webnovel

CWCVH PART 35

Briel sudah selesai bersiap. Dia keluar dari kamar dan pergi menuju lantai bawah.

Begitu sampai di ruang makan, mama Erland melihat me arah Briel.

"Apa kamu sudah akan pergi ke tempat melukismu?" tanya mama Erland.

"Iya," jawab Briel.

"Baiklah. Sebaiknya, kamu sarapan dulu. Pagi ini pasti kamu lelah setelah menemani Mama belanja ke pasar," ucap mama Erland.

"Iya, Ma," ucap Briel.

Begitu Briel menarik kursi di dekat Erland. Erland langsung bangun dari duduknya sontak Briel pun melihat Erland.

"Apa kamu sudah akan ke kantor?" tanya mama Erland pada Erland.

"Ya, hari ini aku sibuk. Aku akan pulang terlambat. Tak perlu menungguku untuk makan malam," ucap Erland dan meninggalkan meja makan.

Briel menghela napas dan mulai duduk.

'Dia jadi pendiam, jangan-jangan karena masalah di pasar tadi. Apa dia masih marah padaku?' batin Briel.

"Ada apa, Briel?" tanya mama Erland bingung melihat ekspresi Briel.

"Ah, tak apa," ucap Briel canggung dan mulai menyesap susu hangatnya.

"Oh, ya. Apa benar, sebelumnya kamu tak pernah memasak?" tanya mama Erland.

Briel terdiam mendengar pertanyaan Erland.

"Katakan saja," ucap mama Erland.

"Itu, aku sebelumnya hanya fokus sekolah. Aku tak pernah belajar masak, dan kebetulan di rumah orangtuaku ada asisten rumah tangga yang melakukan pekerjaan itu," ucap Briel.

"Hem... Jadi, kamu juga tak tahu makanan apa yang di sukai Erland? Ngomong-ngomong, berapa lama kalian menjalin hubungan sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah?" tanya mama Erland.

"Iya, aku tak tahu makanan apa yang di sukai oleh Erland," jawab Briel jujur.

'Dia takan memarahiku 'kan hanya karena aku tak tahu makanan kesukaan anaknya?' batin Briel.

"Lalu, berapa lama kalian menjalin hubungan sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah?" anya mama Erland seraya menatap Briel dengan serius.

Briel memalingkan wajahnya.

'Aku tak mengerti pertanyaan apa yang di lontarkan oleh mama Erland? Tak mungkin mama Erland tak tahu bahwa aku dan Erland menikah karena insiden di hotel itu bukan?' batin Briel bingung.

"Aku tak ingat, he-he..." Briel terkekeh canggung. Dia tak tahu harus memberikan jawaban apa untuk pertanyaan mama Erland. Jika saja sejak awal dia tahu mama Erland akan bertanya yang membuatnya sulit untuk menjawab, Briel akan pergi akan memilih pergi bersama Erland dan takan sarapan di rumah.

Mama Erland menghela napas. Dia mengambil sebuah buku catatan dan meletakannya di atas meja tepat di hadapan Briel.

"Pegang itu, dan ingat dengan baik. Tentu saja, kamu pun harus mempelajarinya," ucap mama Erland.

Briel mengambil buku catatan itu dan melihatnya. Dahinya berkerut melihat beberapa menu makanan.

'Apa dia memintaku membeli makanan ini?' batin Briel. Briel membuka lembar lainnya, masih ada catatan juga di sana. Sepertinya, itu tulisan tangan mama Erland.

"Apa ini?" tanya Briel.

"Itu beberapa makanan kesukaan Erland, ada beberapa yang tak bisa Erland makan. Alerginya akan kambuh, jika sampai mengonsumsinya," ucap mama Erland.

"Oh, begitu," ucap Briel merasa tak tertarik.

'Untuk apa memberikanku list makanan kesukaannya manusia satu itu? Apa mamanya Erland secara tak langsung menyuruh aku untuk memasakan makanan untuk anaknya? Malas sekali jika maksudnya begitu, aku bahkan tak bisa memasak, untuk apa juga aku repot-repot memasak? Seperti aku seorang pengangguran saja,' batin Briel.

"Kamu bahkan tak mengatakan apapun, kamu seperti bukan kekasihnya saja sebelumnya, dan seperti tak tahu apapun tentang Erland," ucap mama Erland.

"Bukan begitu, aku tak ada tanggapan apapun, karena aku sudah tahu semuanya, ha-ha-ha..." Briel tertawa canggung.

'Ada apa dengan anak ini? Apa dia menertawakan ku? Bahkan sama sekali tak ada yang lucu, tetapi dia justru tertawa,' batin mama Erland.

"Aku sudah selesai sarapan, aku akan ke tempat melukisku," ucap Briel.

"Baiklah," ucap mama Erland.

Briel pun bergegas meninggalkan meja makan dan pergi ke tempat melukis.

Sementara itu, mama Erland menghampiri Lely, dia membicarakan sesuatu hal yang penting dengan Lely dan Lely pun tampak mendengarkannya dengan seksama. Dia merekam semua yang orangtua dari majikannya itu katakan di memori ingatannya.

Mama Erland menghela napas panjang begitu dirinya selesai mengatakan sesuatu pada Lely.

"Apa kamu sudah mengerti?" tanya mama Erland.

"Mengerti, Nyonya. Saya akan lakukan sesuai yang Nyonya katakan," ucap Lely seraya menunjukan ekspresi sedih di wajahnya.

Apa daya dirinya tak dapat menolak perintah dari majikannya itu. Jelas saja dia tak ingin kehilangan satu-satunya pekerjaan yang membuatnya dapat menghasilkan uang.

"Baiklah, jangan katakan masalah ini pada Erland. Besok Saya akan kembali ke Bandung, papa Erland akan segera kembali dari perjalanan bisnisnya, dan Saya harus menyambutnya," ucap mama Erland.

"Baik, Nyonya. Kalau begitu, Saya permisi dulu," ucap Lely dan diangguki oleh mama Erland.

Lely pun meninggalkan mama Erland.

***

Jam makan siang.

Erland menjawab panggilan telepon dari sekretarisnya, sekretarisnya mengatakan bahwa ada seseorang yang mencarinya dan mengatakan sudah memiliki janji dengannya melalui teman Erland.

'Suruh orang itu masuk,' ucap Erland dan menutup telepon.

Tak lama, pintu ruangan Erland terbuka. Erland beranjak dari tempat duduknya dan berniat menyambut orang itu.

"Tadaaaa..."

Erland tersentak, dia terperangah syok melihat seseorang di hadapannya.

"Kamu di sini?" tanya Erland.

"Terkejut 'kah? Aku yang akan mendesign kamarmu, bagaimana?" tanya orang itu seraya tersenyum penuh antusias.

"Hem... Aku takut designmu menghancurkan ekspektasiku," ucap Erland.

"Hei!" pekik orang itu.

Erland terkekeh dan merentangkan kedua tangannya.

"Selamat datang di kantorku," ucap Erland.

Orang itupun bergegas mendekati Erland dan memeluk Erland.

Next chapter