16 16

Anton berlari dari ujung koridor secepat mungkin, tatkala menangkap sebuah pemandangan yang mengejutkannya. Tanpa pikir panjang, cowok Osis itu segera membantu yang lain untuk menggendong Kilau yang tengah tak sadarkan diri.

"ANTON!" pekik Pop memekakkan telinga Rintintin dan Untung yang berjongkok tepat di sebelahnya. Untung segera berdiri berkacak pinggang, ingin niatnya menimpali Pop dengan berkata, "MULUT LO PATKAI! PEKAK NIH KUPING GUE!" Namun, waktunya tidak tepat!

Padu yang hendak menggendong Kilau terurungkan lantaran Anton menggeser posisinya begitu saja. Akhirnya, Padu mengalah. Cowok itu tidak marah.

"Ke-kenapa, pingsan?!" kata Anton yang telah berhasil menggendong Kilau ala bridal style dengan panik.

"UDAH ENTAR AJA NANYA-NANYANYA, CEPET BAWA KE UKS!" jawab Rintintin.

Semuanya pun mengekori Anton untuk membawa Kilau segera ke Unit Kesehatan Sekolah. Termasuk, komplotan Lingga. Sekali ada alasan untuk keluar kelas, pikirnya. Hemm masih saja, mengambil kesempatan!

🌵🌵🌵

Lingga barusaja sampai di rooftop sekolah. Dari ketinggian ini cowok itu bisa melihat semua aktifitas di bawah sana. Pikirnya, kenapa tidak dari tadi ia bersembunyi di sini. Dasar bego! Malah memilih berdiam diri di dalam kelasnya. Benar-benar tolol! Padahal, sekolah sudah memiliki fasilitas dan tempat sedemikian rupa. Bisa-bisanya tidak kepikiran.

Di rooftop sekolah hanya ada satu bangku kayu panjang tersedia di sana  yang menghadap langsung lurus ke pemandangan depan. Di rooftop ini, anggap saja dirinya bisa mengagumi semesta langit siang, matahari, dan awan yang seakan tak pernah musnah dalam kehidupan. Sekali menenangkan pikirannya dari kejadian beberapa detik yang lalu.

Meski ada bangku kayu panjang yang tidak di tempati siapapun di sana. Lingga lebih memilih untuk berdiri dan menyenderkan kedua tangannya di tembok pembatas, sambil mengamati pemandangan sekolahannya. Seraya menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menampar-nampar kulit wajah dan mengibak-ngibakkan rambutnya. Sinar matahari yang tidak begitu terik, langit yang terlihat sedikit gelap menambah kesan nikmat tersendiri, sejuk. Sepertinya, semua bersahabat dengannya sekarang. Mengerti, jika dirinya butuh ketenangan.

Seketika bayangan sosok Rembulan terlintas di isi kepalanya. Nampaknya, setiap hal yang membuatnya tenang pasti bayangan cewek itu turut hadir. Reflek, senyum manis terukir di kedua sudut bibir Lingga. Suatu ide kembali terencana, dirinya ingin mengajak sahabatnya itu pergi ke tempat yang sama seperti ini. Pasti romantis, pikirnya. Jika, berdua menikmati pemandangan semesta dari atas ketinggian. Apakah harus di tempat yang hampir serupa seperti ini dirinya memberitahukan perasaannya yang sebenarnya pada sahabatnya itu? Yaitu, perasaan sayang yang lebih dari rasa sayang kepada sahabat.

"Gue cinta sama lo Bulan," katanya bermonolog sendiri tersenyum melihat langit di siang hari itu.

Lingga menundukkan kepalanya yang sejak tadi menatap langit. Saat menundukkan kepala dan melihat pemandangan di bawah, matanya cukup di kejutkan dengan komplotannya yang berlari-lari mengekori Anton? Dilihatnya pula ada teman-teman Kilau yang turut berlari-lari mengelilingi Anton yang tengah menggendong seseorang.

Lingga menyipitkan kedua matanya dan fokus melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Deg.

Alisnya terangkat satu ke atas. Heran. Pikirnya, bukankah tadi Kilau baik-baik saja? Kenapa, bisa pingsan???

