14 Tanda

"Ha... ha... ha..."

"Ha... ha... ha... anjir..."

Suara gelak tawa terdengar sangat berisik di salah satu meja kantin. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Jamal bersama anggota gengnya. Sejak terbentuknya geng di SMA Global, suasana kanti jadi terasa sangat mencekam. Mereka juga sudah menguasai meja, dimana hanya anggota geng Jamal saja yang boleh duduk di sana. Bahkan beberapa siswa dan siswi tidak berani melewati meja tersbut, kalau melihat Jamal sedang berkumpul bersama teman-teman nya. Mereka tidak ingin mencari masalah.

"Emang lu apain si Rio, Jems?" Tanya salah satu anggota gengnya.

"Yah, enggak gue apa-apain, cuma gue iket di toilet, trus gue tinggal pulang."

Jamal sebenarnya sedang berbohong. Ia tidak mungkin memberitahu teman-temannya bahwa ia sudah melakukan pelecehan kepada Rio. Kejadian yang sebenarnya, beberapa jam setelah Jamal menumpahkan sepermanya di dalam lubang anus milik Rio, ia langsung meninggalkannya dengan posisi Rio masih terikat. Kemudian Jamal membayar pegawai untuk melepaskan Rio.

"-gue yakin banget, tuh anak udah nggak berani songong lagi depan gue," lanjut Jamal dengan gayanya yang sombong seperti biasa.

"Sadis lu Jems," komentar Andika. Kemudian ia terbahak.

"Hai Jems..."

Suara lembut seorang siswi membuat kelompok geng Jamal terdiam. Terlihat Jamal memutar kepalanya, menoleh kebelakang, melihat sosok siswi yang sudah berdiri di balik tubuhnya.

"Siapa lu?" Ketus Jamal.

"G-gue Kiki, kan?" jawab siswi tersebut.

"Kiki? Kiki siapa gue nggak kenal?"

Deg!!

Pernyataan Jamal tentu saja membuat Kiki terkejut, hingga bola matanya melebar dan mulutnya terbuka. Apa, nggak kenal?

Bukankah waktu itu Jamal pernah mengajak Kiki pergi ke surga dunia di toilet? Bahkan berbagai macam rayuan sudah Jamal lakukan untuk Kiki. Lalu kenapa Jamal mengatakan tidak kenal dengan Kiki? amnesia? atau hanya pura-pura lupa?

"Jems, plis jangan becanda?" ucap Kiki.

"Becanda apanya? gue nggak kenal sama lu?" Tegas Jamal.

"Keterlaluan lu Jem, gue mau ngomong?"

"Sory! gue nggak ada waktu. Pergi sana... jauh-jauh dari gue..." usir Jamal.

"Brengsek...!" Murka Kiki. Sedetik kemudian ia reflek melayangkan telapak tangannya dan...

Plak..!

Lantaran tidak siap, sehingga telapak tangan Kiki mendarat tepat di pipi Jamal, dan meninggalkan jejak berwarna merah di sana.

Setelah menghadiahkan tamparan kepada Jamal, Kiki langsung berlari meninggalkan Jamal dengan membawa rasa sakit di hatinya.

Sementara teman-teman Jamal hanya bisa diam, bengong, sambil melihat Jamal yang sedang memegangi pipinya, sambil meringis kesakitan. Rasanya, perih.

"Kenapa dia?" tanya Adam heran.

"Tau, gila kali tuh cewe..." kesal Jamal, kemudian ia memutar tubuhnya, kembali menghadap ke arah teman-temannya.

Tidak lama setelah itu, tiba-tiba ada seorang remaja yang memegang pundaknya sambil menariknya kuat. Memaksa Jamal harus menoleh ke belakang, melihat siapa yang sudah menarik pundaknya.

Buugh...!!

Braaaak....!!

Baru saja Jamal menoleh, remaja tersebut langsung memberikan tonjokan di wajah Jamal. Tonjokan yang sangat kuat dan tiba-tiba, membuat Jamal hilang kendali hingga ia jatuh tersungkur ke lantai.

Teman-teman Jamal sontak berdiri, lalu menatap heran ke arah remaja yang baru saja memberikan tonjokan kepada Jamal.

"Anjeeeeng...!! sekarang gue nggak diiket lawan gue, bangsat!!" murka Rio sambil menunjuk Jamal yang sedang terkapar, sambil memegangi wajahnya.

Saat itu juga seluruh pasang mata, langsung tertuju ke arah Rio. Banyak diantara mereka yang merasa ketakutan__terutama anak-anak perempuan.

Beberapa saat kemudian, terlihat jemari Rio mengepal, rahang tegasnya mengeras. Dadanya bergerak naik turun, napas nya memburu akibat emosi yang tidak bisa ia kendalikan. Dengan sorot mata yang membunuh, Rio berjalan cepat menghampiri Jamla yang masih terkapar di lantai.

Bugh...!!

Bugh...!!

Rio kembali memberikan pukulan yang bertubi-tubi di wajah Jamal. Teriakan histeris dari anak-anak perempuan yang ketakutan, membuat suasana kantin berubah menjadi sangat mencekam. Berbeda dengan murid-murid cowok, mereka berjalan mendekati Rio dan Jamal, bukan untuk memisahkan, tapi malah menjadikannya sebuah tontonan.

Sebagian mereka ada yang bertepuk tangan sambil meneriakan nama Jamal__untuk mereka yang mendukung Jamal. Lalu ada juga yang meneriakan nama Rio bagi mereka yang mendukung Rio.

