webnovel

CWCVH PART 10

'Wanita ini benar-benar,' batin Sammy.

Sammy justru cemas tuannya akan benar-benar marah setelah melihat apa yang telah dilakukan oleh Briel. Bisa jadi tak hanya Briel saja, tetapi semua orang yang ada di kediaman itu akan mendapat kemarahan tuannya.

Namun, Sammy pun merasa tak memiliki pilihan lain selain mengikuti perintah Briel. Apalah daya dia hanya seorang pekerja yang dibayar di kediaman itu meski pun tuannya yang menggaji dirinya, tetapi setidaknya diapun harus menghormati wanita yang dibawa oleh tuannya.

"Baiklah, Nona. Semoga saja Tuan Erland takan marah melihat kamarnya berubah," ucap Sammy.

"Tak akan, jikapun marah, Saya yang akan bertanggung jawab," ucap Briel.

"Baiklah," ucap Sammy dan mendorong bupet itu menjauh dari dinding.

Setelah selesai, Sammy kembali menghampiri Briel.

"Apa masih ada lagi yang harus Saya lakukan?" tanya Sammy.

"Em... Tolong carikan koran yang banyak," ucap Briel.

Sammy mengangguk dan keluar dari kamar itu. Dia pun mencari koran di dapur dengan meminta pada asisten rumah tangga di kediaman itu. Setelah mendapatkan koran yang Briel inginkan, Sammy membawa koran itu ke kamar Briel.

Briel pun mengambil koran tersebut dan meminta Sammy keluar. Dia mengunci pintu kamar dan bergegas meletakan koran di bawah lantai tepat di dekat dinding. Kemudian dia menyiapkan beberapa botol cat semprot yang dia beli tadi pagi yang kini akan dia gunakan untuk melukis di dinding besar di hadapannya.

Hanya perlu fokus membayangkan penyanyi favoritnya di kepala, dan Briel pun mulai melukis di dinding. Mungkin membutuhkan waktu beberapa hari untuk menyelesaikannya. Namun, sebisa mungkin Briel akan menyelesaikannya lebih cepat agar selesai sebelum Erland datang. Jika Erland sampai datang sebelum Briel menyelesaikan lukisannya, Erland mungkin akan mengacaukan lukisannya dan lukisannya takan sampai selesai. Pasalnya, Briel tak tahu untuk berapa lama Erland pergi keluar.

Namun, Briel teringat ketika melihat koper yang Erland bawa kemarin sore, sepertinya Erland akan pergi selama beberapa hari. Entahlah, Briel sama sekali tak tahu sebab Erland tak mengatakan akan pergi berapa lama pada Briel. Briel pun merasa tak peduli Erland akan pergi berapa lama. Justru Briel merasa senang karena Erland pergi, Briel merasa tak canggung dan seperti tinggal di kediamannya sendiri. Dia benar-benar merasa bebas meski rumah itu adalah tempat yang asing baginya.

***

Waktu berlalu, hari sudah semakin sore. Briel menghentikan kegiatannya terlebih dahulu meski lukisannya belum selesai sepenuhnya. Karena terlalu ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat, lukisan itupun hanya tinggal dilakukan finishing saja agar hasilnya menjadi lebih sempurna. Briel perlu memeriksanya dengan detail, dia cemas akan ada sesuatu yang kurang sempurna ketika di lihat.

'Aku akan mandi dulu,' gumam Briel.

Ketika akan pergi menuju kamar mandi, pintu kamar diketuk. Briel pun membuka pintu kamar terlebih dahulu. Tampaklah Leli berdiri di depan pintu seraya membawa sebuah trai yang di atasnya terdapat makanan ringan dan segelas orange jus.

"Ya, ada apa?" tanya Briel.

"Anda tak keluar dari kamar sejak tadi, Nona. Anda bahkan melewatkan makan siang Anda," ucap Leli.

Briel tersenyum.

"Hem... Saya sibuk seharian ini, ini baru saja selesai," ucap Briel.

"Ya, Sammy memberitahukan Saya agar tak ada yang mengganggu Nona. Tapi, ini sudah sore, Nona. Saya pikir, mungkin Anda membutuhkan makanan, karena itu Saya bawakan camilan ke sini," ucap Leli.

Briel mengangguk.

"Terima kasih, masuklah!" pinta Briel.

Leli memasuki kamar itu, seketika bau cat menyeruak ke indra penciumannya. Dia syok melihat di dinding terdapat sebuah lukisan. Leli ingat, ada lukisan besar milik tuannya yang seharusnya berada di dinding yang baru saja di lukis tersebut.