Lingga sejatinya tidak begitu peduli, terserah mau bagaimana kondisi cewek itu. Namun, ia heran saja dengan komplotannya yang mengapa turut turun tangan ikut campur urusan Anton dan anak-anak IPA itu.

Hingga, Lingga mengeluarkan benda pipih dari dalam saku celana dan berniat menghubungi Padu.

"Kalian pada ke mana?"

Dari sebrang sana suara Padu menjawab, "UKS! CEWEK LO NIH PINGSAN!"

Tut.

Panggilan itu berakhir. Bukan, karena di matikan sengaja. Namun, baterai handphone nya habis. Sehingga, benda pipih itu mati sendiri. Lingga berdecak sebal menatap layar handphone -nya itu. Karena, sudah tidak bisa digunakan, Lingga pun kembali memasukkan handphone ke dalam saku celananya.

Ada sedikit gerakkan dalam hatinya untuk menyusul ke UKS. Namun, langkahnya terhenti begitu saja, sebab ego yang menyelimutinya begitu besar.

Lingga memilih untuk tiduran di bangku kayu panjang itu. Memejamkan kedua matanya, perlahan ia tidak lagi mendengar suara sayup-sayup keributan di bawah sana. Perlahan, ia mulai masuk ke dalam mimpi dan akhirnya tertidur dengan pulas.

🌵🌵🌵

Sma Meteor,

Sama seperti Sma Angkasa. Guru-guru tidak masuk mengajar, sehingga semua murid bebas melakukan apapun. Naga yang sejak tadi tidur di bangku panjang yang ada di rooftop, di kagetkan dengan kerusuhan yang terjadi di sebabkan oleh teman-temannya. Suara Danu paling besar, karena suara cowok itu lah yang membuat tidur Naga terusik.

Naga membuka matanya cepat, menoleh dan melihat keributan yang terjadi. Cowok dengan wajah dingin dan terkenal dengan kecuekkannya itu, mengangkat suaranya dan berkata lantang kepada teman-temannya, "ADA APAAN SIH?!! GANGGU TIDUR GUE AJA LO PADA!"

Semua terdiam. Lain, halnya dengan Danu. Cowok pemilik nama asli Danuar J.O itu cengegesan dan menghampiri Naga seraya menepuk pundak kirinya, ikut pula duduk di tempat yang kosong di sebelah kiri Naga.

"Minggu depan bakal ada pertandingan lagi, Ga."

"Basket?" tebak Naga, benar. Danu mengangguk.

"Kali ini musuh kita nggak terlalu berat lawan Sma Garda, komplotan si Jenggala."

Naga tidak begitu peduli. Dirinya tidak begitu semangat, ketika mengetahui lawannya tak terlalu berat. Sombong!

"Tapi, kalo kita berhasil masuk babak final. Pasti, bakal ketemu lagi sama Tim Abassa dari Sma Angkasa, Ga!"

Perkataan itu cukup membuat Naga tertarik.

"Hari ini latihan," kata Naga. Danu tersenyum.

"Gercep amat, kang! Segitunya lo pingin ngalahin Lingga, semangat bener!" kata Danu dengan senyuman sedikit.

"Lo nggak tahu, apa hal yang bikin gue nggak suka sama dia, Dan. Kalo, seandainya elo jadi gue, pasti lo bakal ngerasain hal yang sama dan bersumpah akan ngalahin tuh orang dalam hal apapun!" jawab Naga dengan sorot mata tajam.

Danu terdiam memperhatikan Naga. Karena, ekspresi yang ditunjukkan Naga itulah semakin membuat Danu penasaran ingin mengetahui, apa hal yang membuat temannya itu segitu benci dan ingin mengalahkan seorang Lingga Sambara. Yang setahunya. setiap kali bermain basket selalu sportif, tak pernah curang!

Danu menunjukkan eskpresi seolah bilang, "Okelah, kalo itu mau lo."

🌵🌵🌵

Pulang sekolah...

Kring..

Kring..

Kring..

Semua murid langsung berhamburan keluar kelas, pemandangan saat ini layak seperti monyet hutan yang keluar dari kandang di iringi dengan teriak-teriakkan melengking yang membuat gaduh satu sekolahan. Karena, sangking senangnya. Sama juga seperti halnya orang yang barusaja bebas dari penjara.

