webnovel

CWCVH PART 28

Plak!

Erland terkejut ketika Briel dengan cepat melayangkan tamparan ke wajahnya sehingga Erland tak sempat untuk menghindari tamparan itu.

"Jangan pernah membahasnya lagi, aku membenci semua itu, tidakkah kamu mengerti?" teriak Briel.

Tubuh Briel bergetar penuh kemarahan. Dia sudah berada di puncak batas kesabarannya. Dia benar-benar muak dengan Erland. Apapun tentang Erland selalu terlihat salah di mata Briel.

"Beraninya kamu menamparku!" pekik Erland.

"Aku bahkan bisa membuat mulutmu bisu jika aku mau! Sayangnya, aku tak ingin mengotori tanganku untuk menyentuh mulut menjijikanmu!" geram Briel seraya menatap Erland dengan nyalang.

Erland mengepalkan tangannya. Briel benar-benar kasar. Ucapannya, sikapnya, apapun yang berkaitan dengan Briel selalu tak pernah baik di mata Erland.

"Kemari!" kesal Erland seraya menyeret tubuh Briel.

"Lepaskan tanganku!" teriak Briel seraya mencoba menarik tangannya. Briel enggan di sentuh oleh Erland. Bagaimana pun, Briel tak tahu apa yang akan di lakukan Erland terhadap dirinya. Briel sedikit cemas karena Erland berani menyeretnya.

Brak!

Brugh!

Briel terkejut ketika Erland menendang pintu kamar mandi kemudian Erland mendorong tubuh Briel sehingga punggung Briel menabrak dinding kamar mandi.

"Ah! Apa yang kamu lakukan? Kenapa membasahi tubuhku lagi? Aku sudah mandi!" teriak Briel terkejut ketika Erland mengambil selang keran dan menyemprotkan air ke tubuh Briel.

"Diam!" pekik Erland membuat Briel terperangah.

Plank!

Briel lagi-lagi terperangah ketika Erland melempar selang keran itu ke lantai.

Plak!

Erland memukulkan telapak tangannya ke dinding membuat Briel semakin terkejut. Briel kira, Erland akan memukul dirinya. Rupanya Erland memukulkan telapak tangannya ke dinding.

"Kepalamu itu perlu di dinginkan! Jika pun aku boleh jujur, aku juga ingin membungkam dirimu. Tapi, tentu saja aku akan membungkam dirimu dengan caraku sendiri yang akan membuatmu akhirnya akan menyesal karena berani mencari masalah denganku!" ucap Erland penuh penekanan seraya menatap Briel dengan tajam.

Briel mengepalkan tangannya. Dia menyeringai menatap Erland.

"Benarkah? Apa kamu pikir aku takut padamu? Kamu pikir, siapa yang sedang kamu hadapi sekarang?" ucap Briel.

"Aku tak peduli siapa dirimu, aku tak peduli betapa gilanya dirimu, karena terus membahas semua yang terjadi di malam itu, dan terus menyalahkanku!" geram Erland.

"Semua itu memang salahmu! Kamu masuk ke kamarku, menyebabkan semua itu terjadi begitu saja. Bahkan aku sampai harus merusak masa mudaku karena harus menikah dengan pria gila seperti dirimu!" pekik Briel.

Erland mengepalkan tangannya. Dia menghela napas penuh beban. Sulit sekali rasanya untuk bernapas saat tengah menghadapi Briel ketika diri Briel di selimuti kemarahan yang meluap-meluap.

'Inilah yang aku tak sukai dari wanita. Wanita benar-benar egois! Aku yang rugi, tapi aku yang paling di salahkan. Dia berpikir aku adalah orang yang telah merugikannya begitu besar, padahal akulah yang dirugikan sangat banyak dalam kasus ini! Lagi pula, bagaimana bisa dia tak tahu bagaimana perubahan yang akan terjadi pada tubuhnya?' batin Erland kesal.

"Minggir!" kesal Briel seraya mendorong tubuh Erland. Namun, Erland tak bergerak sama sekali.

