2 Hari berubah dengan semaunya..

Hari ini, langit seakan sendu. Awan gelap membuat udara disekitarpun menjadi lebih dingin dan karna itupun aku rasanya enggan bangun dari tidurku.

"Rena... sayang, bangun. Nanti kamu telat lagi loh. Sudah jam berapa ini" suara mama membangunkanku dan yg pastinya dia sudah berada didalam kamarku.

"Iya ma, ini juga lagi berusaha bangun" jawabku dengan suara yang masih lemas seperti orang yang enggan bangun.

Karna mama membangunkanku tepat waktu jadi aku tidak lagi terlambat.

Sesampainya di sekolah, kudapati kursi Randy kosong. Ah pasti dia telat lagi pikirku.

Bel masuk kelas akan berbunyi sekitar 30menit lagi, dan itu masih lumayan lama. Aku keluar kelas untuk duduk di pembatas dekat atap lantai 1. Angin sejuk lalu lalang membuatku seperti ingin memegangnya, ya jelas gak bisa. Mataku melihat kesekeliling sekolah dan berakhir menatap kelas Brian.

Pagi itu aku juga tak melihatnya, biasanya dia sudah berada didepan kelasnya sembari mendengarkan musik dari Hp-nya dengan memasang headset hanya sebelah karna dia juga sambil ngobrol dengan teman-temanya.

Brian slalu terlihat ganteng, aku begitu menyukainya seperti cewe-cewe lain di sekolah ini. Meskipun kadang Randy suka bilang hal jelek tentang dia seperti Brian suka maen cewe tetap aja itu gak bisa mengubah pandanganku serta perasaanku pada Brian. Buta ya?... aku tidak mengelak jika kalian bilang aku buta, karna memang iya. Saat ini aku benar-benar tidak bisa untuk tidak menyukainya.

Bel tanda masuk kelas berbunyi, itu membuatku harus berhenti membiarkan mataku mengawasi kelas Brian karna berharap pagi ini aku tetap bisa melihatnya. Aku kembali ke dalam kelas, Randy belum juga datang.

Tak lama Pak Purnomo, guru agamaku datang dan memulai pelajaran. Belum lama Pak purnomo menjelaskan materi terdengar suara pintu diketuk dari luar. Seorang pria yang selalu saja telat itupun akhirnya datang.

"Pagi pak, maaf saya telat" Terang Randy dengan muka memelas

"Telat itu sesekali, bukan tiap hari. Kalo tiap hari namanya hobi" jawab pak purnomo dengan nada rendah seolah mencoba sabar berhadapan dengan makhluk seperti Randy.

"Hehehe, iya pak maaf. Tadi ban Bus-nya bocor jadi saya.."

"Sudah sudah, ini terkahir kali ya kamu telat dipelajaran saya. Besok besok tunggu diluar saja sampai pelajaran selesai" Pak purnomo memotong penjelasan Randy

"Iya pak.." Jawab Randy dengan wajah tertunduk.

Lalu ia duduk disamping Dito dan mengeluarkan buku pelajaran serta alat tulisnya. Sesekali dia melihatku yang sejak tadi memandanginya.

Kegiatan belajar mengajarpun lancar seperti biasa sampe akhirnya jam sekolah berakhir.

Siang itu Randy akan bertanding basket dengan sekolah lain dan sekolah kami menjadi tuan rumahnya, kata Randy sih cuman tanding persahabatan gitu. Otomatis aku tak langsung pulang karna harus melihatnya bertanding.

Saat aku hendak ke lapangan tengah tempat dimana acara itu diselenggarakan tiba tiba seseorang datang ke kelasku.

"Re....."Suara itu mengagetkanku yang tengah memasukan buku ke dalam tas.

Aku tak menjawab dan langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Oh my god !"Aku terkejut karna tak menyangka apa yg aku liat.