"LANGSUNG KE WARUNG EMPOK YOONA AJA DAH!" teriak Untung dengan permen kaki merah yang sejak tadi di emutnya.

Sampai di parkiran,

Lingga Cs sempat berpapasan dengan Kilau dkk dan juga Anton. Tidak seperti biasa, cewek itu terlihat lemah. Tidak seceria biasanya. Tidak pula berusaha mengejarnya, bahkan menghalangi jalannya, mengganggu dan mengusiknya, begitulah. Kali ini, tidak. Syukurlah!

Lingga tersenyum tipis, karena senang. Akhirnya, cewek itu sadar juga!

Padu menyikut siku temannya, dan berkata suatu hal yang terdengar sangat aneh bagi Lingga.

"Cemburu?"

Lingga terkejut dan segera cepat menoleh ke samping. Melihat wajah Padu yang saat itu menyebalkan sekali baginya.

"APAAN LO! NGOMONG KEK GITU! DIH NGADI-NGADI LO!"

Padu terkekeh. "Sialan!" umpat Lingga.

Padu meninggalkannya sambil terkekeh-kekeh dengan merangkul pundak Untung.

Kaming berkata, "Lo tadi kemana aja, Ga. Lo tahu nggak, kita berempat berembuk di UKS sampe cewek lo sadar, tahu nggak!"

Plak!

Kepala Kaming terhuyung ke depan, beruntung ia dapat menyeimbangkan dirinya. Satu toyolan ia terima di kepala belakangnya yang kena toyololan kuat oleh Lingga.

"Jangan ngomong sembarangan, Ming! Kalo nggak mau muka lo babak belur di tangan gue!" ancam Lingga dengan pelototan matanya.

Kaming bergedik ngeri.

Menang menimpal, "JANGAN LO BUAT BABAK BELUR DEH MUKANYA SI KAMING! KASIHAN, UDAH JELEK SOALNYA! ENTAR MAKIN JELEK! ADUH, NGGAK KEBAYANG GIMANA PERAWAKKANNYA NANTI!" ejek Menang. Memecahkan suasana. Suara Menang yang besar itu terdengar di telinga Padu dan Untung yang berjalan di depan. Kedua cowok itu tertawa mengejek pula.

"KURANG AJAR LO, GENTONG! MULUT LO MAU GUE BIKIN RATA EMANG!" sambar Kaming dengan pelototannya. "ATAU SEKALIAN AJA NIH! PERUT LO YANG UDAH KEK KUBURAN SUSANA GUE RATAIN PAKE ULENAN!" tambah Kaming sambil meremas perut buncit Menang.

Menang langsung menepis tangan Kaming, dan mendorong tubuh Kaming ke belakang. Beruntung, ada Lingga yang menghalangi Kaming agar cowok kribo itu tak terhuyung.

Toeng.

Namun, justru Lingga kembali mendorong tubuh Kaming ke depan. Sehingga, Kaming menabrak tubuh Menang.

Toeng.

"CABE LO MAU NYIUM-NYIUM GUE!" kesal Menang dan kembali mendorong tubuh Kaming.

Toeng.

Kali ini, Lingga tidak mau ikut campur. Dengan cepat ia menghindar. Sehingga, Kaming benar-benar terhuyung ke belakang.

Beruntung, ada Rebejo yang sigap menangkap tubuh Kaming. Semua kaget dengan kemunculan Bejo yang tepat menangkap tubuh Kaming. Senyum terlukis indah di wajah Kaming saat melihat penyelamatnya. Kaming segera menegapkan badan dan memeluk Bejo.

"BESTFRIEND KITA!" Bejo tersenyum paksa. Tidak membalas pelukan singkat itu.

"LIAT TUH MUKANYA BEJO! OGAH BANGET DI AJAKIN TEMENAN SAMA KAMING!" sahut Untung yang menoleh ke belakang.

Padu tertawa dan bilang, "LIAT AJA KOMUKNYA, NYESEK AMAT DI LIAT!"

Semua tertawa ngakak. Entah apa yang lucu ya???

Lingga hanya menjadi pendengar saja sambil terus berjalan dengan tas sekolah yang ia bawa di pundak kanan. Seperti layaknya menenteng sebuah beras.

