17 Ancaman!

"Pa.. paa gi.. " Mawar tertunduk malu, dia merasa canggung dengan sapaan yang di berikan diego padanya.

"Kamu terlihat sangat cantik hari ini." Diego memuji mawar yang sangat cantik.

"mmm Terimakasih." Jawab mawar singkat dia tidak ingin berbicara panjang lebar dengan diego karena dia masih sangat gugup jika berbicara dengan diego.

"Ayo kita berangkat..." Diego membukakan pintu mobil untuk mawar, mawar masuk ke dalam mobil diego. Lalu diego mengikutinya masuk kedalam mobil.

Diego menacap gas mobil, dengan cepat mobil diego meninggalkan kediaman mawar.

Di perjalanan mereka berdua mulai membiasakan diri dengan berbincang bincang santai, dan membicarakan hal hal yang tidak penting.

Sesampainya di kantor mawar, diego memberhentikan mobilnya di depan gedung kantor mawar.

Mawar turun dari mobil diego, sebelumnya dia ingin mengucapkan terimakasih pada diego karena telah menjemputnya.

"Terimakasih yah.. " Mawar tersenyum pada diego yang berada di dalam mobil, dia tahu diego tidak keluar dari mobilnya karena takut akan menarik perhatian banyak orang.

"Sama sama, nanti aku akan menjemputmu lagi yah." Ucap diego pada mawar, dengan tegas mawar menolak tawaran diego mentah mentah.

"Tidak tidak usah, sore ini aku tidak ada acara lain sehingga aku masih bisa mendapatkan bus, kamu tidak perlu menjemput ku."

"Tidak apa apa, itu adalah pengorbanan kecil seorang kekasih pada orang yang dia cintai." Diego tersenyum simpul dia ingin membuktikan kesungguhannya untuk menjadi kekasih mawar.

"Jika tugas seoarang kekasih adalah mengantar jemput, maka tidak perlu susah payah mengorbankan perasaan, kan taksi juga kendaraan yang lainnya juga ada." Pikir mawar pada diego, diego tersenyum dia tahu mawar adalah orang yang sangat baik.

"Iya aku paham. Tapi tetap sore ini aku akan menjemput mu, semoga hari mu menyenangkan." setelah mengucapkan beberapa kata tadi diego pergi dengan mobilnya meninggalkan mawar.

'Dia memang keras Kepala' gumam mawar di dalam hatinya, melihat sifat diego yang tidak mau mengalah.

Mawar berjalan masuk menuju kantornya, saat dia berjalan banyak pegawai perempuan yang menatapnya dengan tatapan benci dan tidak senang.

Di dengar oleh mawar ucapan ucapan yang sangat buruk bahkan ada yang mendoakan mawar agar mendapat banyak masalah.

Sepertinya para karyawan perempuan muali tidak suka dengan kehadirannya, apalagi kemarin saat diego menjemputnya rasa benci pegawai wanita pada mawar semakin bertambah.

Mereka semua iri dengan hal baik yang selalu di dapatkan oleh mawar apalagi di tambah dengan kecantikan mawar membuat semua orang tambah membenci mawar.

Mawar hanya diam, ini sudah sering dia hadapi ibu mawar berpesan

-Semua orang berbeda beda mawar, di mana pun kamu berada akan ada orang yang iri dan tidak suka denganmu. Dan jika kamu merasakan itu cukup menjadi benda mati yang jika di ajak berbicara tidak akan pernah menjawab dan lama lama orang itu akan bosan telah berbicara dengan benda mati-

Pesan itulah yang selalu mawar ingat sampai sekarang, maka dari itu dia tidak pernah membalas hinaan orang lain terhadapnya.

Mawar duduk di kursi kerjanya, dia melihat sahabatnya belum datang dia sangat kesepian kalau sampai erika tidak masuk bekerja.

Tak lama dari arah pintu erika berlari begitu kencangnya hingga terjatuh di depan mawar.

"Heyyy kamu kenapa?" Mawar berusaha membangunkan tubuh erika yang tejatuh.

