22 Bunga Tersakiti

Hiii...

Happy Reading!

***

Tawa keras dari Max memicu berhentinya pertengkaran ibu-anak didepan, merasa ada yang aneh, seketika Max diam seketika. "Mau tahu tentang nama Rindu? Kalau gitu sebaiknya kita turun sebelum singa betina ngamuk." tegur Max pelan pada Samudera.

Dia yang polos justru mempertanyakan maksud dari teguran Max dengan suara lumayan kencang, "Singa betina? Siapa tuh?" tanya Samudera polos tanpa mengetahui apa yang akan terjadi.

"Singa betina?"

Doeng!

Tubuh Max seketika menegang saat suara sang Istri memasuki pendengaran, matanya melirik dari sudut mata dan cengengesan sendiri. "Mama, masak calon mantunya dibiarin kelaparan? Ayo kita makan malam.." ajak Max mengganti topik yang mungkin akan memanas.

Sayangnya, usaha sang Ayah tak membuahkan hasil. Kecurigaan Roselia sudah mencapai batasnya, jika tidak tahu apa yang Max sembunyikan, jangan harap bisa makan atau memesan makanan dari luar!

"Hee, Ayah ... sepertinya mulai besok, ayah tidur di ruang tamu, yah?" kekeh Roselia tersenyum manis.

Kalah telak, Max mengaku salah dan meminta maaf pada istri tercinta. Dirinya segera memeluk pinggang Roselia guna menenangkan sedikit amarah yang keluar dari sang Istri, "Maaf sayang, aku engga bermaksud gitu.." rengeknya manja.

Roselia mendesah lelah, menyeret tubuh yang bobotnya menjadi dua kali lipat berkat sang Suami susah payah. Jam makan malam hampir di mulai, dirinya harus menyiapkan meja makan.

Dibelakang, Rindu bersama Samudera mengekor Suami—Istri tersebut dalam diam. Membiarkan mereka bermesraan di hadapan keduanya. "Psst, ini baik gak sih? Kalo engga mending keluar yuk, di lihat dari situasi sekarang, Ayah bakal ngebucin banget. Meresahkan!" bisik Rindu dengan wajah kesal sangat ketara.

Orangtuanya memang tidak kenal waktu, meski ada Rindu sekalipun mereka tidak malu melakukan hal hal mesra! Bahkan dengan entengnya Tuan Maxilian Clerick berkata. 'Tidak apa sayang, kali aja kamu dapet adek..' .

Ah, itu pengalaman yang menyebalkan!

Tanpa menunggu jawaban Samudera, segera saja Rindu menarik lengan kanan kekasihnya menuju Rooftop. "Jangan banyak protes, ikuti saja!" balas Rindu cepat sebelum Samudera sempat membuka suara.

Ceklek!

Udara malam yang mampu membuat bulu kuduk berdiri saking dinginnya menyambut dua insan muda, di bawah langit gelap dengan gemerlap bintang memanjakan mata Rindu dan Samudera.

Rooftop kediaman Clerick tidak lah gelap, bahkan Samudera pikir mereka bisa melakukan piknik di tengah malam karena peralatan serta makanan ada banyak tersedia. "Rin, emang, biasanya banyak makanan di Rooftop?" tanya Samudera akhirnya membuka mulut.

Saat dirinya berdecak kagum terhadap makanan yang mampu membuatnya ngiler, Rindu justru asik membuat minuman di bar kecil. Setelah membuatkan minuman, baru lah Rindu menjawab seraya menyodorkan segelas teh Chamomile pada sang Kekasih.

"Uhum, sudah wajar kok ... mau nyemil?" tanya Rindu melirik rak cemilan yang tidak jauh dari mereka.

Melihat Samudera tidak menolak, Rindu berinisiatif mengambil beberapa cemilan lalu duduk di samping pria itu.

...

Ah, kenapa sunyi sekali?' pikir Rindu saat mereka berdua asik memakan cemilan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Ini lah salah satu alasan Rindu sebenarnya enggan berduaan seperti sekarang, entah kenapa dirinya tiba-tiba kikuk saat berduaan dengan Samudera. Jantungnya berdetak lebih kencang dibanding biasanya, serta pipi yang terasa memanas. Rindu tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya! Apa, apa Samudera juga merasakan hal yang sama?

Degh!

Keduanya tersentak saat tidak sengaja melakukan Eye Contact, langsung saja mereka mengalihkan pandangan. Pipi terasa memanas saat mengingat kecerobohan tadi, dengan beribu kegugupan Samudera membuka suara. "Eum, Rin ... tadi, ayah kamu mau jelasin seluk beluk nama kamu kan? Bisa ceritain sama aku?"

Ternyata Samudera penasaran akan namanya yah, baiklah. Ini bukan hal yang tabu untuk di bicarakan, eeeh? Tunggu, apa Rindu tidak salah dengar? Samudera menggunakan aku-kamu—sekarang?

"Samu ... pake Aku-kamu?"

Blush!

Bukan main, siapa yang bertanya siapa pula yang malu. Setelah menanyakan hal tersebut Rindu telah kehilangan muka untuk saat ini, entah apa respon yang Samudera berikan pada dirinya sekarang.

Ditengah rasa takutnya, kekehan merdu terdengar di telinga Rindu, kepalanya segera menengadah guna mencaritahu kenapa kekasihnya justru melakukan respon dengan tertawa. "Kenapa?" tanya Rindu jutek.

