15 Menjaga Jarak

"Sip, thanks … nama lo siapa?" tanya Rezvan.

"Re-Rena."

"Oh, oke, gampang gue inget. Sampai nanti Rena, jangan lupa. Okay?" ucap Rezvan tersenyum dengan menepuk ujung kepala Rena, dan langsung berjalan meninggalkan cewek yang masih menatapnya.

Rena langsung berjalan masuk ke dalam kelas, dan langsung disambut dengan banyak pertanyaan dari semua kaum hawa di kelas itu.

"Ren, dia siapa lo sih?"

"Ren, kenapa Rezvan bisa deket sama lo?"

"Ren, bilangin ke Rezvan dong, kalau jadi cowok jangan dingin-dingin."

"Eh, tapi kalau dingin, dia makin cool tau. Tatapannya, behhh, tajem, tapi tampan," timpalnya dengan tersenyum lebar.

Begitulah pertanyaan dari teman sekelas Rena. Sedangkan cewek itu? Ia terus berjalan sampai ke bangkunya dengan tersenyum paksa. Yunbi yang melihat Rena duduk langsung melontarkan pertanyaan yang sama dengan kaum hawa lainnya.

"Ren, jangan bilang lo ada hubungan sama Rezvan di belakang?"

Pertanyaan Yunbi membuat kelas menjadi hening, mereka semua langsung melihat ke arah Yunbi dan Rena. Sedangkan gadis itu hanya menghela napas sambil menepuk keningnya.

"Tolong ya, jangan ada yang percaya ucapan Yunbi, emang suka ngaco," ucap Rena dengan sedikit berteriak. Sedangkan Yunbi, ia hanya menyengir sambil memainkan rambutnya.

Rean yang sedari tadi hanya memperhatikan hanya sedikit tersenyum tipis, ntah senyum itu artinya apa, yang jelas ia sedikit tak suka pada cowok yang dekat dengan Rena, siapapun itu. Dan cowok itu akan lebih extra untuk menjaganya dari cowok seperti mereka-mereka.

Saat asik memikirkan sesuatu hal, tiba-tiba saja jam tangan favorit-nya itu terjatuh ke lantai karena tak sengaja disenggol oleh Josen, membuat Rean menatap Josen dengan tatapan sangat tajam. Sedangkan cowok itu yang takut dengan tatapan temannya itu langsung duduk dengan memohon pada Rean agar tak marah kepadanya.

"Re, maaf deh, gue nggak sengaja. Lagian lo sendiri yang naruhnya di situ. Ya, plis, maafin gue," ucap Josen yang terus memohon. Rean hanya menatapnya dengan tatapan malas.

"Apa maaf lo bisa balikin jam gue?"

Josen menggeleng pelan. "Enggak. Lagian lo kenapa taruh jam itu di situ? Kenapa nggak lo pake?" tanyanya.

"Kalau aja lo nggak dateng ke sini, jam tangan gue masih normal. Gue lepas karena gue gerah!"

"Oke-oke, gue ganti jam tangan lo. Gimana?"

"Oke, empat ratus lima puluh lima ribu," ucap Rean yang membuat Josen bingung.

"Hah, maksudnya?"

"Lo mau gantikan? Jam tangan gue harganya empat ratus lima puluh lima ribu. Mau lo ganti cash atau mau transfer?"

Josen melongo saat mengetahui harga yang sebenarnya. "Oke, gue transfer sekarang."

"Good," ucap Rean yang memainkan ponselnya kembali.

***

Jam berputar dengan cepat, tanpa di rasa bel pulang telah berbunyi. Semua murid di kelas serentak menutup buku dan memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Tidak berlaku untuk Rena yang masih terdiam dengan pandang lurus ke depan, cewek rambut sebahu yang duduk di sampingnya itu menyernit melihat sahabatnya yang melamun, ia langsung melambaikan tangannya di depan wajah Rena.

"Ren, udah bel. Ren," panggil Yunbi dengan menepuk-nepuk pundak Rena pelan. Dalam hitungan detik, cewek itu tersadar dari lamunannya, dan menoleh menatap Yunbi dengan tatapan bingung.

"Kenapa?"

"Gue yang harusnya tanya gitu. Lo kenapa?" tanya Yunbi yang membantu Rena memasukkan buku ke dalam tas. Sedangkan Rena, ia hanya menghela napas dengan merapatkan bibirnya. "Kenapa? Jawab, Rena. Jangan diem aja," ujar Yunbi yang membuat Rena hanya menggeleng pelan.

