1 Menyukai seseorang adalah hal normal...

"Ka, buruan mandinya !!!! Kaaaaakk"

"Mama, kaka sengaja tu mandinya lama-lama, duhh udah jam segini lagi"

Mama hanya tertawa melihat keributan itu sambil menyiapkan sarapan untuk kami.

"Salah sendiri lelet, jadi gw duluan mandi wek!"

"Iihhh, awas awas"

Pagi itu aku bangun kesiangan dan akhirnya harus rela kalah berebut kamar mandi sama kakak, karna jam sudah terlalu mepet aku jadi terburu-buru untuk berangkat sekolah. Sambil ku gigit roti aku bergegas berangkat sekolah.

"Ma.. Pa.. aku berangkat" Sembari cium tangan papa mama.

"Hati hati nak, lain kali kalo mamah bangunin itu langsung bangun jadi gak kesiangan begini"grutu mama

"Iya.. iya.. asslamualaikum"

"Walaikumsalam"

Aku berjalan agak cepat menuju halte bus dan syukurnya tepat setelah aku berada di halte, bus-pun datang. Aku segera naik dan... kalian pasti tau, jarang sekali ada bangku yg kosong alias penuh, banyak orang yang berangkat kerja ataupun ke sekolah dipagi hari.

Aku berdiri disamping kondektur Bus karna memang bus sudah dalam keadaan yg penuh sesak.

Ohya, aku sampe lupa memperkenalkan diri, namaku Rena, Rena Anaya Rizal. Aku sekolah di salah satu SMK Negeri di Pemalang dan aku duduk di kelas XI, ituloh.. salah satu daerah di Jawa tengah. Papaku Asli orang padang dan mama sudah pasti orang jawa, mamaku asli orang pemalang, itu salah satu alasan aku bisa sekolah di kota ini.

Dari kecil sekolahku selalu pindah-pindah. Kami sekeluarga dulunya tinggal di Lampung Selatan, lalu saat aku SD kelas 2 papa pindain aku ke Bukittingi untuk belajar mendalami alquran disana bersama kakek dan nenekku, aku hanya setahun disana lalu balik lagi sekolah di lampung, dilampung hanya sampai aku kelas 6 SD, karna Krisis Moneter papa kena PHK dan menganggur untuk waktu yg cukup lama, meskipun papa sudah coba untuk buka usaha sendiri namun hasilnya nihil, itulah alasan lain kenapa akhirnya mama papa mutusin kami untuk pindah ke Pemalang, ke kota dimana mamaku dilahirkan.

"Kiri pak, stop pak stop" pintaku pada kondektur bus yang berdiri tepat disebelahku.

Bus-pun berhenti tepat di depan sekolahku.

Gerbang dalam posisi tertutup dan ada beberapa anak yang menunggu diluar, terang saja gerbang sudah ditutup, gara gara kesiangan bangun jadi telat begini.

"Pak dayat, buka pintunya dong please"

"Aduh mba Rena, gak bisa.. nanti bapak kena omel. Itu temen-temen yang lain juga kan sama gak ada yang boleh masuk dulu karna telat, nanti setelah upacara selesai baru bisa bapak buka gerbangnya" terang pak dayat.

Tak lama setelah itu, upacarapun selesai. Kami, maksutnya aku dan anak-anak lain yang terlambatpun akhirnya diizinkan masuk lalu dikumpulkan di lapangan yang berada ditengah-tengah sekolah ini untuk menerima ceramah dari kepala sekolah. Rasanya malu dan panas kena matahari yg semakin terik, terang saja malu.. ada dia. Iya dia.. dia dari kejauhan duduk di depan kelasnya. Meski begitu aku masih bisa melihatnya dengan jelas. Dia Brian, anak kelas XII cinta pertamaku, maksutnya cinta sendiri, aku cinta dia enggak hahahaha. Tapi itulah hati, gak bisa diatur sesuka kehendak diri.

"Heh, malah nglamun. Liatin sapa sih?...ohh.. ganteng ya?" Suara seseorang berbisik.

"Iya dong.. " ku jawab dengan malu sembari tetap melihat keaarah brian.

Aku bahkan gak sadar kalo ceramah dari kepala sekolah sudah berakhir dan kami disuruh mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.

