2 Di Tangkap Polisi

Hiii...

Happy Reading!

****

Tak!

Tak!

Priiit!

"Pemenang pertandingan kali ini, Rindu Senja!"

Suara mc terdengar, sorak sorai terdengar mengisi lapangan bulu tangkis di Sma Hexagon. Gadis cantik berkepang terduduk lesu, dirinya kalah dari lawannya.

"Yosha, gue menang!" seru gadis berkuncir satu senang.

Ia menyeka keringat yang mengalir dari keningnya dengan senyum mengembang, matanya menyipit bahagia.

Dia bahagia karena bisa mengalahkan lawannya sudah sudah tingkat nasional, artinya dia telah masuk tingkat nasional menggantikan lawannya yang terduduk lemah.

"Kyaaaaaa! Rinduu! Aku padamu!"

Mendengar namanya di teriaki, gadis itu melirik sekumpulan pria yang memegang spanduk bergambar dirinya.

Cling!

"Kyaaaaaaaaa! My heart!!!" seketika sekumpulan pria itu berteriak histeris, setelah mendapat kedipan manja dari gadis tadi.

Gadis itu mengerutkan keningnya ilfeel. Dia berbalik dan tanpa diketahui orang lain, memasang raut ingin muntah.

Gadis itu bergumam pelan, "Kok bisa, ada spesies cowo kek mereka."

Rindu Senja. Itulah namanya, gadis 17 tahun. Seorang atlet bulu tangkis yang kini menjadi tingkat nasional. Gadis berparas cantik yang mampu menyihir sebagian pria di Sma Hexagon.

"Rinnn! Tangkep!" seru seseorang dari belakang, Rindu menoleh. Ia mengangkat raket ditangannya dan menangkis sebuah celana dalam pria, yang terbang kearahnya.

"Anjim lu! Ngapain lempar cancut elaah!" pekik Rindu frustasi, bagaimana bisa penggemarnya itu melempar celana dalam padanya.

Sekumpulan pria yang memegang spanduk itu tampak menatap sang pelaku pelemparan celana dalam tak suka, mereka dengan sigap menyergap si pelaku.

"Aaaaa! Tolong!!"

Pria yang melempar celana dalamnya sontak digebukin oleh fans Rindu, mengacuhkan pergelutan tak jelas dari mereka. Ia berjalan menjauh, menuju lorong agak gelap di dekat perpustakaan.

"Menang?" tanya seseorang di balik kegelapan.

"Yo'i dong, siapa dulu? Rindu!" ujar Rindu sombong.

Ia terkekeh ketika mengingat laga indahnya saat bertarung melawan Melia, gadis cantik dari Sma sebelah. Pasti orang didalam kegelapan ini kagum pada kehebatannya, para pria kerdus itu saja terpukau padanya.

Pletak!

"Lain kali kalo tu mata kedip kedip kek lampu sein, gue gembok juga tu mata!"

Rindu meringis karena dijitak oleh sosok dikegelapan itu, ia mengusap keningnya yang panas. "Jan di sentil juga dong.. Sakit"

Sosok dikegelapan itu tak terlihat senang, merasa kesal dengan kelakuan Rindu saat dilapangan bulu tangkis tadi. Dia hanya bisa mendengus kesal karena Rindu sama sekali tak mendengarkannya.

Sreekk!

Mata hazel yang telah dilengkapi dengan bulu mata lentik, hidung mancung, alis tebal, dan bibir tebal menggoda muncul dari balik gelapnya sebuah lorong. Mata hazel itu menatap Rindu kesal bercampur cemburu yang sangat ketara.

"Makanya jangan ngeselin," cetus nya membuang muka. Rindu tampak nyengir dengan lebar, "Iyaah, uluh uluh.. Pacarku cemburu yaa?"

Rindu mengira godaannya sama sekali tak mempan, padahal jika diperhatikan lebih intens. Telinga pria itu memerah sepenuhnya. "Lapar nih, makan kuy"

Pria itu mendengar jelas ajakan Rindu, namun ia tak menjawab. Justru beranjak pergi menjauhi Rindu.

"Oiii! Samuuu! Ihh! Makan bareng!" pekik Rindu diabaikan pria itu.

Samudera Timur. Adalah nama pria yang barusan pergi menjauh, pria akrab disapa Samu itu adalah pacar Rindu. Yah, setidaknya hanya mereka berdua yang tahu tentang hubungan Asmara nya.

****

Kelas 11 Ipa 4 tampak bising, guru yang mengajar kelas mereka tiba-tiba hendak melahirkan. Ketua kelas tampak kelimpungan menyuruh teman-teman nya untuk tenang, tidak ada yang bisa menenangkan para monyet kan?

