10 Di tembak

Hiii...

Happy Reading!

****

Bunga terlihat panik sendiri ketika melihat raut datar Samudera, ia segera meminta maaf dan berlalu pergi, sayangnya tidak bisa. Dengan gesit Rindu menarik tangan Bunga kembali, senyum konyol khas Rindu terlihat.

"Gapapa Samu, daripada sahabatku memendam perasaannya, itu akan menyakitkan saat kita uwwu uwuu an," ujar Rindu, penjelasan pacarnya itu membuat Samudera menghela napas.

Tanpa merasa bersalah, Samudera menanyakannya secara langsung. "Jadi sahabat lo suka sama gue?" Rindu mengangguk tanda membenarkan, masih ada cengiran lebar di wajah cantiknya.

Mengalihkan matanya dari Rindu, ia menatap Bunga yang ketar ketir sendiri di samping Rindu. Matanya menatap dingin sahabat baru pacarnya, "Bagaimana bisa lo suka gue, padahal gaada hal istimewa yang terjadi?" tanya Samudera dingin.

Bunga mengeluarkan senyum manisnya, dia berusaha tenang meski hatinya menjerit ketakutan dengan sifat dingin Samudera. "Samu, jangan gitu ih! Bunga takut jadinya..." rengek Rindu menarik-narik lengan kiri Samudera.

"Coba jelaskan," pinta Samudera lebih tenang, ia memejamkan matanya supaya gadis yang sekarang adalah sahabat Rindu, bisa menjelaskan dengan rinci.

"Jadi... Gue fall in love sama lu, karena tadi di tolongin..." jelas Bunga pelan, kening Samudera berkerut, apa hanya karena itu mampu membuat gadis yang lumayan cantik ini jatuh hati padanya? Se mudah itu?

"NAH!"

Samudera maupun Bunga, kenapa sepertinya Rindu suka sekali mengejutkan orang lain, hah... Ada ada saja gadis itu.

"Gue jadi inget awal kita jadian, lu nembak gue di kolong jembatan! Huahahaha!"

Dalam diam Samudera bersemu merah, ia dipaksa mengingat kejadian 1 tahun lalu. Di mana dirinya yang berusia 16 tahun, dengan berani menembak si gadis gila.

Miaw!

Miaw!

Miaw!

Suara anak kucing membuat langkah gadis berambut acak-acakan terhenti, matanya menatap ke sekeliling heran, darimana asal suara anak kucing itu?

"Tidak mungkin di jalan Raya kan? Kalo iya bahaya," gumam gadis itu mencari keberadaan anak kucing tersebut.

"Ah... Sepertinya di bawah jembatan," gumam gadis itu menatap kebawah jembatan, suara anak kucing yang ia dengar itu berasal dari bawah jembatan.

Ckitt!

"Nona muda! Ayo segera masuk ke mobil, Tuan besar mencari anda!" seru pria paruh baya yang keluar dari mobil BMW keluaran terbaru.

Bukannya menjawab, gadis itu malah mengabaikannya dan malah berlari ke bawah jembatan, matanya menatap ibu dari anak kucing itu tengah ber kelahi dengan seokor anjing.

"Hush! Hush!"

Gadis itu mengusir si anjing yang telah menggigit leher ibu kucing, bukannya takut pada manusia itu, anjing tersebut malah menggigit kakinya.

"Arrgh! Dasar anjing!" pekik gadis itu menendang kaki nya keras-keras, anjing itu terpelanting dan tercebur ke sungai yang ada di bawah jembatan. "Rasakan itu!" sinisnya dan meringis, kakinya nyut-nyutan.

Tanpa memperdulikan lukanya yang terbuka, gadis itu malah menghampiri ibu kucing yang sudah sekarat.

Miaaw!

"Iya, aku pasti akan menjaga anak anakmu... Beristirahat lah dengan tenang," gumam nya menutup mata, berdoa semoga nyawa kucing ini di tempat kan dalam surga tuhan.

Miaw!

Miaw!

Miaw!

"Tenang lah kalian, aku akan mengurus keperluan hidup kalian... Untuk sekarang, lihatlah wajah ibu yang telah melahirkan kalian."

Di saat asik berduka dengan empat anak kucing yang ada pada pelukannya, gadis itu merasa ada yang memanggil namanya. "Rindu..."

"Hm? Siapa?" tanya nya sambil berbalik, menatap pria berpakaian kusam dengan kacamata jadul.

"Lah? Lu kan yang gue tolongin tadi?" tebak gadis itu di angguki pria tersebut. "Ada apa?" tanpa basa-basi gadis yang ternyata Rindu saat berusia 16 tahun bertanya.

"M... Maukah kau jadi pacarku?!" pekiknya kencang. Mendapat pernyataan tak disangka-sangka, tentu saja Rindu hanya bisa melongo.

