20 Merasa takut

Jenny melihat wajah suaminya terlihat menahan amarah yang memuncak mengernyitkan dahinya.

Prang

Pedro melemparkan ponselnya hingga hancur setelah sambungan telepon tersebut terputus.

"Papa, ada apa?" tanya Jenny.

"Kita harus ganti semua nomor kita, jangan sampai ada celah untuk keluarga Bowie melacak kita lagi. Mereka sudah tahu kita ada di London tetapi tidak dengan tempat tinggal kita," kata Pedro.

"Kalau gitu aku harus bilang ke Sienna dan juga calon menantuku, jangan sampai mereka dihancurkan kebahagiaannya lagi," balas Jenny.

Jenny berjalan menuju pintu keluar kamar mereka sedangkan Pedro memijit pelipisnya karena merasa pusing dengan masalah yang dihadapi oleh keluarganya.

Tok tok tok

Jenny yang sudah di depan kamar Sienna mengetuk pintunya. 

"Sayang, buka pintunya," kata Jenny.

Sienna yang baru selesai bersih-bersih dan mengeringkan rambutnya berlari menuju pintu lalu membuka pintunya dengan terburu-buru.

Ceklek

"Iya, Ma, ada apa?" tanya Sienna dengan raut wajah bingungnya.

"Ponsel kamu mana?" tanya Jenny.

"Sebentar, Ma, ada di ranjang sepertinya," jawab Sienna masuk ke dalam kamarnya diikuti oleh mamanya dari belakang.

"Ini, Ma, ponselku, ada apa?" tanya Sienna sambil memberikan ponselnya ke mamanya.

jenny langsung membongkar ponsel Sienna lalu membuang kartu telepon Sienna.

"Kita harus ganti nomor secepatnya, tidak ada lagi yang boleh menggunakan ponsel untuk menelepon ke teman-teman kalian yang lama," kata Jenny dengan wajah pucatnya.

"Apa kita ketahuan, Ma?" tanya Sienna yang wajahnya juga mulai pucat.

"Belum, Sayang, mereka belum tahu kita tinggal di daerah mana. Mereka cuma tahu sekarang kita di London, makanya sebelum mereka tahu soal di mana kita berada mending langsung saja buang nomor kita, kamu juga bilangin ke Samuel ya," balas Jenny.

"Iya, Mama, aku akan bilang sama Samuel. Sekarang Mama jangan terlalu khawatir, aku tidak mau Mama sampai sakit," kata Sienna lirih sambil memeluk mamanya.

"Iya, Sayang. Mama sangat yakin dibalik ini semua pasti ada hikmahnya," balas Jenny.

"Yaelah, Ma, kayak di sinetron aja bahasanya, hehehe," kata Sienna terkikik.

"Kamu ini bikin enggak jadi sedih deh," balas Jenny.

"Makanya aku enggak mau Mama sedih tahu," kata Sienna.

"Iya, bukan hanya Mama, papamu juga stress nih," balas Jenny.

"Oke deh, Ma, bilangin papa jangan stress stress ya," kata Sienna.

"Iya, Sayang," kata Jenny sambil mengedipkan sebelah matanya.

Sienna tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya menanggapi mamanya. Sienna berjalan menuju kamar Samuel dengan meloncat-loncat kecil seperti anak kecil.

Tok tok tok

"Samuel sayang, ini aku kekasih kamu yang cantik jelita," kata Sienna.

Samuel membuka pintu mematung memperhatikan kekasihnya di hadapannya saat ini. 

"Ada apa? Kok kamu kaya patung es gini? Apa aku cantik banget ya sampai kamu enggak berkedip gitu?" tanya Sienna.

"Bukan, kenapa kamu memakai baju yang menampilkan bukitmu itu, ck?" kata Samuel berdecak kesal.

"Ohh, kan kita di dalam rumah, Samuel," balas Sienna dengan manja.

"Sayang, kok samuel doang," rajuk Samuel.

"Kita jadi jalan-jalan, Sayang?" tanya Samuel.

"Jadi dong," jawab Sienna antusias.

"Oh iya aku lupa tadi kamu ke sini ada yang mau dibicarakan, Sayang?" tanya Samuel sambil merangkul Sienna masuk ke dalam kamarnya.

"Iya, aku sampai lupa gara-gara kamu nih," jawab Sienna.

"Ya sudah, ada apa, Sayang?" tanya Samuel lembut sambil membelai pipi Sienna.

"Kamu diminta sama mamaku untuk membuang nomor ponsel kamu, nanti papa yang akan urus nomor kita yang baru," jawab Sienna.

