7 07

Hal yang paling di sukai oleh murid sekolahan selain jam istirahat dan jam pulang sekolah adalah jam pelajaran yang kosong. Benar bukan?

Seperti halnya saat ini yang terjadi di dalam kelas 11 IPS 1. Karena, guru mendadak ada rapat, katanya. Sehingga, mereka semua bebas melakukan apa saja.

Kini, kelas mendadak menjadi gedung konser-nya si Untung dan si Menang. Kedua cowok itu kini tengah bernyanyi keras-keras di atas meja milik Kaming dan meja milik Lingga, yang telah mereka jadikan satu. Sedangkan si empu pemilik meja tak tahu. Lingga dan Kaming sedang pergi ke toilet. Lain itu, Padu duduk lesehan di lantai depan papan tulis sambil mengiringi kedua komplotannya itu dengan iringan petikan gitar.

Teman-teman yang lainnya sibuk menjadi penonton alay yang memegang handphone dengan lampu senter yang menyala untuk mewarnai suasana konser dadakan si Untung dan si Menang. Mau cowok ataupun cewek turut serta. Duduk bersila mengelilingi Untung dan Menang yang sedang bernyanyi. Ditambah lagi, seluruh gorden di tutup, pintu di tutup dan lampu kelas di matikan, agar feel nya dapat, katanya.

"SEMUANYA SAMA-SAMA NYANYI!" teriak Menang heboh.

Semua menurut, sambil mengangkat tangan ke udara dan di goyangkan perlahan mengikuti alunan sendu nyanyiannya. Untung, memimpin jalannya bernyanyi.

"CEPAT PULANG..

CEPAT KEMBALI,

JANGAN PERGI LAGI..

FIRASATKU INGIN KAU TUK,

CEPAT PULANGGGGG...

CEPAT KEMBALI, JANGAN PERGI LAGI....

AKU PUN SADARI, ENGKAULAH FIRASAT HATI....🎤🎤🎤🎤🎤🎤"

Semuanya semangat saat di kata pulang. Apalagi, Menang. Suaranya terdengar paling besar.

Lagu berganti, dari yang tadi mellow menjadi dangdut. Padu, kebingungan untuk memetik gitarnya. Suasana kelas makin kacau.

"AYO DI GOYANG..

MARI DI GOYANG..

SUARANYA MANAAAA!!!" teriak Untung heboh dengan gagang sapu yang ia jadikan sebagai microfont.

"ASEK JANGAN KASIH KENDOR!!" teriak Padu dengan tawa geli melihat perut Menang bergetar, karena cowok itu bergoyang heboh. Goyangan dewi persik ditunjukkan Menang.

"ONE TWO THREE!" Kompak Untung dan Menang.

"SETOOPP!

ENGKAU MENCURI HATIKU, HATIKU...

SETOOP!

ENGKAU MENCURI HATIKU..UU.. 🎤🎤🎤🎤🎤"

Singkatnya,

Lagu berganti kembali. Masih sama, lagu dangdut yang di nyanyikan.

"EMANG LAGI MANJA...

LAGI PENGEN DI MANJA..

PENGEN BERDUAAN DENGAN DIRIMU, IKBALLLLLLL...

EMANG LAGI CANTEKK!..

NAMUN BUKAN SOK CANTEKK..

CANTEK CANTEK GINI HANYA UNTUK DIRIMU..

IKBALLLLL...🎤🎤🎤🎤🎤"

Mereka menyanyikan lagu itu sampai habis. Suara tepuk tangan bergemuruh setiap kali mereka habis bernyanyi. Kini, ulah Menang lagi. Seisi kelas makin riweh. Karena, cowok itu memperagakan video tiktok yang tengah viral. Dengan gayanya dan gerakkan sendiri.

"TARAKTAKDUNG AKANG TETEH!"

Semua menunggu aksi Menang.

"HALLO PEKENALKAN NAMA SAYA KEMENANG ANANDA DARI KELAS 11 IPS SATU!

"TARAKTAKDUNG 2020!!!"

