9 Suara aneh di toilet sebelah

Akhirnya Rio bisa bernapas dengan lega setelah ia membuang kotoran di atas kloset duduk. Menggunakan punggung tangan Rio menyingkirkan butiran keringat di pelipisnya. Rasa mules di perut membuat keringat dinginnya keluar.

Membuang napas kasar, Rio mengembungkan kedua pipinya. Ia terlihat kesal lantaran rasa mulesnya masih belum hilang. Terlihat ia menyandarkan punggung di sandaran kloset. Mulutnya meringis, merasakan perih dan mules, sambil mendorong keluar kotoran yang masih tersisah.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Rio merasakan mules. Hal itu selalu ia rasakan setelah ia memakan sambal yang super pedas. Sebenarnya ibunya juga sudah melarangnya agar jangan terlalu banyak makan sambal. Tapi karena hobi remaja itu tidak mendengarkan nasehat sang ibu. Meski ujungnya tidak enak di perut, tapi rasa pedas sangat enak di mulutnya. Rio tidak pernah bisa menahan agar tidak memakan pedas.

Remaja itu memejamkan mata, menidurkan kepalanya di sandaran kloset, sambil menunggu semua kotoran penyebab rasa mules di perutnya keluar semuanya.

"Au..."

"Adu..."

"Pssst... diem..."

"Sakit..."

"Tahan bentar lagi..."

"Eeemh... aaakh..."

Suara aneh yang berasal dari toilet sebelah memaksa Rio harus membuka matanya. Keningnya berkerut, matanya menyipit sambil memasang indra pendengarannya__memastikan suara apa yang baru saja ia dengar.

"Aduh... sakiiit..."

Rio mendongakan kepala saat ia kembali mendengar suara rintihan dari toilet sebelah. Ia merasa heran lantaran suara rintihan tersebut, seperti suara rintihan seorang wanita. Ia yakin kalau tadi tidak salah masuk toilet. Lalu kenapa ada suara perempuan di toilet laki-laki?

"Tahan dulu, bentar lagi..."

Deg!

Jantung Rio berdebar tidak karuan kalau yang terdengar dari toilet sebelah bukan hanya suara permpuan, tapi juga suara laki-laki yang di barengi dengan desahan.

"Aauh..."

Semakin lama suara desahan dan rintihan seroang laki-laki dan permepuan semakin terdengar jelas. Ditambah ada suara berisik seperti suara hentakan dari benda terdengar sangat jelas.

"Buruan... gue takut..."

"Iya..."

Suara itu membuat otak Rio berputar. Tidak salah lagi, sedang ada kegiatan mesum yang sedang dilakukan oleh sepasang pria dan wanita di toilet sebelah.

Tapi siapa?

Merasa penasaran, Rio buru-buru membersihkan dirinya dari kotoran bekas ia membuang air besar. Setelah yakin sudah bersih, kemudian ia berdiri sambil mengaitkan kancing celana abu-abunya__berikut tali pinggang. Selsesai dengan urusan celana, Rio buru-buru keluar dari toilet, untuk melihat siapa pasangan yang sudah berbuat mesum di toilet.

Sesampainya di luar, Rio berdiri dengan jarak sekitar dua langkah di depan toilet__dimana suara rintihan dan desahan itu terdengar.

Grek...!

Akhirnya setelah beberapa saat menunggu pintu toilet dibuka oleh seseorang dari dalam sana. Sorot mata Rio menatap tajam pada seorang siswi yang baru saja keluar dari dalam toilet__dengan penampilan yang sedikit acak-acakan.

"Woy...!"

Teguran Rio membuat Kiki sangat terkejut. Remaja putri itu sontak merundukan kepala, sambil buru-buru mengancingkan baju bagian atas yang belum sempat ia rapihakan.

"Ngapain lu di toilet anak cowok?" ketus Rio. Tatapan matanya menatap penuh selidik ke arah gadis itu.

"Gu-gue__" suara Kiki terdengar sangat gugup. Ia semakin merundukan kepala, sambil memegangi kera baju seragamnya. Tubuhnya gemeteran, tidak berani menatap ke arah Rio. Rasa takut tergambar jelas di wajah Kiki. "Gue__"

"Gila, lu ya...! Nggak punya otak...!" Maki Rio sambil menujuk-nujuk ke arah Kiki.

"S-sory," ucap Kiki. Kemudian ia berlari meninggalkan Rio, sebelum remaja itu mengintrogasi dirinya.