Beberapa saat perkelahian antara Rio dan Jamal berlangsung sengit. Tapi anehnya, saat berkelahi dengan Rio, tiba-tiba saja tubuh Jamal mendadak lemas. Pergelangan tangan seperti tidak bisa digerakan. Sehingga pukulan yang diberikan kepada Rio tidak berasa apapun.

Prrrrrrrrrrit.....!!

Perkelahian antara Rio dan Jamal baru berakhir, saat seorang siswa memanggil beberapa guru dan juga satpam, untuk mengehntikan mereka.

~☆~

Ruang BK.

Rio dan Jamal tengah duduk berdampingan, berhadapan dengan seorang guru BK, hanya terhalang meja berbentuk persegi. Keduanya terlihat merundukan kepala__seperti sudah menyesali perbuatan mereka, walaupun sebenarnya tidak. Kondisi keduanya juga terlihat sangat acak-acakan.

Kancing baju seragam milik Jamal semua terlepas, sehingga menampilkan singletnya yang berwarna putih. Baju keduanya terlihat sangat kotor, rambut acak-acakan, dan tubuh mereka masih terlihat basah karena keringat.

"Ri, ada apa sama kamu? kenapa sampe terlibat perkelahian." heran pak Bambang__nama guru BK tersebut. Tidak biasanya Rio terlibat dengan yang namanya keributan. "Jems bikin ulah apa sama kamu?"

"Kok saya sih, pak?" protes Jamal. Ia tidak terima lantaran dituduh yang lebih memulai keributan. "Dia yang bikin gara-gara!"

"Mana mungkin, Rio nggak pernah ribut. Dia juga nggak pernah ganggu kalo enggak diganggu duluan." Tegas pak Bambang. "Ini pasti kamu yang bikin ulah!"

"Jangan gitu dong pak, ini nggak adil. Saya enggak terima, kali ini saya enggak bikin ulah. Saya tuh kalem, Rio yang muali lebih dulu." bela Jamal. Kemudian ia menoleh ke arah Rio yang masih merundukan kepalanya. "Hei, ngaku lu yang mulai duluan." Desaknya.

Rio hanya diam, emosinya masih di ubun-ubun.

"Bener begitu Rio, kamu yang mulai?" tanya pak Bambang meminta kepastian.

"Ngaku lu!" Serga Jamal yang hanya ditanggapi lirikkan tajam saja sama Rio. "Kalo bapak nggak percaya, tanya aja sama yang lain. Banyak saksinya."

Menarik napas dalam-dalam, sebelum akhrinya pak Bambang hembuskan dengan kasar. "Sudah-sudah," ucapnya. Menggunakan telunjukknya pak Bambang memukul-mukul meja seraya berkata. "Gimanapun juga kalian sudah melakukan kesalahan. Maaf Rio sebagai hukumannya, kamu sama Jamal harus diskors selama tiga minggu!"

"Apa?!"

Keputusan pak Bambang membuat Rio tersentak kaget. "Tiga minggu?" tanya Rio seolah tidak percaya.

"Ya, ti-ga-mi-ng-gu!" tegas pak Bambang.

~☆~

Tiga minggu kemudian...

Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Sudah tiga minggu Rio dan Jamal menjalani hukuman dengan diskros oleh pihak sekolah.

Selama tiga minggu tidak masuk sekolah, Rio memanfaatkan waktunya untuk membantu ibunya berjualan di pasar. Ia juga masih mengajar privat untuk anak-anak di rumahnya.

Dan hari ini sudah tiga minggu berlalu, artinya Rio dan Jamal sudah diijinkan untuk masuk sekolah kembali.

Rio baru saja keluar dari kamarnya, tidak biasanya tubuhnya terasa sangat lesu dan tidak bersemangat. Selain itu wajahnya juga nampak terlihat pucat. Ia berjalan ke arah ruang makan__sambil memijit tengkuknya sendiri, dimana sudah ada ibu dan kedua adiknya menunggu di sana.

"Lho Ri, kok kamu belum siap? Bukanya hari ini kamu udah selsesai di skrosnya?" heran Ibu Hartati lantaran melihat putranya terlihat santai belum memakai baju seragamnya.

Rio menarik kursi di samping adiknya yang sudah siap dengan seragam SMPnya. Dengan tubuh yang lesu, Rio menjatuhkan pantatnya pada kursi tersebut.

"Aku ijin bu, tadi udah telpon wali kelas..." jawab Rio.

"Kenapa? kamu sakit?" heran ibu Hartati.

"Nggak tau ni bu palaku pusing banget. Perut juga mual. Masuk angin kayaknya deh..." keluh Rio sambil memegang perutnya. Mulutnya juga meringis, menahan mual yang sedang melanda.

"Yaudah, istirahat dulu, nanti periksa ke puskes." Ucap ibu Hartati sambil menatap iba ke arah anak sulungnya.

"Iya, bu," jawab Rio. Kemudian ia menoleh ke arah Keysa__adik perempuan Rio yang saat ini sudah kelas sembilan. "Lu pake apaan sih dek? nggak enak banget baunya?" ucap Rio, sambil menutup hidung dan mulutnya.

"Pake apa sih kak, cuma pake parfum doang. Biasanya juga pake ini." Jawab Keysa. Kemudian ia melanjutkan aktifitas sarapannya.

"Bu, nanti tolong bawain pesenan aku ke mang Asep ya? aku udah WA sama mang Asep," ucap Rio.

"Mang Asep tukang buah deket toko kita?" tanya ibu Hartati.

"Iya..."

"Emang kamu pesen apa sama mang Asep?"

"Mangga muda bu."

avataravatar
Next chapter