18 Ditraktir

Hiii...

Happy Reading!

****

Eduard yang paham situasi segera menepuk-nepuk punggung Samudera yang baru duduk di sampingnya. "Sabar lagi, bro ... Rindu kan emang gini, dia gak bakal berhenti sebelum puas dengan permainannya. Lu duduk dan tonton saja dia,"

BUGH!

Samudera langsung menoleh saat suara yang sama seperti beberapa waktu lalu kembali terdengar, "APA INI?! ITU CURANG!"

Doeng!

Semua mata kembali menatap lapangan volly yang kini kembali panas, tetapi kali ini pihak musuh lah yang marah. Di saat musuh marah karena tindakan Rindu, m si pelaku justru malah asik memungut bola volly yang menggelinding ke pinggir lapangan.

SREK!

Plaaak!

"Kyaaaa!"

Para pemandu sorak dari tim musuh banyak yang terpekik karena Rindu menampar kapten tim musuh yang menjambak rambutnya kasar, tanpa segan Rindu menatap mata hitam pria itu menggunakan mata birunya. "Kok main kasar? Gue cuma ngambil bola!" desis Rindu tak suka.

Sambil memegang pipinya yang memanas karena tamparan dari Rindu, Kapten tim musuh bernama Hanma Wijaya menunjuk sebuah bekas bola volly yang ada di samping garis pembatas lapangan. Dimana Middle blocker nya terduduk tepat di samping bekas bola tersebut, "Gue tanya tadi itu apa?! Lu berniat melukai Middle blocker gue? Itu suatu kecurangan, lu gak tahu?!" tanya Hanma berdesis.

Sebelumnya Rindu melakukan spike secara tiba-tiba setelah merebut bola milik Galang, yang dia tuju tentu saja ujung garis pembatas, tapi Rindu sama sekali tidak menyangka akan ada yang menghadangnya dengan sigap. Dan orang itu adalah Ardien Kumaze, Middle Blocker milik Sma Matahari.

"Ya gue gak tau, kan niatnya mau serangan tiba-tiba.." ujar Rindu mengidikkan bahunya cuek.

Menghindari perkelahian yang akan terjadi, Galang bergerak cepat untuk mendorong Hanma yang ingin menonjok Rindu. Jika itu terjadi maka singa liar milik sahabat perempuannya akan meloncat dari bangku penonton, tentu saja singa yang Galang maksud adalah Samudera, siapa lagi yang akan marah ketika Rindu di sakiti? Para fans nya? Mereka itu hanya sekelompok ubur-ubur yang tidak bisa apa-apa.

"Lo mau ngelakuin pelanggaran juga? Memukul lawan eh? Lu gak liat wasit yang duduk di sana?" tanya Galang sarkas.

Hanma berdecih, untungnya Middle Blocker mereka tak sempat menahan pukulan kencang dari Rindu. Sehingga anggotanya itu hanya terguncang dengan bunyi nyaring yang di hasilkan oleh serangan Rindu, "Masih bisa main?" tanya Hanma memegang kedua bahu anggota tim sekaligus sahabatnya sendiri.

Radit yang awalnya terdiam tak percaya kini menatap wajah polos Ardien dengan mata memerah, dia mendekat dan menampar pria itu sambil mengomel. "LU BISA MAIN GAK SIH?! MASA MIDDLE BLOCKER GABISA NAHAN SPIKE DARI MIDDLE BLOCKER JUGA!"

Tubuh Ardien yang sudah bergetar kini semakin bergetar, mulutnya bahkan terasa amis. Sepertinya darah mulai memenuhi rongga mulut Ardien, tamparan Radit yang kencang membuat tubuh ringkih Ardien terluka tanpa bisa di atasi.

"S-sorry dit, si Rindu kek bukan Middle Blocker ... malahan gue rasa spike darinya lebih keras daripada Galang.." lirih Ardien mengalihkan pandangannya dari wajah sangar Radit.

Raditya Liamius, pria berusia 17 tahun yang mengambil bagian Setter di club volly pada Sma Matahari memang terkenal karena sikap pemarahnya. Tetapi, semua tidak bisa melakukan apapun karena permainannya juga lumayan bagus untuk di buang begitu saja.

