27 CWCVH PART 27

'Jadi, dia benar-benar datang ke rumah pria? Tapi, siapa yang dia datangi? Apa kekasihnya?' batin Erland.

Briel tak tahu, apa yang di katakan Erland di telepon tadi, di mana Erland mengatakan akan memberitahu orangtua Briel karena Briel mendatangi kediaman pria lain hanyalah sebuah gurauan. Erland bahkan tak tahu apa saja yang di lakukan Briel seharian ini.

Erland menatap Briel seraya menyeringai.

"Memangnya kenapa jika aku mengikutimu?" tanya Erland.

"Dasar brengsek!" pekik Briel.

Bugh!

Briel memukul dada Erland membuat Erland menahan tangan Briel sejenak dan menarik Briel ke pelukannya.

"Apa-apaan, sih? Jangan dekat-dekat begini!" kesal Briel.

"Apa kamu tak mau tahu, bagaimana aku bisa tahu kamu datang ke kediaman pria itu?" tanya Erland.

"Aku tak mau tahu, dan jangan menggangguku!" kesal Briel.

"Oh, ya sudah jika tak mau tahu," ucap Erland dan mendorong tubuh Briel.

Brugh!

"Erland!" teriak Briel ketika Briel tak sengaja terjatuh ke lantai dalam posisi duduk.

Erland pun sedikit terkejut melihat Briel terjatuh. Rasanya, dia tak mendorong Briel sekeras itu. Tapi, kenapa Briel bisa sampai terjatuh ke lantai?

"Kamu benar-benar! Ini namanya kekerasan dalam rumah tangga!" pekik Briel.

"Heh! Mana mungkin hal sekecil ini di namakan kekerasan dalam rumah tangga? Jelas-jelas kamu jatuh sendiri," ucap Erland dan melewati Briel.

"Hei!" Erland terkejut ketika Briel menahan kakinya.

"Enak saja main mau pergi, cepat bangunkan aku!" kesal Briel.

"Bangun saja sendiri, lepaskan kakiku!" geram Erland.

"Tak mau, kamu yang membuatku jatuh, kamu juga yang harus membangunkanku!" ucap Briel.

"Ck! Bangun saja sendiri, memangnya kamu cacat? Masa bangun saja tak bisa!" ejek Erland.

"Ah astaga!" Erland memekik ketika bulu di kakinya di tarik oleh Briel hingga tercabut.

"Gila! Apa yang kamu lakukan?" tanya Erland.

"Bangunkan aku, atau semua bulu di tubuhmu akan aku rontokan!" ancam Briel.

Erland terperangah.

"Tunggu apa lagi? Cepat bangunkan aku!" geram Briel.

Erland menyingkirkan kakinya. Dia menundukan tubuhnya ke arah Briel yang masih duduk di lantai seraya mendongak melihat Erland.

"Kamu sengaja, ya, menjatuhkan tubuhmu agar aku menggendong mu, dan melemparmu ke atas tempat tidur?" tanya Erland.

Briel memalingkan wajahnya. Dia menghela napas kasar.

"Lagi pula, kamu membahas tentang bulu. Apa kamu lupa, di tubuhku tak banyak memiliki bulu," ucap Erland seraya tersenyum penuh arti.

Briel mengepalkan tangannya. Sungguh, dia ingin memukul wajah Erland saat ini juga. Erland benar-benar tak tahu malu. Briel benar-benar selalu naik pitam jika sudah berurusan dengan Erland. Bagaimana bisa saat di hotel itu ada wanita yang mengaku kekasihnya Erland? Hubungan macam apa yang wanita itu jalani dengan Erland? Jangan-jangan wanita manapun yang menjalin hubungan dengan Erland akan menderita lahir dan batin. Pikir Briel.

Briel menyeringai.

"Tentu saja aku tak lupa. Tapi,,, di anumu itu 'kan banyak. Menggelikan rasanya. Tidak di rambut, tidak di anumu, semuanya gondrong begitu. Ingin rasanya aku menyingkirkan bulu-bulu itu," ucap Briel seraya memasang wajah jijik.

Erland menelan air liurnya. Tubuhnya menegang. Sebenarnya, apa yang Briel katakan? Jelas-jelas Erland tak merasa miliknya memiliki banyak bulu begitu. Atau mungkinkah Briel berhalusinasi? Lalu, milik siapa yang Briel lihat memiliki banyak bulu-bulu? Pikir Erland.

'Jangan-jangan?' tubuh Erland menegang, seketika dia terpikir bahwa Briel melakukan yang tidak-tidak dengan pria yang di datanginya.

Erland menatap Briel tajam. Dia menarik tangan Briel dan memaksa Briel untuk bangun.

"Uh, tak bisakah lembut menjadi pria? Bokongku sakit karena terjatuh tadi! Kamu bisa 'kan membangunkan ku pelan-pelan?" kesal Briel

Erland mencengkram kuat pergelangan tangan Briel membuat Briel mengernyit karena merasakan sakit.

"Apa kamu sudah gila? Kenapa menyakiti tanganku?" tanya Briel.