"Serius lo okay?" tanya Yunbi memastikan.

"Yes, why?"

Yunbi menggelengkan kepalanya, dan kembali melihat ke arah guru yang sedang menyampaikan beberapa informasi tentang ulangan harian.

"Baik, sampai di sini materi yang ibu sampaikan. Kalian bisa pelajari materi yang sudah saya berikan hari ini, dan ibu harap tidak ada yang remidi. Sekian, selamat sore." Guru itu langsung berjalan keluar kelas setelah semua murid membalas ucapannya dengan kompak.

Mereka semua langsung berhamburan keluar kelas dengan wajah ceria. Yunbi, Rena, Josen, dan Rean masih berada di dalam kelas. Rena sendiri bingung harus bilang pada Rean gimana, karena sore ini ia sudah ada janji untuk menemui Rezvan di kantin, dan Ryu memaksanya untuk pulang bersama.

Satu hal yang belum di ketahui oleh Rean. Rena menjadi pacar pura-pura Ryu, si ketos yang selalu membuat onar. Tidak hanya Rean. Yunbi, dan Josen pun belum mengetahuinya.

"Re, lo balik bareng Rena?" tanya Josen yang melihat Rean memakai tas di satu bahunya.

"Gue? Gue ada janji sama orang. Ren, lo balik bareng sama siapa aja terserah," ucap Rean menoleh pada Rena sekilas, lalu berjalan keluar kelas tanpa berkata apapun lagi, bahkan ia tak menunggu jawaban dari Rena.

"Lo lagi ada masalah sama Rean? Perasaan hari ini Rean agak jaga jarak," ucap Josen yang menggaruk tengkuknya.

Rena menggeleng sambil tersenyum. "Enggak kok, Rean emang gitu kan orangnya? Mending lo susulin Rean aja," ucap Rena yang hanya di jawab dengan satu anggukan. Josen langsung berjalan keluar kelas menyusul Rean.

Alasan Rena melakukan itu pada Josen karena satu, ia tak mau ia bertengkar lagi sama Victor, pacar Yunbi. Sahabatnya itu sudah cerita semuanya tentang permasalahan Josen dan Victor, cewek itu tak mau Victor kembali salah paham. Pada akhirnya, Rena menolong Yunbi.

Saat Josen sudah keluar kelas, dalam hitungan detik Victor datang dengan wajah dinginnya, dan langsung masuk dengan menarik tangan Yunbi.

"Yuk pulang, Bee," ucap Victor tersenyum,.

Lebih tepatnya tersenyum paksa. Rena bisa melihat senyuman Victor yang terpaksa, dan sok lembut pada Yunbi. "Kalau cewek enggak mau, ya, jangan di paksa dong." Ucapan Rena membuat Victor langsung menatapnya dengan tersenyum menyeringai.

"Oh, ini toh Rena," ujar Victor tersenyum menyeringai.

Rena tak memperdulikan itu, ia hanya melihat Yunbi yang meringis karena cengkeraman Victor. Yunbi menoleh pada Rena, kepalanya menggeleng pelan sambil tersenyum tipis.

Ia langsung berdiri dari duduknya. "Udah ayo pulang," ucap Yunbi yang berjalan lebih dulu. Victor langsung berjalan di belakangnya. Rena menggelengkan kepalanya, ia pikir Victor adalah cowok yang lembut, dan perhatian. Tapi ternyata ia salah.

Kelas pun terasa sangat sepi, hanya ada Rena di dalam kelas itu. Tiba-tiba saja teringat pada Rean yang hari ini berbeda, ia terlihat menjaga jarak, bahkan menatapnya saja hanya sekilas. Apa Rean marah?

Ting!

Satu notif muncul dari ponselnya, pesan dari Ryu membuat Rena mendengus pelan.

Ryu : Sorry, hari ini lo pulang sendiri ya, gue ada kumpul sama anak OSIS.

Selesai membaca ia mematikan ponselnya dan memasukkan ke saku jaketnya. Ia memakai tasnya dan langsung berjalan keluar kelas. Langit mendung membuatnya malas untuk pulang ke rumah, karena ia pastikan kalau bundanya belum pulang ke rumah.

*** Maaf kalau ada typo :' Akan di revisi setelah Author senggang. Thanks for Reading ^^ ***

avataravatar
Next chapter