"Hahahahahahahhhhhh *Terengah engah* Aku... Aku cape sekali.. " Erika berdiri dia duduk di kursinya, dia menatap mawar dengan tatapan yang sangat aneh.

'Ada hal yang gak beres ini!?' Tebak mawar dia tahu saat erika mentapanya dengan tatapan itu pasti ada sesuatu hal yang ingin di tanyakan oleh erika.

"Aku mendengar kamu sudah jadian dengan diego katakan!" Tanya erika pada mawar dia melihat mawar dengan sangat serius.

"Mmm iya aku sudah jadian dengan diego." Jawab mawar pelan, dia berharap sahabatnya ini tidak berteriak agar orang orang tidak mendengar pembicaraannya.

"Ahhhhhh *Berteriak* Aku aku aku aku gak nyangka banget!" Walau mawar berharap agar sahabatnya ini tidak berteriak apa lah daya mulut erika tidak bisa di kontrol.

"Ssstt... Jangan berisik kamu mau semua orang tahu.. " Mawar meletakan telunjuknya di mulutnya. Mengisyaratkan untuk erika tidak berbicara keras keras.

"Bagaimana kejadiannya? Ceritakan?" Erika penasaran dia mendekat ke arah mawar meletakan kedua tangannya di pipinya.

"Aku tidak bisa menceritakannya sekarang, kamu tahu sekarang masih jam kerja." Jawab mawar mencari alasan jika dia menceritakan kejadiannya di sini, dia yakin erika tidak akan berhenti untuk berteriak histeris sampai mengganggu konsentrasi karyawan yang lain.

"Oke.. ohh iya berita kita sudah di terbitkan oleh perusahaan dan sekarang berita kita sedang sangat trending" ucap Erika senang pada mawar.

"Benarkah? Aku sangat senang jika berita kita menjadi trending." Jawab mawar dia terlihat senang.

Hingga seorang karyawan mendatangi mawar dan erika, karyawan itu berkata.

"Mawar, erika kalian di panggil oleh bu susi ke ruangannya." Setelah menyampaikan pesan yang di berikan kepadanya karyawan itu pergi.

Mawar dan erika hanya menganggu lalu mereka pergi ke ruangan bu susi.

Sesampainya di sana bu susi sudah menunggu kedatangan mereka, bu susi mempersilakan mawar dan erika untuk duduk.

"Aku sangat senang dengan kerja keras kalian berdua, berkat kalian perusahan kita semakin di kenal oleh banyak orang, tapi... Karena kalian sangat hebat dalam hal ini aku ingin memberikan kalian tugas. Aku yakin tugas ini tidak akan sulit untuk kalian, aku hanya meminta kalian untuk mewawancarai Fredrick micejoules seorang aktor yang sekarang sedang banyak di sukai oleh banyak orang." Bu susi tersenyum licik, pasti tugas ini tidak akan pernah bisa di sanggupi oleh kedua anak buahnya.

"Apa! Ibu tidak mungkin bukan belum mempertimbangkan tugas ini! Ini sangat tidak mungkin!" Erika terkejut dia tidak bisa menyanggupi tugas ini, ini sangat berat.

'Aku sudah menebak bu susi tidak mungkin akan menyerah begitu saja, karena aku erika terbawa dalam masalah kecil yang aku Lakukan'

Kesal mawar di dalam hatinya, dia menatap bu susi dingin dia tidak bisa melakukan apa apa, jika dia menyerah bu susi akan tersenyum bangga dan dapat dengan begitu bu susi mempunyai alasan untuk mengeluarkan mawar dan erika.

"Aku sudah mempertimbangkan tugas ini, tugas ini sangat kecil kalian saja bisa mewawancarai diego natakusuma apalagi ini hanya seoarang artis pasti sangat mudah untuk kalian. Jika kalian tidak bisa mewawancarai fredrick micejoules berarti kalian tidak benar benar mewawancarai diego natakusuma bukan?" Bu susi menyeringai dia tahu tugas ini tidak lah mudah.

"Aku ambil pekerjaan ini!" Mawar mengambil dokumen bertuliskan wawancara fredrick micejoules yang tergeletak di atas meja bu susi.