"Woy!! Tunggu!" Rio berusaha mengejar Kiki, namun ia urungkan karena melihat siswa baru saja keluar dari toilet yang sama dengan Kiki.

Tatapan Rio kini beralih kepada cowok yang tidak lain adalah Jamal.

"Elu...!" Ucap Rio setelah Jamal keluar sambil menutup pintu toilet.

Berbeda dengan Kiki yang takut karena sudah tertangkap basah, Jamal justru malah terlihat sangat tenang. Bahkan senyumnya mengembang. Penampilannya tidak jauh berbeda dengan Kiki. Acak-acakan. Keringat dingin masih membasahi pelipis dan baju seragamnya.

"Habis ngapain lu?" Manik mata Rio melirik ke arah sebuah benda. Dari benda itu Rio sudah bisa memastikan kalau itu adalah alat kontrasepsi, atau kondom. Di dalam kondom itu terdapat cairan kental atau seperma.

Secara reflek, Jamal juga mengikuti arah pandang Rio. Melihat kondom berisi sepermanya sendiri, yang sedang ia pegang. Kemudian ia menatap Rio sambil menarik sebelah ujung bibirnya. Tersenyum meremehkan.

"Kenapa?" Ketus Jamal, ia sangat terlihat tenang. Sama sekali tidak ada perasaan bersalah. "Biasa aja tuh muka. Tegang amat. Belum pernah liat seperma dalam kondom?"

"Lu tu nggak punya otak ya? ini tuh sekolah tempat buat belajar. Bukan buat mesum."

Makian Rio sama sekali tidak di dengar oleh Jamal. Yang ada ia malah semakin melebarkan senyumnya.

"Jangan salahin gue. Salahin tuh cewek bego! Mau aja diajak sama gue. Gue kan cowok normal, rejeki nomplok mana mungkin gue tolak." Bela Jamal sambil menaik-turunkan alisnya.

"Oh, gue tau kenapa lu tuh begonya bukan main. Denger-denger lu pernah tinggal kelas ya. Pantes aja, otak mesum, isi kepala lu cuma selangkangan doang. Lu anggep semua itu enteng. Dasar otak udang." Cibir Rio dengan bumbu nada pedas. "Cih! Berarti harusnya lu udah kuliah dong. Nggak malu apa masih kelas 10 aja. Denger ya... Gue bakal lapor sama pihak sekolah kalo lu udah berbuat mesum di toilet sekolah."

Ancaman Rio membuat Jamal sedikit terpancing emosinya. Terlihat ia maju beberapa langkah untuk mendekati remaja itu.

"Denger..." ketus Jamal setelah ia sudah berdiri di hadapan Rio dengan jarak yang sangat dekat. "Lu jangan main-main sama gue! Lu nggak tau siapa gue dan gue sama sekali enggak takut sama anceman lu." Dengan raut wajah yang angkuh Jamal menatap tajam wajah Rio yang juga sedang menatapnya tajam. Sama sekali tidak ada rasa takut dalam diri keduanya.

"-lu juga harus tau, gue masuk sekolah SD pas masih umur empat tahun, jadi umur gue sekarang baru 19, belum kuliah ngerti. Gue tinggal kelas juga bukan karena bego. Tapi karena gue di sayang sama guru gue. Mereka nggak rela kalo murid secakep gue bisa lulus lebih cepet. Ngerti?" Ucap Jamal dengan sombongnya. Telapak tangannya menarik saku seragam Rio, kemudian memasukan kondom berisi cairan seperma miliknya kedalam saku tersebut, lalu menekannya. Membuat cairan seperma tersebut merembes, membasahi kantung seragam Rio.

Tadinya Jamal akan membuang kondom itu ke dalam kloset. Tapi karena ia membaca ada tulisan di larang memasukan apapun kedalam kloset, sehingga Jamal berniat membuangnya ke tempat sampah yang ada di luar toilet. Jamal hanya berusaha menaati peraturan yang tertulis.

"Jaga tuh bibit anak-anak gue..." Ledek Jamal. Kemudian ia berlalu meninggalkan Rio yang masih memasang wajah marahnya. "Dah, gue masih capek, nggak mau ribut sama lu..."

"Brengsek...!" Umpat Rio, kemudian mengmbil kondom itu di dalam sakunya, membuangnya kemana saja sambil menutup hidung__akibat bau yang sangat menyengat.

Sedangkan Jamal, dengan senyum kemenangan ia melenggang ke arah kelas seraya bersenandung.

avataravatar
Next chapter