhnya masuk kelas, jadi, dimana terdapat kesalahan Rindu? Nothing, alias tidak ada. Hei, Rindu itu adalah gadis yang penurut, jadi kalau Samu menyuruhnya balik ke kelas Rindu akan menuruti.

Kening Samudera terasa berdenyut, kenapa Rindu begini sekali sih? Tanpa memikirkan maksud dari perkataannya, Rindu menjalankan semua apa yang dia minta. "Haish, sudahlah!" ketus Samudera mengambil buku paket kimia dari tasnya.

Mata biru milik Rindu terlihat memperhatikan Samudera dengan seksama, mata polosnya beberapa kali menerjab sambil memperlihatkan wajah ragu ingin bertanya. "Samu, kenapa masih di sini? Gak balik ke Ipa 1?"

Rindu langsung mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi dia ragukan untuk di ajukan pada sang Kekasih, tapi, karena terlalu penasaran Rindu pun langsung mengeluarkan pertanyaan.

Gelengan di kepala Samudera menjawab segalanya, pria itu menaikkan kacamata yang hampir jatuh dan melirik Rindu sebentar. "Banyak buaya di sini, gue harus melindungi elu." ketus Samudera menyindir teman sekelas Rindu yang berada di belakang keduanya.

Brak!

Gemas dengan sindiran Samudera, Ederson, selaku preman kelas tentu saja tidak terima. Sambil menggebrak meja, pria berdarah Jawa itu berjalan mendekati Samudera. "Apa kata lu, tadi? Buaya? Lu ngatain kits buaya?" tanya Ederson berusaha mengintimidasi Samudera.

Melihat wajah Samudera yang masih flat, Ederson menarik kerah seragam Samudera sampai pria itu di paksa berdiri. "Jangan songong anj! Lu ngapain Rindu?! Enyah lu, anak pinter Ipa 1!"

Tanpa basa-basi Samudera di usir dari kelas 11 Ipa 4, bukan hal yang tabu lagi kalau Ipa 1 dan Ipa 4 di kelas 11 Sma Hexagon bermusuhan. Rata-rata penghuni kelas 11 Ipa 1 itu songong semua, apalagi pada angkatannya di Ipa 4, alias Rindu dan teman sekelas.

Kelas 11 Ipa 1 merasa Rindu dan teman sekelasnya adalah pemandangan menyedihkan di jurusan Ipa, secara Kelas Ipa 4 berisikan orang-orang yang salah masuk jurusan karena asal pilih saat masuk Sma.

Awalnya kelas unggulan tersebut tidak bersikap seperti ini, tetapi sejak kelas Rindu berhasil mengalahkan kelas 11 Ipa 1 di olahraga Bulu tangkis, Voli dan Basket, semua murid pintar itu menyimpan dendam tersendiri pada kelas 11 Ipa 4.

"Eddy, jangan dong.." rengek Rindu berusaha melepaskan cengkraman Ederson di kerah Samudera.

Tak percaya dengan apa yang dia dengar, Samudera pun bertanya. "Apa, tadi? Eddy?"

Rindu mengangguk semangat, tangannya bergerak menunjuk beberapa pria di sekitarnya untuk memperkenalkan Samudera pada mereka semua. "Nah, mereka semua itu, Monyet!"

Ederson dan teman-teman yang awalnya senang di perkenalkan oleh Rindu sontak melotot tak percaya, Rindu masih mengejek mereka sebagai monyet?!

Ray, si ketua kelas yang sedari duduk dengan gelisah di kursinya pun berdiri, "Hei! Kembali duduk! Sebentar lagi pak Luno masuk!" teriak Ray membuat semuanya langsung duduk di kursi masing-masing.

Mata hitam Ray menatap Samudera malas, "Kembali lah pada kelasmu, Samudera Timur." Tegas Ray mengusir Samudera tanpa segan.

Bukan Samudera namanya jika menurut begitu saja, seolah tak mendengar pria itu kembali duduk dan membaca buku paketnya dengan seksama.

Tak lama setelah itu, Pak Luno. Guru Kimia memasuki kelas, pria paruh baya hang terkenal killer itu memperhatikan muridnya dengan seksama. "Heh! Itu yang di pojok kenapa malah tidur!? BANGUN ATAU SAYA KELUARKAN KAMU!"

JEDER!

Lihat, benar bukan?! Baru masuk saja Pak Luno berhasil mendapati teman Ederson yang bernama Malvinzo Cleon, tertidur di pojok kelas karena begadang semalam.

Sayangnya, karena begadang sampai jam lima dini hari Malvin tidak bergerak sedikit pun. Kesal dengan itu, Pak Luno pun melempar penghapus papan tulis pada Malvin.

DUAGH!

"APAAN SIH AN--"

Belum selesai teriakan amarah dari Malvin keluar, pria itu segera tersadar akan kesalahannya. "Apa? Lanjutin omonganmu! An apa?!" tanya Pak Luno sewot.