"Rena !! Lu mau berdiri disitu selamanya?" Suara itu membuyarkan lamunanku, suara yg menyebalkan, semenyebalkan orangnya.

"Iya.. iya bawel". Jawabku kesal

Dia Randy, teman sekelas. Dia juga bisa dibilang sahabat terbaik karna setiap ada apa-apa denganku dialah orang yg pertama datang, seperti ditakdirkan untuk jadi pelindungku di sekolah ini. Anak-anak sini bilang dia ganteng meskipun menurutku Brian tetap yang tertampan tapi okelah ku akui dia sedikit keren, sedikit ya...

Randy adalah kapten basket di sekolah kami, dia sangat mahir dalam memainkan jenis olahraga satu itu, dan dia akan sangat marah jika saat dia bertanding aku tidak melihatnya.

Padahal setelah pertandingan selesai dia akan terus membanggakan dirinya didepanku dan itu membuatku kesal.

Aku dan Randy berjalan menuju kelas kami yang letaknya berada di lantai 2. Sepanjang jalan Randy gak berenti berenti jail, dari yang narik narik rambutku sampe ngajakin balapan lari kaya anak kecil, tapi "oke lets go !!!" Kataku sambil berlari.

Terlihat dari depan pintu Bu Nurani guru Matematika sudah ada dan sedang memberi penjelasan materi.

"Permisi bu.." Sapa aku dan Randy berbarengan

"Loh Rena kok telat tumben"

"Iya bu, tadi macet"jawab Randy

Sontak saja hal itu membuat kelas menjadi gaduh tertawa karnanya, begitupun aku sembari memukul punggungnya.

"Bukan kamu Randy, ibu tanya Rena. Kalo kamu mah sudah jadi kebiasaan telat" grutu bu nurani

Aku hanya tersenyum tanpa menjawab Bu Nurani.

"Yasudah, kalian bedua masuk lalu buka buku paket hal 25" Lanjut Bu Nurani mempersilahkan kami masuk.

Aku duduk disebelah Ema dan Randy duduk di sebelah Dito.

Kami mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib sampai akhirnya bel istirahat pertama berbunyi.

Ema mengajakku ke kantin, meski sebenarnya aku gak begitu ingin jajan namun akhirnya aku ikut.

Sesampainya di kantin, Ema membeli gorengan lalu dimasukan kedalam plastik dan dibumbui Saos Cabai, aku hanya membeli teh botol. Kami duduk dikantin sambil bersanda gurau, tak lama terdengar riuh riuh didepan kantin.

"Itu pada berantem deh" Mata ema mendapati 2 orang siswa sedang berkelahi dan di kelilingi siswa siswi lain yang mencoba melerai, aku yang terkejut langsung melihat kearah ema memandang.

"Ren Ren, itu bukanya si Randy ren" celetuk ema

"Ah serius Lu, bukan ah" jawabku sambil tetap melihat seolah ingin mencari tau kebenaran perkataan ema.

"Ihh liat betul betul dong, itu Randy ren" jawab ema pasti.

Aku terkejut mendapati Randy sedang berkelahi dengan Brian, aku bergegas berlari ke arah mereka mencoba melerai.

"Bangsat lu !!" Teriak Randy kepada Brian sembari tanganya hendak melayang ke muka Brian.

Aku dengan cepat berdiri ditengah tengah mreka dan Randy tidak jadi melayangkan tanganya, jika saja Randy tidak dengan cepat menahanya mungkin aku sudah jatuh akibat terkena pukulanya.

"Randy, cukup. Lu kenapa sih. Ada apa ini" tanyaku panik

Belum sempat Randy menjawabku, tiba tiba guru BP datang untuk membawa Randy dan Brian ke ruang BP.

Bel pertanda istirahat telah selesaipun berbunyi, aku ingin sekali ikut mereka ke ruang BP tapi karna bel sudah berbunyi aku dan Ema akhirnya memutuskan untuk masuk ke kelas mengikuti pelajaran selanjutnya.

Aku benar-benar tak bisa tenang, apasih yang mereka ributkan, apasih yang buat Randy begitu marah. Randy bukan orang yang gampang marah seperti itu. Aku benar benar dibuat gusar. Sudalah, lebih baik aku fokus dulu setelah pulang sekolah akan kutanyakan semua ke Randy.