Leli bergegas mencari ke sekeliling dan menghela napas lega ketika melihat lukisan milik tuannya itu terpanjang di dinding lainnya.

Leli pun meletakan tari yang dia bawa di atas meja di dekat sofa.

"Maaf, Nona. Anda melakukan semua ini sendirian?" tanya Leli.

"Ya, kenapa?" tanya Briel.

"Em... Apa Tuan Erland tahu hal ini?" tanya Leli.

"Tidak, memangnya kenapa? Kenapa sepertinya semua orang takut padanya? Apa dia seseram itu?" tanya Briel.

"Tidak, bukan seperti itu. Ya sudah, Saya permisi dulu. Jika Nona membutuhkan sesuatu, panggil saja Saya, ya," ucap Leli.

"Ya, terima kasih," ucap Briel.

Leli pun keluar dari kamar.

'Apa aku harus memberitahu Tuan Erland? Tapi, bagaimana jika dia sibuk? Tapi, yang dilakukan Nona Briel itu--' Leli terus bicara dalam hatinya di tengah langkahnya. Dia berpikir ingin memberitahu Erland tetapi juga merasa cemas, dia takut Erland akan marah padanya karena mengganggunya di saat Erland tengah melakukan perjalanan bisnis. Leli menjadi dilema memikirkan apa yang Briel lakukan. Leli pun tak mengerti, mengapa Briel begitu berani melakukan semua itu terhadap kamar Erland? Apa benar Erland takan marah pada Briel? Sepertinya Briel terlihat begitu tenang.

'Untuk apa aku memikirkannya? Dia 'kan istrinya Tuan Erland, sudah pasti Tuan Erland takan marah pada istrinya sendiri. Tapi, mengapa saat itu Tuan Erland meminta agar semua orang di rumah ini mengawasi Nona Briel? Apa maksudnya, bukan sikap Nona Briel, tapi melainkan Tuan Erland takut Nona Briel macam-macam di belakangnya? Oh, ataukah Tuan Erland takut Nona Briel membawa pria lain ke rumah ini di saat Tuan Erland tak ada di rumah? Astaga, aku akan melakukan tugasku dengan baik, aku takan membiarkan ada pria lain masuk ke rumah ini. Aku yakin, Tuan Erland begitu mencintai Nona Briel,' gumam Leli.

Leli bergegas menuju pos keamanan dan meminta Sammy untuk mengawasi rumah dengan ketat.

"Memangnya kenapa? Apa Tuan Erland yang memintamu?" tanya Sammy.

"Ini hanya inisiatif diriku saja. Pokoknya, jika istrinya Tuan Erland--"

"Apa katamu? Dia siapa?" tanya Sammy syok.

"Istrinya Tuan Erland. Maksudku, Nona Briel itu istrinya Tuan Erland. Apa kamu tak tahu?" tanya Leli.

Sammy menggelengkan kepalanya.

"Hem... Intinya, jika Nona Briel akan keluar dari rumah, dan kamu melihat ada hal yang sekiranya mencurigakan, lebih baik jangan membiarkan Nona Briel keluar. Cari cara agar Nona Briel tak sampai keluar. Jika perlu, kamu kunci saja pintu pagarnya, dan kamu pura-pura tidur, atau bagaimana lah, terserah dirimu. Sepintar-pintarnya dirimu saja," ucap Lely.

Sammy semakin dibuat bingung mendengar apa yang Leli katakan. Entah apa yang ada di pikiran Leli saat ini, Sammy justru berpikir hal lain tentang Briel dan tak merasa melihat hal-hal mencurigakan dalam diri Briel. Ya, Sammy akui memang Briel sepertinya wanita yang berani tetapi rasanya hal itu masihlah wajar dan justru tak termasuk aneh.

***

Jam makan malam.

Briel keluar dari kediaman Erland dan bergegas menuju mobilnya. Sammy yang melihat hal itupun perlahan mendekati Briel dan berdiri di belakang Briel. Dia berniat menyapa Briel.

'Ya, aku melupakannya. Seharian ini, aku terlalu asik melukis wajah kekasihku di kamar baruku, he-he-he...' Briel terkekeh. Dia tengah bicara melalui sambungan telepon dengan seseorang.

Sammy yang mendengar kata 'Kekasihku' yang Briel ucapkan lantas terdiam.

'Apa ini yang dimaksud Leli? Kacau sekali Nona Briel melukis wajah kekasihnya sendiri di kamar Tuan Erland,' batin Sammy.

Next chapter