"TARAKTAK DUNG!"

"TARAKTAK DUNG!"

"TARAKTAK TAK TAK DUNG!!!"

"TARAKTAKDUNG MIE TEK TEK!!"

Semua tergelak-gelak.

"DU, MAJU SINI LO. GILIRAN DONG NYANYI. GUE MAEN GITAR!!" teriak Untung.

Padu yang tadi duduk lesehan bangkit, menukar posisinya dengan Untung. Namun, ternyata Untung hanya sekedar mengambil alih gitar, kemudian kembali menaiki meja. Di suruhnya Menang untuk mengalah.

"BURU ELAH, NANG. KALO KITA BERTIGA ENTAR YANG ADA AMBRUK NIH MEJA. LAGIAN, NIH MEJA NGGAK MAMPU MENAMPUNG BADAN LO LAMA-LAMA! KASIHAN JUGA GUE SAMA MEJANYA!"

Menang, dengan ogah-ogahan menurut. Lalu, melompat dari meja ke lantai.

HAP!

Melompatnya Menang membuat kalap semua orang. Mendadak terjadi gempa dadakan. Tubuh mereka terombang-ambing, seperti pakaian yang di jemur lalu terangin-angini. Serta, kaca jendela kelas yang bergetar hebat. Seolah menandakan getaran gempa dengan skala tinggi.

Untung dan Padu yang berdiri di atas meja pun hampir saja terjungkal ke belakang. Beruntung, keduanya sigap berpegangan dan menyeimbangkan diri.

"YANG BENER AJA DONG LO, NANG!"

"TAHU NIH! SEBELAS DUABELAS LO AMA SI RINTINTIN!"

Menang menimpal. "CEPET BURUAN NYANYI!"

🌵🌵🌵

Suasana kelas yang satu ini, tidak kalah ramainya. Meski, tidak seramai kelas IPS. Di kelas 11 IPA 1 ini, tidak ada konser dadakan. Namun, yang ada bioskop dadakan!

Semua murid di kelas itu, menjadikan ruang kelas seperti bioskop pada umumnya. Mereka, kini tengah fokus menonton film horror tentang seorang perempuan yang meninggal karena di bunuh oleh pacarnya, lantaran sang pacar ketahuan selingkuh. Mayatnya di mutilasi dan di buang ke sungai.

Rintintin, menyembunyikan wajahnya di belakang punggung, Kilau. Membuat Kilau terpecah kefokusannya untuk menonton. Rintintin, benar-benar merasa ketakutan setiap kali sosok setannya muncul.

"AKHHHHHHH!!!!" Semua murid berteriak ketika setannya tersorot. Kecuali, Kilau yang merasa jika setan yang tersorot tidak begitu seram. Biasa aja!

Tiba-tiba, Rintintin kebelet ingin pipis. Cewek itu kesal! Ingin pipis, tapi waktunya tidak tepat! Mau ke kamar mandi sendirian, takut. Wajah setannya masih terngiang-ngiang di isi kepalanya.

"ADOHHH!! SIAPA SEH YANG MINUM AIR DI BOTOL GUE SAMPAI TINGGAL SETENGAH!!!" Suara Pop, cewek berkulit hitam dan rambut ala penyanyi rege itu memekik kuat.

"JANGAN BERISIK KENAPA? POP!" kata Rintintin.

"TAHU NIH! ORANG LAGI FOKUS NONTON JUGA!" sambung Cantik.

"IH, GUE KEZELLL! GUE CERITANYA MAU MINUM. ETAPI, MINUM GUE TIBA-TIBA TINGGAL SEDIKIT!" ungkap Pop sambil mengangkat botol minumnya yang bewarna kuning bergambar Mini The Pooh.

"YA MINUM AJA APA YANG ADA, DARIPADA LO MATI KEHAUSAN!" kata Cantik sekali melirik sebentar Pop.

"KURANG!" sambar Pop.

Kilau, menghela napas. Melihat tingkah teman satu kelasnya itu. "Yaudah mau nitip nggak? Sekalian, gue mau ke toilet nih."