"Siapa yang gila? Bukankah kamu yang gila? Milik siapa yang banyak bulunya? Katakan padaku! Jelas-jelas milikku tak begitu!" kesal Erland.

Briel mengerutkan dahinya. Kenapa Erland masih membahas masalah bulu? Lagi pula, apanya yang tak banyak? Erland benar-benar tak sadar akan apa yang ada di tubuhnya sendiri. Pikir Briel.

"Apa pentingnya dengan bulu? Tak perlu di bahas lagi," ucap Briel kemudian mengempaskan tangan Erland.

"Jelas saja harus di bahas! Aku tak suka wanita yang tak bersih, yang bermain dengan banyak pria di luar sana! Bahkan bisa-bisanya kamu membayangkan milik pria lain yang banyak bulunya. Aku yakin kamu pasti mengingat milik orang lain dan kamu tak sadar mengatakan padaku, bahwa milikku yang memiliki bulu banyak," ucap Erland seraya menatap Briel tajam.

Briel terkejut. Mendengar apa yang Erland katakan membuat pikiran Briel menjadi mengarah pada hal yang tidak-tidak.

"Apa yang sebenarnya kamu pikirkan? Milik siapa? Aku mengatakan anumu banyak bulunya, maksudnya adalah ini!" ucap Briel penuh penekanan seraya menunjuk ke sela di antara bahu dan lengan Erland yang tertutup oleh lengan kaos yang Erland kenakan.

Erland mengerutkan dahinya. Dia tak mengerti maksud Briel.

"Ketiakmu maksudnya! Dasar gila! Bisa-bisanya kamu berpikir hal lain!" geram Briel membuat tubuh Erland menegang.

Briel mengepalkan tangannya. Dia tak bisa lagi bersabar. Berhadapan dengan Erland takan pernah memiliki akhir yang baik baginya. Briel benar-benar tak tahan dengan pikiran jorok Erland. Bisa-bisanya Erland memikirkan hal seperti itu hanya karena Briel mengucapkan kata 'Anu.'

"Aku tahu, tapi pria sejati takan pernah mencukur bulu ketiaknya. Hanya banci yang melakukannya," cap Erland beralasan.

Wajah Erland memanas. Dia malu setengah mati. Dia benar-benar sudah salah mengartikan maksud ucapan Briel.

'Sial, ucapan dia terlalu ambigu sehingga aku berpikir yang tidak-tidak. Coba saja dia katakan dengan jelas sejak awal, aku takan salah paham,' batin Erland.

"Aku tak mau tidur denganmu!" kesal Briel.

"Oh, baguslah. Tidur saja kamu di tempat lain," ucap Erland.

"Mana bisa? Aku wanita, aku yang tidur di tempat tidur," ucap Briel tak terima.

"Jangan harap! Kemarin malam aku sudah mengalah untuk tak tidur di tempat tidur gara-gara boneka besarmu itu memenuhi jatah tempatku! Aku harus tidur di sofa, dan kamu enak-enakan tidur di tempat tidurku! Sekarang gantian, aku yang tidur di tempat tidur!" kesal Erland.

Briel terdiam. Jadi, kemarin malam Erland tak tidur di tempat tidur dengannya? Briel tak sadar jika Erland tidur di sofa karena dirinya tidur lebih dulu dari pada Erland.

"Ya sudah, aku akan tidur di kamar lain saja," ucap Briel.

"Silakan saja jika kamu ingin Mama menegurmu, dan mengatakan kamu bukanlah istri yang baik karena meninggalkan suami sendirian di kamar," ucap Erland.

Briel mengepalkan tangannya. Bukankah tadi Erland memintanya agar tidur di tempat lain? Lihat saja sekarang Erland justru mengatakan hal lain.

"Terserah dengan istri yang baik, aku takan pernah menjadi istri yang baik jika suaminya seperti dirimu!" kesal Briel dan meninggalkan Erland.

"Lalu, kamu mau apa? Apa kamu pikir bisa berganti suami seperti berganti pakaian?" tanya Erland tak habis pikir.

"Jika aku bisa, maka aku ingin menggantimu dengan pria lain yang lebih perkasa!" kesal Briel.

"Apa maksudmu yang lebih perkasa?" tanya Erland seraya menatap Briel tajam.

Briel menyeringai, dia mendekati Erland menjinjitkan kakinya sedikit. Jarak keduanya begitu dekat.

"Ya, aku ingin menukarmu dengan pria perkasa. Aku tak suka pria lemah, yang hanya bermain satu ronde saja tetapi sudah terkapar tak berdaya di tempat tidur," ucap Briel seraya tersenyum mengejek.

"Gabriela!" teriak Erland membuat Briel terkejut.

"Mulutmu itu terlalu mengerikan, bahkan lebih mengerikan dari mulut harimau! Tapi, apa kamu yakin kamu tahu seberapa perkasanya aku? Apa kamu ingat malam itu? Bagaimana aku memperlakukanmu di hotel? Apa seperti itu membuatmu menyesal dan merasa tak puas?" tanya Erland seraya menatap Briel dengan tajam.

Briel mengepalkan tangannya. Wajahnya seketika memanas.

"Jangan mengingatnya!" kesal Briel.

Plak!

avataravatar
Next chapter