Sifat pemarah yang sudah menjadi bawaan dari sang ibu membuat Radit semakin disegani, banyak yang takut kepadanya karena pernah ada siswa yang dipukuli habis habisan oleh Radit. "Ck! Bilang aja lu takut kan sama musuh? Lu takut sama Sma Hexagon yang bahkan gak pernah masuk turnamen Nasional? Ardien! Kita adalah Tim yang tahun lalu mewakili Indonesia ke kancah Internasional! Masa lu takut sama makhluk cemen kek mereka?!"

Tersinggung dengan suara keras Radit, Galang dan temannya menatap musuh tak suka. Meski begitu ada anggota inti Tim Rindu yang mendadak down akibat ejekan Radit, tanpa melihat pun Rindu tersadar dengan situasi yang Timnya alami sekarang.

Pertandingan kembali di mulai setelah Hanma menjauhkan Radit dari Ardien, berkat ejekan tanpa sadar yang Radit lontarkan, semangat Tim Rindu menghilang begitu saja. Score yang awalnya 15-09 kini menjadi 17-21, tentu ini bukanlah hal Bagus unyuk timnya.

"Hosh ... hosh. Tidak baik, aku harus menghilangkan rasa insecure mereka!" gumam Rindu menyeka keringat yang jatuh dari keningnya.

Tangan Rindu berdenyut kencang karena terus saja menahan spike dari musuh, jika dibiarkan Tim Rindu akan mengalami kekalahan mutlak dan Radit akan semakin menghina Sma Hexagon. "Lu gak papa, Rin?" tanya Galang yang kondisinya tak kalah buruk dari Rindu.

Sebagai Wing Spiker dia tidak bisa berbuat apa-apa di saat Hileo, Setter tim mereka sedang dalam fase dilema. Semua bola yang di berikan oleh Hileo selalu meleset, jika Rindu tidak sigap sebagai Middle blocker sekaligus Libero tentu saja mereka sudah kalah dari tadi.

"Gak papa kok, cuma ... Galang, kondisi Hill keknya gak baik." Lapor Rindu menerjab sambil melirik Hileo yang akrab di sapa Hill kini terlihat melamun sambil menatap lantai lapangan.

"Emang, gue mau keluarin dia terus ganti sama Setter cadangan." Ujar Galang mengangguk, mereka harus bertindak cepat jika tidak ingin kalah. Sekarang itu babak penentu, Musuh sudah mendapatkan satu kemenangan, sama seperti mereka.

Rindu menggelengkan kepalanya tak setuju, jika Hileo di keluarkan sekarang, penyakit Insecure yang Radit ciptakan akan semakin parah. Otak cemerlangnya sontak menyampaikan sebuah ide, ide yang mungkin saja tidak membuat Galang senang. Bulu kuduk Galang langsung berdiri ketika matanya tak sengaja melihat smirk penuh rencana dari Rindu. "Jangan yang aneh-aneh, please!" pinta Galang merengek.

"GUYS! DENGERIN GUE BAIK-BAIK! AYO POKUS BIAR KITA MENANG! KALAU MENANG KAPTEN KITA, GALANG AKAN MENTRAKTIR KITA SEPUASNYA DI TEMPAT BBQ! DENGER GAK?! MAKAN DI TEMPAT BBQ!"

Doeng!

Semua anggota tim sontak berdiri tegap, mata mereka menatap Galang guna mencari kebenaran. Apakah yang Rindu katakan tadi memang benar? Di tuntut jawaban oleh sahabatnya membuat Galang menghela napas pasrah, dia mengangguk dan berkata. "Bener, kalau kita menang gue bakal traktir lu pada di BBQ!"

Langsung saja rasa Insecure yang Radit ciptakan terhempas begitu saja, mereka semua langsung bersorak girang dan saling menyemangati satu sama lain. Meski tersiksa akan calon bill tagihan yang akan di terima oleh Galang nanti setelah pertandingan ini, dia masih saja senang karena timnya sudah kembali seperti semula.

"Varel silahkan ambil posisi untuk melakukan Servis!" pinta wasit pada Varel Thiama, libero Tim Rindu itu membuat Galang waspada tanpa sebab. Tangannya bergerak begitu saja untuk melindungi belakang kepala dan menatap lurus kedepan, "Rin, hati-hati." tegur Galang membuat Rindu bingung sendiri.

Sudah lama dia tidak memainkan voli bersama temannya, jadi tidak heran terkadang Rindu kebingungan dengan maksud perkataan Galang yang terkesan singkat dan sulit di pahami.