"HAH! LO MAU KE TOILET JUGA, KIL?!"

Kilau, menoleh dan mengangguk, tanda iya kepada, Rintintin.

Rintintin, tersenyum pepsodent. "AKHH!! AYO GUE JUGA MAU PIPIS NIH!"

"BESER MULU LO, TIN!" timpal Cantik heran.

"IYA NIH, PASTI GARA-GARA KEBANYAKAN MINUM!"

Pop, tersentak. Mendengar ucapan, Rintintin. Matanya melotot sempurna, bahkan terkesan hampir keluar.

"APA ELO TIN YANG MINUM AIR DI DALAM BOTOL MINUM GUE?!"

"EH! Emang iya????" jawab Rintintin, antara ia atau enggak ya?!

Pop, berdecak sebal.

Rintintin, langsung mengecek air di dalam botol minumnya yang ternyata masih full. Rintintin pun menyengir. Itu artinya, sejak tadi ia salah minum air botol.

"DASAR KAU NI, TIN!"

"MAAP POP, GUE NGGA SADAR. GUE GANTI DEH!"

"BURUAN HAUS, NIH!"

"IYE!"

Kini, Kilau dan Rintintin sudah berdiri. Sekali, mereka membenarkan seragam dan membersihkan belakang roknya.

"BURUAN ELAH! KITA MAUNYA NONTON FILM! BUKAN NONTON PANTAT LO PADA!" seru salah satu teman sekelas.

"CK, IYA ELAH! SABARRR!" jawab Rintintin. Kemudian, menarik tangan Kilau dan membawa cewek itu pergi segera.

"TUTUP LAGI PINTUNYA!!!!!!!" kompak seluruh kelas.

BRAK!!

Meski, Kilau dan Rintintin sudah berada di luar kelas dan mulai melangkahkan kaki menjauh. Tetap saja, telinga mereka masih bisa mendengar suara teriakan teman-teman sekelasnya.

"AKKHHHHHH!!!!!!!"

Beruntung, ruang guru jauh dari peradaban kampus A.

🌵🌵🌵

Cowok bertubuh tinggi itu, kini menyenderkan punggungnya ke tembok sambil bersilang dada.

"MING, BURUAN ELAH!" teriak Lingga dari luar toilet. Cowok itu, giliran menunggu Kaming yang sedang menyelesaikan urusannya. Urusannya sudah.

"SEBENTAR, GA! CUCI MUKE DULU GUE NIH!" jawab Kaming, bohong. Padahal, ia sendiri masih dengan urusannya. Membuang hajat.

"LAMA BANGET LO! BERAKK YA!"

Deg.

Mata Kaming melotot.

"ANJING! MULUT LO JANGAN GEDE-GEDE KENAPA, GA! DENGER ORANG MALU BEGO!" jawab Kaming nge-gas dari dalam toilet.

"NGGAK ADA ORANG DI SINI. SELAIN GUE!" teriak Lingga, dari luar toilet.

Tiba saja, suara seseorang mengejutkan, Lingga. Nyaris jantungnya copot. Karena, orang itu entah sejak kapan berdiri di sebelah kirinya dengan senyam-senyum. Lingga, menatapnya. Masih dengan kedua tangan berlsilang dada.

"Hai!" sapanya.

Lingga, tidak begitu kenal.

"Hem."

"Ngapain?"

Lingga, mulai risih. Padahal, barusaja di tanya. Lingga, hanya melirik saja. Mulutnya enggan bersuara. Pikirnya, aneh. Udah tahu kalau di depan toilet tuh ya nggak mungkin kan belajar. Jelas, sekarang posisinya sedang menunggu.

"Kok nggak di jawab, lagi sakit gigi ya? Atau, lagi sariawan?? Atau, dua-duanya?? Kalo nggak di jawab lagi berarti dua-duanya."

Lingga, kembali melirik saja. Tanpa ada niatan untuk mengangkat suaranya.

"Ternyata bener ya, lo lagi sakit gigi sama sariawan. Udah minum obat belum??"