"Angkasa pak, aku nya ada rasa, kamu nya biasa aja.."

Malvin sangat tertolong dengan kebiasaan buruknya yang selalu scroll aplikasi anak muda, setidaknya ada beberapa kalimat yang bisa menjadi sarana kabur dari hukuman Pak Luno.

Tak suka dengan maksud Malvin, Pak Luno pun berdecih. "Dih! Yasudah! Duduk dengan benar karena kita akan mulai belajar!"

Suruhannya tidak didengar dengan baik oleh Malvin, pria itu kembali memanggil Pak Luno dan bertanya. "Pak? Saya tidak di keluarkan dari kelas? Biasanya kan siswa atau siswi yang bikin bapak marah di keluarin?"

Mendengar itu seluruh kelas sontak menatap Malvin malas, ternyata dia sengaja ingin membuat pak Luno marah dan akhirnya di keluarkan dari kelas, alasan? Sederhana, perutnya keroncongan dan kantin adalah suatu solusi bagi anak berandal di jam seperti ini.

Lagi dan lagi Pak Luno berdecih tak suka, "Kamu pikir pria tua ini tidak tahu?! Sengaja kan kamu, supaya bapak usir keluar lalu kamu bisa kabur ke kantin buat makan? Kan bisa dateng lebih pagi buat nongkrong di kantin selama yang kamu inginkan?!"

Pertanyaan sarkas keluar dari mulut Pak Luno, dia kesal melihat murid seperti Malvin berkeliaran di sana. meski mendapat teguran pun mereka tidak akan jera, jadi untuk apa menghukum dengan mengeluarkan murid dari kelas?

Sebelum Malvin membuka mulutnya, Pak Luno sudah memotong terlebih dahulu. "Jangan banyak protes, buka bukumu dan dengarkan pelajaran dari saya!"

Saat hendak berbalik guna duduk di kursi guru, mata Pak Luno menangkap kehadiran Samudera. Lho? Kenapa murid cerdas itu ada di sini?

"Nak Samudera, kenapa kamu ada di sini? Kelasmu kan Ipa 1?" heran Pak Luno menaikkan kacamatanya cepat.

Samudera memberikan senyum tipis pada guru kesukaannya, "Benar pak, saya di sini mau ngajarin Rindu kimia." Terang Samudera berbohong.

Dia ke sini karena tak suka Rindu di kelilingi Buaya, kalau masalah pelajaran Samudera tidak berhak memaksa Rindu untuk belajar. Yang pasti, kalau Rindu ingin, maka Samudera akan mengajari semua pelajaran.

Senang dengan jawaban Samudera, Pak Luno mengangguk. "Baiklah, bersabar untuk mengajari Nak Rindu yah ... otaknya dalam belajar memang agak terlambat." Tegur Pak Luno membuat Rindu berdecih tak suka.

Bisa-bisanya guru kimia yang sangat tidak d sukai Rindu mengejeknya seperti ini?! Ah, sepertinya mulai besok Rindu akan membolos di jam pelajaran Pak Luno!

Sumpah, Rindu akan berkomplot dengan Malvin dan membolos di jam pelajaran Pak Luno!

Lain dengan Rindu yang kesal, Samudera terkekeh pelan. Tangannya bergerak untuk menekan kepala Rindu yang sedang menatap Pak Luno tajam dan berkata, "Saya pasti bisa mengajarinya pak, anda tenang saja."

Pak Luno mengangguk paham, acara belajar mengajar pun mulai dia lakukan. Materi demi materi yang tidak di pahami Rindu mulai di jelaskan secara cepat oleh guru Kimia mereka, "Pssh!"

Tak kuat akan pelajaran itu, Rindu gatal ingin mengajak Samudera bicara, jarang-jarang dia bisa seperti ini dengan Samudera kan?

Merasa di abaikan, tangan kecil Rindu bergerak untuk mencubit lengan Samudera sampai pria itu refleks menoleh. "Apa?" tanya Samudera amat pelan.

Sebelum menjawab, Rindu menatap mata hazel Samudera terlebih dahulu. Dengan mata berbinar Rindu berkata, "Nanti pas istirahat, makan bareng kuy!"

Ah, ternyata ajakan unfaedah yang Rindu keluarkan. Yah, salah Samudera sendiri berharap terlalu berlebihan soal Rindu yang ingin belajar.

"Gak."

Doeng!

Ah, meski merajuk pun Samudera berhasil di luluhkan oleh tingkah bodoh Rindu. Lihat, seberapa sering pun mereka bertengkar, pada akhirnya Rindu dan Samudera akan bersikap seolah tidak ada masalah yang terjadi sebelumnya.

****

Lanjut gak? lanjut gak? kuy gas ngeeng!

Makasih dah baca, luv yuuu!

avataravatar
Next chapter