Priiit!

Suara peluit berbunyi menandakan Varel harus melakukan Servis. Mata biru Rindu menatap libero musuh dengan tajam, gunanya ya untuk membuat targetnya tidak pokus dan akan melakukan kesalahan saat bola voli mulai jatuh ke area musuh.

Bugh!

"AKHH! RINDU MAAF!"

Pekikan panik dari Varel mengalihkan suara benturan keras yang di hasilkan dari bola voli yang tadinya menubruk kepala bagian belakang milik Rindu, bahkan libero musuh melihat itu terbahak tanpa bisa di hentikan.

Kepala Rindu menoleh kebelakang secara perlahan, menatap Varel yang kini ketar-ketir dingin. Bisa-bisanya servis Varel mengenai kepala Rindu bukannya area musuh, apa kepalanya termasuk area musuh? Jika benar, Rindu sakit hati.

"Lakukan dengan benar, dasar Rel kereta api!" kekeh Rindu dengan nada rendah.

Berkat ancaman dari Rindu semuanya kembali pokus bermain dan melupakan soal daging sejenak, kemenangan mutlak mereka raih dengan score akhir 31-29.

Musuh kini benar-benar merasa dipermalukan, tim Internasional tahun lalu dikalahkan oleh tim yang bahkan belum mencapai tingkat Nasional? Meski mereka gugur begitu melawan tim negara lain, tetapi itu saja sudah menjadi kebanggaan tersendiri bukan?!

"KITA MENANG! WAKTUNYA MAKAN DAGINGG!"

Sringgg!

Varel yang awalnya sangat kegirangan sampai membuka baju atasannya kini kincep begitu Rindu menatap punggungnya tajam, tubuhnya langsung berkeringat dingin saat Rindu melakukan hal itu pada dirinya. Puas dengan diamnya Varel, barulah Rindu beranjak kepinggir lapangan untuk menemui Samudera.

Hug!

"Gue menangkan? Gimana tadi, pukulan dimenit ke 20 hebat kan?! Gue meniru dari film yang di tonton kemarin! Kebetulan yang mempesona!"

Sambil memeluk tubuh Samudera, Rindu mengoceh tanpa henti. Gadis itu membiarkan Samudera mulai me-lap wajahnya yang basah dengan keringat, "Ya, lebih mempesona lagi kalau gaada adegan tampar-tamparan." celetuk Samudera membuat Rindu manyun seketika.

"Masa si Hanma itu dibiarin jambak rambut Indah gue sih?! Itu kan gaadil!" oceh Rindu tanpa sadar orang yang dibicarakan kini ada di belakangnya.

Orang pertama yang menyadari kehadiran Hanma tentu saja Samudera, pria itu menatap tajam Hanma dengan mata hazelnya. Tatapan ancaman kalau pria itu tidak boleh mendekat lebih dari tempatnya berdiri sekarang membuat Hanma mau tak mau diam ditempat, "Dude, gue cuma mau ngomong sama Rindu!" keluh Hanma tak suka saat Samudera terus menatapi dirinya tajam.

Di mata Hanma, Samudera itu seperti bodyguard yang menjaga Rindu. Jadi asumsinya mengatakan kalau Samudera adalah bodyguard dari ayahnya Rindu, siapa sih yang tidak mengenal Mr Clerick? pemilik perusahaan besar yang hartanya mampu menghidupi keturunannya sampai 7 turunan itu sangat mencintai Putri bungsunya, yaitu Rindu Senja.

"Oh? Enemy's? Mo ngapain? Ah! Samu! Galang sama Yang lain mau makan daging! Mau ikut?" ajak Rindu ketika sadar Galang dan teman temannya mulai berbenah.

Mendengar kata 'Daging' sontak saja Samudera mengangguk, "Ayo, aku ikut! Jangan pernah malu-malu kalau di traktir!" ujar Samudera menggebu-gebu sambil menarik tangan Rindu guna menyusul Galang dan yang lain.

Tap!

Tap!

"I pray for you, kasian ... dikacangin," ucap Eduard setelah menepuk-nepuk punggung Hanma sebelum akhirnya berlari menyusul sepasang kekasih tadi.

"Anj*r, gue dikacangin?" gumam Hanma tak percaya.

****

Makasih udah mampir, luv yuuu!

avataravatar
Next chapter