Pat!

Pat!

Tangan Samudera bergerak menepuk puncak kepala Rindu perlahan, tatapan teduh yang di berikan membuat gadis itu lumer sendiri. Samu, tolong jangan seperti ini!' batin Rindu menjerit panik.

Debaran yang selalu dia rasakan kini semakin kencang, gadis itu telah dibuat tak mampu berkata-kata sedikitpun!

"Jadi, apa seluk beluk dari nama 'Rindu Senja' ?" tanya Samudera sekali lagi.

Menyadari maksud sang kekasih, Rindu langsung saja menjelaskan semuanya. Tidak ada alasan khusus selain ibunya sangat ingin melihat senja di saat ingin melahirkan dirinya, sang ayah pun akhirnya memutuskan untuk menamai dia seperti itu.

Ketika Samudera ingin bertanya kembali, suara Roselia—ibu Rindu terdengar, "Hayo, ngapain? Ayo masuk, kita makan malam!"

Malam itu, Samudera ikut makan malam panjang yang sangat harmonis, canda gurau dari orangtua Rindu membuat hatinya ikut menghangat. Sesekali pria itu ikut masuk dalam percakapan tersebut, tetapi Samudera sama sekali tidak menyangka kalau dirinya akan dipaksa untuk menginap di kediaman Clerick.

Ah, jika di pikir, Samudera tidak perlu khawatir karena tidak pulang. Orangtuanya jarang di rumah, jadi kalau menginap sehari tidak masalah bukan?

****

Kriiiinggg!

Bel masuk terdengar keseluruh penjuru sekolah, semua siswa/siswi gaduh berlarian keluar karena pagi ini adalah upacara. Ada yang panik karena lupa membawa perlengkapan sekolah, ada juga yang panik karena tugas kemarin lupa mereka kerjakan.

Di lain sisi, Rindu dengan antengnya tertidur pada ruang kelas tanpa takut terhadap para pengawas atau bahkan guru. Tadi malam dia tidak pernah di izinkan beristirahat oleh orangtuanya! "Rindu ... ."

Suara lembut memasuki pendengaran tajam Rindu, tanpa membuka mata pun dirinya tahu siapa itu. Samudera Timur, kekasih dari zaman Smp yang belum pernah di perkenalkan pada orangtunya.

Tepukan pelan kembali Rindu rasakan saat dia mengabaikan panggilan tersebut, "Ish, jangan ganggu! Gue ngantuk Samu!" omel Rindu menepis tangan hangat Samudera dari pipi kanannya.

Matanya masih sangat enggan terbuka, biar saja hukuman dari guru menghampirinya! Rindu sama sekali tidak takut, dengar itu? Tidak takut!

Brak!

"Rindu Senja! Samudera Timur! Bukannya berbaris untuk upacara kalian malah bermesraan di sini?!"

Doeng!

Bermesraan darimana coba, yang terjadi hanyalah Samudera berdiri di samping Rindu yang meletakkan kepalanya di meja. Eh, tunggu ... Lah! Guru Kedislipinan!

"Ikut saya ke lapangan upacara!" tegas guru bernama Ariana menarik kedua telinga sepasang kekasih tersebut keluar dari area kelas.

Betapa memalukannya hal tersebut ketika Bu Ariana menyeret mereka ke tempat para murid yang tidak berpakaian lengkap dihukum, "Berdiri di sana sampai istirahat pertama!"

Setelah memastikan Rindu dan Samudera mendapat cahaya matahari pagi yang berlebihan, dirinya kembali ke barisan para guru karena upacara akan segera di mulai.

"Psstt, panas gak?"

Dugh!

Kesal merasa disindir, Rindu menyikut perut Samudera tanpa belas kasihan. Wajahnya terlihat bersungut tidak senang, cahaya matahari juga menambah buruk mood nya. "Gausah ngejek! Udah tau panas malah nanyak!" ketus Rindu merotasikan kedua matanya.

Samudera ternganga tak percaya, pantas saja kekasihnya melayangkan sikutan kencang. Ternyata gadis itu salah paham!

"Bukan gitu Rindu-nya Samuu! Gue cuma mau nutupin matahari kalau elu kepanasan!" oceh Samudera mendengus.

Perdebatan tak kunjung kelar membuat murid yang di hukum lainnya merasa resah, hanya dua kekasih itu yang tidak sadar akan tatapan menghunus dari bu Ariana di barisan para guru!

"POKOKNYA ELU SALAH! NGAPAIN SOK NANYA-NANYA SEGALA?! KAN BISA LANGSUNG DIRI DI DEPAN GUE BUAT MENGHALAU MATAHARI!" teriak Rindu merasa akan kalah.

Tidak mau kalah, Samudera membalas. "KALAU GUE BERTINDAK SENDIRI TAR ELU NGOMEL LAGI ANJ*R!"

Donggg!

Nyawa murid lainnya terasa melayang saat perdebatan dua orang itu semakin kasar dan mulai mengabsen penghuni kebun binatang, hei, jika lupa, seluruh guru ada di sana. "Rindu, Samudera ... tolong jangan bertengkar, lihatlah para guru ingin meledak.."

"DIEM!"

Doeng!

'Huee, gue salah apa?' rintih Bunga dalam hati.

****

Makasih udah baca, luv yuuu!

avataravatar
Next chapter