Lingga berdecak. Namun, suaranya masih ia tahan.

"Lo nggak sakit gendang telinga kan, sampai budek begitu!"

Deg.

"Atau jangan-jangan..." Lingga, melirik. Menunggu perkataan selanjutnya.

"Atau jangan-jangan, lo juga sakit telinga! Terus, tuli??!! Oo. Pantes, nggak jawab pertanyaan yang sejak tadi terlayangkan!"

".."

"EKHEM!"

Lingga, kembali melirik sahaja.

Senyum terukir jelas di wajah, sontak sebuah rencana bagus. Terlintas di kepala.

NYIT!

"AKKHHH!!!"

Lingga, mendadak berteriak. Ketika, kakinya di injak kuat oleh orang itu. Sampai, Kaming yang masih membuang hajat di dalam toilet pun mendengar dan akhirnya berteriak dari dalam.

"GA!! LO KENAPA GA!! DI LUAR ADA APAAN, GA!"

"ELO GILA YA!" kata, Lingga kesal. Sambil memegang kakinya yang barusaja di injak.

"Enggak! Cuma, mau buktiin aja. Lo itu beneran budek atau pura-pura budek. Ternyata, enggak."

"Gila lo!"

"No no!" katanya geleng-geleng kepala. Kemudian, tersenyum lebar. Lingga, mengerutkan keningnya. Kini, cowok itu kembali berdiri tegap.

"Lain kali, kalo di tanya tuh jawablah! Bikin hati gue seneng, sedikit aja. Bisa kan?"

"Nggak jelas lo!" jawab Lingga ketus. Cowok itu, kini kembali bersilang dada sambil menyenderkan punggungnya ke tembok. Namun, dengan jarak yang lebih jauh dari orang itu.

"Loh, yang kemarin itu nggak jelas ya?? Kurang jelas??"

Lingga, menoleh dan mengernyitkan keningnya. Cowok itu tidak paham.

"Surat yang kemarin udah di baca kan?"

"Eh!"

Mata Lingga melotot. Ternyata, orang yang di hadapannya sekarang ini adalah pelakunya.

"Kenalin, nama gue Kilau Cahaya dari kelas sebelas IPA satu. Boleh di panggil, Kilau atau Cahaya. Sama aja. Asal jangan di panggil Jaksa! Itukan guru kita!"

Receh.

"Gue punya senyuman semanis gulali loh, nih!" sambungnya. Lalu, menunjukkan senyuman manis yang ia miliki.

"Jadi elo?"

Kilau, tersenyum manis dan menganggukkan kepala berulang kali. Saat yang bersamaan, Rintintin keluar dari toilet sebelah. Khusus untuk perempuan.

"KIL, AYO KIL! ENTAR KITA KETINGGALAN FILMNYA!"

Rintintin, segera menarik tangan Kilau. Menyeret temannya itu secara paksa.

"DAADAA LINGGA. SAMPAI KETEMU LAGI. TING!"

Kilau tertawa saat menyadari jika dirinya melayangkan kedipan singkat pada cowok itu. Ya, Lingga.

Lingga, menghela napas. Kepalanya geleng-geleng melihat kelakuan cewek bernama Kilau Cahaya itu.

"Dasar sinting!"

BRAKK!!

Kaming mengejutkan Lingga.

"GA! ADA APA TADI LO TERIAK-TERIAK!"

"Ada orang gila nyasar tadi!" jawabnya. Lalu, berjalan melewati tubuh pendek si Kaming.

"AH, YANG BENER LO, GA! DI MANA ORANG GILANYA SEKARANG!" kata Kaming heboh sambil mengejar Lingga.

"Pergi ke kelas sebelas ipa satu," jawab Lingga dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya.

"HAH! KENAPA NGGAK LO USIR! ENTAR, TUH ORGIL JALAN KE MANA-MANA. KALO, SAMPAI KE KELAS KITA GIMANA, GA?!"

"Sarangnya emang di sana."

🌵🌵🌵

avataravatar
Next chapter