Sampai di mana matanya kembali melihat seorang Kilau menaiki sepeda motor Anton. Nampaknya, cowok itu mengantarnya pulang.

Di sisi lain,

Kilau terpaksa menerima tawaran Anton untuk senang hati mengantarnya pulang ke rumah. Itu semua karena paksaan dari teman-temannya.

Anton memberikan jaket merah miliknya kepada Kilau dan dipakaikannya ke pundak cewek itu. Kilau diam saja dengan tindakkan Anton.

"Gue nggak mau lo masuk angin kalo nggak pake jaket," kata Anton dengan melemparkan senyuman manisnya.

"ANTON! HATI-HATI BAWA MOTORNYA!" kata Pop.

"IYA! PELAN-PELAN AJA! TITIP NYAWA TEMEN GUE SI KILAU!" kata  Cantik.

"BAEK-BAEK KALIAN! JANGAN RIBUT ENTAR DI TENGAH JALAN!" kata Rintintin.

Anton tersenyum di balik kaca helmnya. Lalu, membunyikan klakson.

Tin!

"Gue duluan!" kata Kilau dengan cemberut maximal.

"BYEEEE!!!!" kompak Rintintin, Pop, dan Cantik.

"DARRRRRRRRRRR!!!!!!"

"AKHHHHHHH!!!!!!!!!!!" pekik Rintintin, Cantik, dan Pop. Semua kaget.

Padu, Untung, Kaming, dan Menang tertawa puas. Karena, berhasil mengagetkan para geng knalpot!

"AHAAAAAA!!! AHAAAAA!!!!"

"SIALAN LO PADA!" kompak Rintintin Cs.

"DASAR COWOK-COWOK SINTING! NYEBELIN!" kata Cantik kesal.

Deg.

Lingga berkata dalam hati, "Berarti gue juga, dong!" Jujur, ia tidak suka. Lingga hanya mendengus sebal.

"AYOK AH KITA CABUT! NGGAK GUNA NGELADENIN MEREKA YANG UDAH KEK LUBANG HIDUNG PATKAI!" kata Pop menginstruksi Rintintin dan Cantik.

Deg.

Semua yang tertawa jadi terdiam.

"BUSET JELEK BANGET DONG KITA!" timpal Kaming tak suka.

"HEH!!!! TIGA CEWEK KNALPOT! BERANINYA LO NGATAIN COWOK GANTENG KEK GUE BEGITU! GUE SUMPAHIN PULANG DI OMELIN MAMAK KAU BARU TAHU!" teriak Untung dengan lantangnya. Membuat semua orang kaget dan menatapnya heran, aneh, sekaligus kesal.

Cantik berbalik badan dan berkata, "DIEM PARA MAKHLUK JONESSS!!!"

"AAPAAAA??!!!!!" kompak Untung Cs. Lingga berdecak dengan keributan yang ada. Akhirnya, cowok itu memilih untuk berjalan duluan.

Padu tertawa ngakak sambil memegangi perutnya dan bilang, "AHAAA!!!! AHAAAA!! NGGAK SADAR DIRI KEK SITU ADA PACAR AJA!"

Dengan cepat Cantik menyambar perkataan Padu. Membuat cowok itu langsung terdiam.

"ADA-LAH GUE PACAR! EMANG ELO, JOMBLO!"

Deg.

"AHA! SOK SOK AN LO, KURCACI!" timpal Menang.

Cantik mendengus sebal. Lalu, mendengarkan instruksi Rintintin yang bilang, "Udahlah, Tik. Jangan di ladenin lagi!"

Kemudian, Cantik kembali berbalik badan dan berjalan menjauh.

Padu, masih terdiam.

"AYO LAH!" ajak Untung memimpin jalan. Disadarinya jika Lingga sudah pergi duluan.

Menang, mengikuti Untung.

Kaming merangkul pundak Padu dan mengajak temannya itu berjalan.

"Ngapa lo!" tanya Kaming melihat wajah Padu. Padu diam saja. Pikirannya membara kemana-mana sekarang. "Ck!" decak Padu kesal.

🌵🌵🌵

avataravatar
Next chapter