Bel istirahat kedua akhirnya berdering, seperti mengiringi langkah kaki Randy memasuki kelas. Aku bergegas menghampirinya, namun Randy hanya menjatuhkan kepalanya ke atas meja lalu menutup mata seolah tidak mau berurusan denganku.

"Lu kenapa sih Ran, Randy liat gw"

Dia malah memalingkan wajahnya, menganti posisi menghadap arah berlawanan denganku.

"Ran, please deh lu jangan kek cewe PMS deh, bilang lu kenapa mukulin Brian, lu ada masalah apa bilang sama gw"

Dia hanya diam dan akhirnya bikin aku nyerah untuk cari tau, aku kembali duduk ketempat semula sambil melihatnya sesekali, sangat jelas bahwa Randy tidak ingin berbicara denganku saat ini. Yasudahlah terserah dia saja.

Kami melanjutkan aktifitas sekolah selanjutnya seperti tidak terjadi apa-apa, akhirnya kegiatan disekolah hari inipun selesai.

Randy biasanya menungguku berkemas sebelum akhirnya kami pulang bersama. Hari ini tidak.. dia seperti tergesa-gesa, seperti enggan pulang bersamaku.

"Ran !!! Randy tunggu !!!" Aku berlari kearahnya.

Dia tidak bergeming, dia tetap berjalan sampai ada jarak diantara kami, randy trus saja jalan didepanku dan aku mengikutinya dari belakang. Tiba tiba suara seseorang menghentikan langkahku.

"Rena !, sebentar ren"

"Kak Brian ??, kenapa kak. Tumben"

"Engga, aku cuma mau bilang makasih kamu tadi udah misain aku sama Randy"

"Ohh.. iya sama-sama. Kaka gak kenapa-kanapa kan?"

"Enggak Ren enggak, aku gak kenapa-kenapa, cuma..."

"Cuma apa?"

"Cuma, kamu mau gak ngobrol-ngobrol bentar di cafe pojok jalan sana. Ya itung-itung bentuk trima kasih aku ke kamu"

Jujur.. aku tertegun sejenak, masih merasa gak nyangka bahwa pria yang aku sukai didepanku dan mengajakku ikut dengannya, seperti doaku terkabul. Tapi aku kan sedang mengejar Randy, nanti saja deh kapan kapan lagian kata orang kalo jodoh gak kemana.

"Mungkin kapan-kapan kak, aku masih ada urusan. Dah kak !"

Aku lari mengejar Randy, dia hampir tidak terlihat namun aku masih bisa menyusulnya.

"Randy, cape tau.. kita udah lewatin beberapa bus kamu masih mau jalan"

Lagi-lagi dia hanya diam.

"Randy, pelan pelan jalanya. Cape tauk !!! Aduh aduhhh kakiku!!" Aku pura pura sakit dan duduk ditrotoar.

Randy langsung sigap berlari kearahku dan langsung memegang kakiku untuk melihat apa yang salah.

Melihanya begitu khawatir aku jadi tertawa terbahak-bahak dan diapun kesal meski akhirnya diapun tertawa.

Tak lama ada Bus yang melewati kami dan kami triak bersama meminta Bus-nya berhenti.

Kami naik Bus yang ternyata sudah penuh, Randy menyuruhku berdiri di dekat jendela dan dia berdiri tepat didepanku, seperti melindungiku dari himpitan himpitan orang-orang dibelakangnya.

"Lu kalo boong pinter ye, kesel gw kadang"

"Hahaha, sapa dulu ??, Rena.., lu beneran gak mau crita"

"Udahlah jangan dibahas, gw males"

"Yaudah oke oke, tapi jangan diemin gw kaya tadi. Gw takut"

"Lu takut gw marah sama lu ya... lu suka ya sama gw.. ngaku lu Ren"

"Ihh apaan sih Randy, ogah banget suka sama cowo usil kaya lu, gw cuman gak mau lu mukul Brian kaya tadi. Kasian dia"

"Udah udah, okey gw gak bakal mukul dia lagi. Dah ? Seneng lu?"

"Nah gitu dong"

Kami berbincang-bincang hal lain sampai gak sadar kami hampir berbisah karna gang rumah kami berbeda.

"Dah Rena !!"

"Dah Randy !!"

Kamipun berpisah.

avataravatar
Next chapter