"Baiklah, jadi aku harus matiin sekarang juga?" tanya samuel.

"Iya, Sayang. Kamu tahu enggak, keluarga Bowie itu sudah mulai mengetahui kalau kita berada di London," jawab Sienna.

"Apa? Kok bisa?!" teriak Samuel.

"Iya aku juga sama terkejutnya, pasti ada yang melaporkan kita palingan," balas Sienna menerka-nerka.

Samuel membawa masuk Sienna ke dalam kamarnya. Mereka berdua duduk di atas ranjang sambil menyandarkan tubuhnya di dipan ranjang. Samuel membawa Sienna ke dalam dekapannya lalu ia mengambil ponselnya, mematikannya di depan Sienna lalu mencopot kartu teleponnya dan mematahkannya menjadi berkeping-keping.

"Selesai, tidak ada lagi yang bisa menghalangi hubungan kita, Sayang. Aku harap kamu bisa menjaga hatimu juga hanya untukku," kata Samuel sambil mengecup puncak kepala Sienna dengan lembut.

"Iya, aku juga berharap tidak ada lagi yang bisa memisahkan kita kalau perlu kita nikah muda saja," balas Sienna.

"Dasar kamu, ada-ada aja," kata Samuel sambil mendusel-duselkan kepalanya ke tubuh Sienna.

"Ihh, Sayang, jangan begini kepala kamu nakal," kata Sienna sambil mengerucutkan bibirnya.

"Hahaha, tapi kamu suka kan?" goda Samuel.

"Suka sih tapi kamu genit. Jangan-jangan kamu juga suka genit ke gadis lain," balas Sienna.

"Enggak dong, Sayangku, tidak ada yang bakal bisa menandingi cintaku padamu," kata Samuel.

"Kamu budak cinta aku ya, uluh uluh," balas Sienna memeluk erat tubuh Samuel.

"Sayang," panggil Samuel.

"Iya, ada apa?" tanya Sienna menatap mata Samuel.

"Aku pengen ini deh," kata Samuel sambil memegang bukit kembar di hadapannya.

"Apaan sih, Sayang? Jangan bercanda deh," kata Sienna sambil menyilangkan tangannya di depan tubuhnya.

"Ya kalau enggak mau kasih juga tidak apa-apa kok," balas Samuel sambil mencebikkan bibirnya.

"Nanti aja ya, Sayang, aku masih belum berani," kata Sienna.

"Tidak apa-apa, Sayang. Ayo kita jalan-jalan keliling desa ini," ajak Samuel.

Sienna menganggukkan kepalanya. Mereka bangkit dari ranjang lalu Sienna bergandengan tangan dengan samuel keluar dari kamar.

***

Di mansion keluarga Victor terjadi keributan hebat.

"Apa-apaan kalian, memasuki mansionku tanpa ijin. Atas perintah siapa kalian ke sini?!" tanya Victor berteriak ke orang-orang yang memiliki tubuh besar dan kekar di hadapannya.

Prok prok

Terdengar suara tepukan tangan.

"Well well, apa kabar, Victor, teman lamaku?" tanya seorang pria yang memakai kemeja dan celana bahannya.

"Kau, Roman, ada apa kemari? Saya tidak ada acara apa pun kenapa anda kemari ya?" tanya Victor dengan nada ketusnya.

"Menurutmu apa saya akan menginjakkan kaki ke mansionmu yang kecil ini jika tidak ada hal penting, hmm?" kata Roman dengan smirk miringnya.

"Ohh kau dan anakmu itu, siapa nama anakmu? Oh iya nama anakmu Arga Bowie itu yang sama gilanya denganmu, benar-benar membuatku muak," balas Victor dengan emosi memuncak.

Vina yang berada di atas melihat ke arah suaminya dan juga orang yang sedang bertengkar bersama suaminya dengan tatapan kesalnya.

"Jadi orang itu yang ingin merebut calon menantuku. Dia pikir dengan kekayaan yang dia punya dia bisa mengambil semuanya," gumam Vina.

"Ya, tentunya kamu kenal dengan anakku itu, anakku sangat menginginkan calon menantumu yang bernama Sienna. Kau tahu bukan, aku bisa saja memberitahu putraku di mana gadis itu berada tapi tidak mungkin putraku ke London hanya untuk mencari calon menantumu itu yang tidak lama akan menjadi menantuku tentunya," kata Roman dengan senyum liciknya.

"Jangan harap kau bisa mengambil calon menantuku!" teriak Victor.

"We will see later, saya ke sini hanya ingin mengungkapkan semuanya saja padamu jadi berhati-hatilah dengan perusahaanmu," balas Roman.

avataravatar
Next chapter