"Lo nyusahin diri sendiri Ray," celetuk Rindu, ia terlihat merebahkan badan di atas meja yang sudah disatukan.

Ketua kelas bernama lengkap Rayhan Angelo itu hanya melirik, yah. Paling tidak gadis bar bar itu lebih tenang daripada para monyet. "Mau gimana lagi Rin, kalo gak dinasehati. Gue yang kena omel," terang Ray menghela napas.

Rindu berdecak kasihan pada pria yang berpangkat ketua kelas disampingnya itu, ia bangun dari tidurnya dan berdiri di atas meja. Menghirup udara dalam-dalam dan berteriak, "WOIIII! TENANG GAK LU PARA MONYETTT?!"

"RINDUUUUUUUUU!"

Mendengar teriakan cetar membahana dari Rindu, semua teman sekelas-nya berteriak marah padanya. Siapa sih yang tidak marah, saat dipanggil monyet.

Brakk!

Hawa penuh rasa horor mengisi kelas 11 Ipa 4. Pria berbadan bongsor membuka pintu kelas dengan kasar, terlihat jelas dari tatapan matanya, kalau ia terganggu dengan kericuhan yang dibuat kelas tersebut.

"Kenapa kelas ini ribut sekali?" tanya pria berbadan bongsor, dengan horor.

"…"

Bak seluruh kelas menghilang, kesunyian mengisi kelas itu. Hanya ada suara guru dari kelas sebelah yang terdengar, emosi pria berbadan bongsor di buat menggelora panas.

"Siapa ketua kelas di sini?!" Ray tersentak mendengar pertanyaan itu, badannya bergetar hebat karena ketakutan.

Rindu berdecak kesal. Pria berbadan bongsor yang notabenenya adalah kepala sekolah Sma Hexagon itu menyebalkan, ngapain ngurusin siswa nya sih? Kenapa tidak mencoba mengurusi perutnya?' batin Rindu kesal.

"Saya pak," tanpa ragu Rindu mengacungkan tangannya, berjalan mendekat ketika kepala sekolah itu menyuruhnya mendekat.

Plakk!

Apa? Kepala sekolah Sma Hexagon main tangan? Apa ini penyebab Ray ketakutan saat bertemu kepala sekolah, waah.. Ini tidak bagus. Smirk menyebalkan muncul diwajah Rindu, ia mengusap pipinya yang panas dan menatap manik kepala sekolah langsung.

"Bapak main tangan sama muridnya? Apa itu diperbolehkan? Kemana pergi nya hak asasi kami? Bukankah seharusnya guru seperti anda mendidik kami, bukan menyakiti!"

Kepala sekolah itu tampak terdiam, sepertinya menyadari sesuatu. Senyum sinis Rindu terlihat jelas, dia berdecak malas dan berkata, "Saya sudah merekam kekerasan yang anda lakukan tadi, selamat pak!"

Mata kepala sekolah melotot, ia berusaha merebut ponsel pintar Rindu. Teman sekelasnya yang laki-laki sontak maju dan menahan tubuh kepala sekolah.

"Hei pak, kami tidak tau kalau anda memukuli ketua kelas selama ini.. Ini kejahatan," ujar mereka dengan nada geram.

"S-saya hanya melakukan hal yang mendidik! Tidak ada yang salah dengan ini! Justru kalian akan jadi siswa yang kuat!" elak kepala sekolah dengan keras.

"Mendidik? Jangan membuat saya tertawa pak, bukannya mendidik. Anda malah menghancurkan mental murid sedikit demi sedikit!" seru Rindu kencang.

"Rindu, laporin ke polisi aja. Pasti bukan hanya Ray yang diperlakukan kek gini," saran Ederson Radean, preman kelas yang memang tidak menyukai kepala sekolah.

Rindu mengangguk setuju, ia menelfon polisi untuk membuat laporan terhadap hal satu ini. Tak lama setelah selesai melapor, sirine polisi terdengar. Mereka menangkap kepala sekolah.

"Hei! Apa apaan ini?! Saya tidak bersalah!" seru kepala sekolah berontak.

"Anda melanggar undang-undang nomor 35 tahun 2014, ikut kami dengan tenang! Itupun jika tak ingin kami perlakukan kasar," ketus satu dari dua polisi, yang menangkap kepala sekolah.

"Tidak! Saya tidak melakukan kekerasan! Saya hanya mendidik mereka!" raung kepala sekolah.

"Mendidik dan menyakiti adalah dua hal yang berlawanan, anda bukannya mendidik tapi malah menyakiti!" bentak polisi itu dan menyeret kepala sekolah.

Seluruh penghuni kelas 11 Ipa 4 bersorak-sorai, akhirnya sekolah mereka bisa dijauhkan dari kepala sekolah gembul!

****

Lanjut yak, ngeeng!

avataravatar
Next chapter