"Tunggu... Bukan kah ini terlalu tiba-tiba? Kita baru bertemu tadi pagi, ini gak lucu lho..." ungkap Rindu mengerutkan keningnya.

"A-apa... Kau menolakku karena jelek?" tanya pria itu menunduk sedih. Rindu segera menggeleng, "Tentu saja tidak! Hanya saja kau menyatakannya terlalu cepat, aku kaget..." ujar Rindu menghela napas.

"Coba jelaskan, bagaimana bisa lo suka sama orang yang baru di kenal?" tanya Rindu tanpa menatap pria itu, dia menyibukkan diri dengan mengelus empat anak kucing itu.

"S-sebenarnya aku sudah memperhatikan mu dari jauh, sejak awal masuk SMA..." terangnya ragu. Rindu mengangguk, ia kembali bertanya, "Oke.. Siapa nama lo? Susah bat manggilnya karena gatau nama lu."

"N-namaku Samudera Timur..." panik nya menggeleng, saat hendak lari karena malu, tangannya di tahan oleh Rindu. Akh, dia akan di-bully lagi!

"Heeh... Samudera Timur? Nama lu unik juga, yaudah ayo pacaran."

'Plong'

Merasa tidak percaya, tubuh pria yang ternyata Samudera saat berusia 16 tahun mematung. Apa Rindu serius? Menerima dirinya yang hanya korban bully, dan jelek?

"S-serius?" tanya Samudera. gadis urak urakan itu hanya mengangguk, selesai memberikan penghormatan terakhir pada ibu kucing, Rindu masuk ke dalam mobilnya. Tentu Samudera juga di suruh Rindu masuk.

Rindu mengubah Samudera, dari si anak haram, menjadi seorang pangeran. Ya, Samudera adalah anak di luar nikah, ia tinggal bersama ibunya tanpa tahu rupa sang ayah.

"Dulu tuh Samu masih polos tau, sumpah yah, gue tuh gemes banget pen meluk Samu... Cuma gaboleh karena dulu gue masih kecil," curhat Rindu kesal.

"Tapi sekarang, udah bisa! Gue udah gede!" lanjut Rindu berteriak senang. Bunga terkekeh saja, entah kenapa dirinya sekarang lega, seolah tidak pernah menyukai seorang pria pun.

"Rin, malu!" bisik Samudera saat Rindu memeluknya manja, telinganya memerah menahan malu karena hal itu.

"Gamau, gue pengen meluk lu sampe puas!" seru Rindu. Bunga berdiri dan pamit pada dua insan itu, ingin rasanya ia mencuci wajah terlebih dahulu.

"Oh? Kalo gitu hati-hati yah, banyak pembully di sini!" bisik Rindu menatap sekitar sinis. Bunga kebingungan sendiri, membuat Rindu mau tak mau menjelaskan. "Mereka gak suka kalo ada siswi baru yang deket sama gue dan Samu, udau 3 kali gue perhatiin, orang yang deket sama kita selalu menjauh... Ternyata alasannya si pembully," terang Rindu.

"Ah begitu..." Bunga hanya termenung tanpa bisa berpikir, ia masih mencerna perkataan Rindu. "Yaudah gue ke toilet dulu, byee"

Kedua insan itu menatap Bunga intens, tanpa bicara pun mereka paham kalau akan ada sesuatu yang terjadi. Menyebalkan memang, menjadi terlalu peka itu tidaklah enak!

"Hmm... Samu," panggil Rindu membuat Samudera menengadah, "Ada apa Rin?" tanya pria itu sabar.

"Bunga... Gak bakal pergi setelah dapat perlakuan gak mengenakkan dari Sissy kan?" tanya Rindu khawatir. "Bunga gak bakal pergi kek Dalia, Vriska dan Melody kan? Samu... Aku udah seneng punya temen cewek..." rengek Rindu menangis.

Tanpa kata Samudera menarik kepala Rindu supaya bersandar di bahunya, membiarkan gadisnya menangis dengan puas. Hidup Rindu memang tidaklah mudah, karena terlahir dari golongan atas, banyak anak seumuran dengannya yang ingin berteman hanya untuk me morotin uang Rindu.

Bersyukur sekarang Rindu adalah gadis kuat, dia bisa menepis semua benalu yang hinggap pada dirinya. Dampak buruknya adalah, Rindu susah mendapatkan teman perempuan.

"Kyaaaa!"

Insting Rindu ter bangkitkan, ia segera berlari disusul Samudera yang juga khawatir terhadap teman pertama Rindu, kekasihnya.

Tuhan! Tolong jangan biarkan Bunga pergi!__mohon Rindu meneteskan air matanya.

****

Hii, maaf lama gk update...

Emang sistem slow update sih...

maaf dan luv yuuu

avataravatar
Next chapter