"Tidakkah kamu berpikir, bahwa kamulah yang gila? Aku pikir, keturunan dari keluarga Sasongko itu cerdas-cerdas. Sepertinya, kamu perlu mengenali bentuk tubuhmu sendiri! Jangan sampai aku membantumu memeriksa tubuhmu dengan caraku sendiri!" ucap Erland seraya menyeringai jahat.

"Apa maksudmu?" tanya Briel bingung.

"Apa maksudku? Astaga! Kamu masih bertanya? Yang benar saja! Aku benar-benar emosi melihat dirimu yang polos melebihi anak di bawah umur! Kenapa kepalamu tak mampu berpikir menuju apa yang aku katakan, ha? Ada apa dengan isi kepalamu itu?" geram Erland.

"Aku tak tahan, saking tak tahannya aku ingin mengebiri dirimu!" geram Briel seraya menatap Erland nyalang.

"Coba saja lakukan jika kamu berani!" tantang Erland.

Erland menjauhi Briel, dia berbalik dan melepas kaos yang dia kenakan karena kaos itu basah.

Plak!

"Kurang ajar!" pekik Briel ketika pakaian Erland mendarat di kepalanya hingga menutupi wajahnya.

'Sudah bagus bukan dirimu yang kulempar! Aku tak suka mulutnya itu ketika dia berbicara! Lain kali, aku akan menjahit mulutnya, agar dia tak lagi bisa bicara! Membuatku emosi saja saat bicara dengannya! Aku bahkan tak dapat menahan diriku untuk tak membalas ucapannya. Semenjak dia muncul di hidupku, aku jadi banyak bicara! Tensiku darahku bahkan cepat sekali naik!' gumam Erland kesal di tengah langkahnya keluar dari kamar mandi.

Plak!

Briel melempar kaos basah Erland ke lantai. Dia mengepalkan tangannya. Dia duduk di closet, air matanya seketika luruh membuat wajahnya semakin basah.

'Aku tak pernah bermimpi akan bertemu pria seperti itu. Pertama kalinya dalam hidupku, aku begitu dekat dengan seorang pria. Tapi, pria itu pria yang tak waras. Rasanya, aku benar-benar ingin menggantungnya hidup-hidup!' gumam Briel kesal.

'Aku jadi menangis sesedih ini, padahal terakhir kali aku menangis rasanya itu sudah lama sekali. Ngomong-ngomong, dia berani sekali membuatku menangis, aku akan memberinya pelajaran,' gumam Briel seraya mengusap air matanya kemudian menyeringai.

Briel bergegas membilas tubuhnya dan setelah selesai dia pun keluar dari kamar mandi.

Briel pergi mengambil pakaian baru yang dia beli ketika pergi ke Mall bersama Jenny tadi siang. Dia memperhatikan pakaian itu dan tersenyum penuh arti.

Briel bergegas memakai pakaian itu, dan pergi menuju kamar. Dia melewati Erland yang tengah berada di meja kerjanya. Langkah Briel begitu elegan layaknya dia tengah melangkah di atas red karpet. Namun, Erland tak peduli dengan itu.

Briel pun mendengus kesal, Erland terus melihat ke layar laptopnya. Briel memilih mendekati cermin rias dan mengambil hairdryer. Setelah itu, dia menundukkan sedikit tubuhnya untuk manyambungkan kabel hairdryer.

"Erland, bisakah membantuku?" tanya Briel tanpa melihat Erland.

Erland menoleh, dia mengerutkan dahinya melihat Briel menungging tepat ke arahnya. Erland perlahan menyipitkar matanya agar pandangannya menjadi jelas melihat ke arah Briel. Beberapa detik kemudian Erland pun terperangah ketika menyadari pemandangan di hadapannya.

Tak lama, Briel memutar tubuhnya dengan masih menundukan tubuhnya. Briel melihat Erland.

Lagi-lagi Erland pun di buat terperangah melihat pemandangan yang tak kalah mengejutkan di hadapannya.

Next chapter