Bersama dengan erika mawar pergi dari ruangan bu susi.

"Mawar... kenapa kamu mengambil pekerjaan ini! Ini sangat tidak mungkin, fredrick micejoules sangat lah sibuk dia artis yang tidak akan menyempatkan waktunya untuk di wawancarai oleh perusahaan kecil seperti kita." Erika menegeluh dia sudah pasrah pada nasibnya, yaitu di keluarkan dari perusahan.

"Jangan patah semangat erika, kita tidak akan dengan mudah di keluarkan dari perusahaan, kita baru saja membuat nama perusahaan ini terkenal tidak mungkin atasan kita akan mengeluarkan kita hanya karena gagal mewawancarai fredrick micejoules." Mawar menyemangati erika agar tidak khawatir dengan ancaman yang di bicarakan oleh bu susi.

Saat sedang duduk bersama erika, seorang karyawan datang melemparkan sebuah majalah di hadapan mawar.

"Ohhh jadi... Demi mendapatkan wawancara diego natakusuma kamu menjual dirimu sendiri!" Suara karyawan itu keras dia ingin semua orang mendengar suaranya.

Dia adalah niken seorang wartawan dari grup 2, dia yang dari awal saat mawar masuk perusahaan ini selalu iri dengan apa yang di dapatkan oleh mawar.

Dia tidak berhenti henti membuat masalah dengan mawar, dan menghasut karyawan karyawan yang lainnya agar benci pada mawar.

"Apa yang kamu katakan!" Mawar berdiri, dai menatap niken tajam tajam. Saat ini suasana hatinya sedang tidak baik niken malah membuat masalah yang menambah pikiran mawar.

"Jangan so suci kamu! Kemarin kita semua melihat kamu pulang bersama dengan diego! Diego seorang ceo terkenal di mungkin mau menjemput kamu jikalau tidak kamu menjual dirimu sendiri, atau kamu yang merayunya agar dia mau bersama mu!" Suara niken keras sehingga karyawan yang lainnya mendengar suaranya, banyak pegawai yang melihat perdebatan mawar dengan niken.

"Jika aku memang menjual diriku pada diego, apakah kamu bisa membuktikannya kamu hanya berbicara tanpa menunjukan pembuktian untuk ucapanmu! Dan lagi apa kamu sendiri bisa membuktikan bahwa dirimu sendiri masih suci! Aku tahu kamu berbuat ini semua hanya karena iri pada ku bukan! Sejak awal kamu hanya ingin membuat ku keluar dari perusahaan ini! Aku sarankan padamu jika kamu memang iri padaku katakan tidak usah berbuat hal murahan seperti ini! Heeh*Tersenyum* Kamu pikir dengan seperti ini dapat membuat ku tepuruk? Tidak! Lihatlah dirimu kamu hanya iri dengan pencapaianku! Seharusnya jika kamu ingin sejajar denganku buktikan dengan pekerjaan bukan penghinaan!"

Mawar menunjukan sisi lain dari dirinya, dia sudah sangat lelah dengan semua ini walau dia terus diam, tapi kesabarannya juga ada batasnya.

"Dasar kamu wanita jal*ng!" Niken mengangkat tangannya dia hendak menampar mawar, namun belum sampai mengenani wajah mawar ada tangan yang menahan tangan niken agar tidak mengenai wajah mawar.

Semua orang tertuju pada tangan yang menahan niken, di lihat semua orang di sana seseorang pria tampan menatap niken dengan tatapan dingin.

"Tidak ku sangka pekerjaan seorang wanita di grup 2 ini hanya bisa mengina orang lain!" Lelaki itu melepaskan pegangannya, berbicara lantang di seluruh karyawan yang sedang menonton perdebatan itu.

"Pa... Paaa...Pak viiino" Niken menundukan kepalanya dia tidak tahu aksinya kali ini akan di ketahui oleh vino.

Vino adalah anak pertama dari direktur herman, sekarang vino menjabat sebagai direktur di salah satu perusahaan terkenal.

'Mawar aku menemukan mu, kamu tidak bisa lagi pergi Dariku'

avataravatar
Next chapter