"Re, kamu kenapa? Hahahaha sorry aku bikin kamu kaget"

"Kak Brian ngapain disini, sejak kapan bediri disitu"

"Sekitar beberapa menit yang lalu, kamu fokus banget beresin bukunya sampe gak tau aku dateng"

"Sorry, aku sambil dengerin mp3" jelasku seraya kutunjukan headsetku yg terpasang ditelingaku

"Iya aku tau, yuk ?"

"Yuk ?, yuk apa?"

"Ayuk temenin aku, kan waktu itu kamu janji mau temenin aku ke cafe pojok sana"

"Ohhh, emmm gimana ya kak"

"Kenapa?, kamu mau nonton Randy ya?, pertandingan basket kan lama. Kita sebentar aja kok, setelah itu aku anter kamu balik ke sini dan kamu masih bisa nonton pertandingan basket itu"

"Emmm... okedeh. Sebentar ya?"

"Iya.."

Aku dan Kak Brian akhirnya pergi ke cafe yang jaraknya kurang lebih 300 meter dari sekolah kami. Kami pergi menaiki motornya.

Ohya aku belum cerita, Brian punya geng yang anggotanya slalu ke sekolah menggunakan motor Ninja. Orang-orang bilang sih karna mreka perkumpulan orang-orang kaya disekolah.

Saat menuju parkiran motor, semua mata melihat kami berjalan, seolah mreka bertanya-tanya apa hubunganku dengan Brian dan jujur aku merasa tak nyaman saat itu.

"Re... kamu suka menu apa?"

Aku hanya diam karna masih melihat reaksi orang-orang di sekeliling kami

"Re.. Re... hellow??" Suara kak brian mengagetkanku

"Oh ya kak?, kenapa tadi?"

"Gak, ayuk naik. Apa mau jalan kaki aja kesana biar tambah lama balikin kamunya ke sekolah"

"Hehehe, jangan Kak"

Dan kamipun pergi menuru cafe, sepanjang jalan aku tak berani berpegangan padanya, takut membuatnya tak nyaman. Ini pertama kali aku naik dimotornya, bersamanya. Entah apa rasanya, begini saja aku sudah bahagia, bahkan tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri disepanjang jalan.

Tak lama akhirnya kami sampai, dan tanpa basa-basi kami berjalan memasuki cafe itu.

Cafe itu tidak besar, tidak kecil juga namun banyak pilihan menu makanan dan minuman dari yg ringan sampe yg berat tapi no miras ya. Makananya juga enak-enak, terkahir kali aku kesini ikut randy yang merayakan kemenangan timnya bersama anggota basketnya.

"Kamu mau pesen apa re?"

"Apa aja deh kak"

"Emmm.. oke, kalo minum, mau minum apa?

"Coffie latte dinggin"

"Oke, sebentar ya"

Brian meninggalkanku untuk memesan menu kami.

Tiba tiba HP-ku berbunyi isyarat pesan whatsapp masuk.

Itu dari Randy yang menanyakan aku dimana karna sebentar lagi pertandinganya dimulai. Ku jawab saja aku sedang di toilet lalu dia tak membalasnya lagi hanya dibaca saja pesanku itu.

"Siapa, randy?" Kak brian tak sengaja melihatku yg sedang mengetik chat.

"Iya ka" sambil ku cicipi minumanku

"Kamu siapanya dia re, pacar?"

Mendenganya bilang seperti itu aku kaget sampe keselek latte yang sedangku minum

"Hah?, bukan bukan"

"Ohhh.. ku fikir kalian pacaran. Berarti aku masih bisa dong"

Seperti tersambar gledek aku mendengar kalimat itu.

Antara malu atau bahagia aku bahkan tak bisa menjawab dan hanya meminum latteku saja sembari menahan senyum karna aku senang mendengarnya.

"Ohya, kaka mau ngomongin apa?"

"Engga ada"

"Hah, ngga ada?"

"Iya.."

"Ohhh..." jawabku bingung

"Hahahahaaha, kamu lucu deh re kalo lagi bingung. Gemes, jadi pengen..." dia menghentikan kalimatnya

"Apa?, pengen apa?"

"Engga.., itu dimakan roti bakarnya. Keburu dingin gak enak"

Aku menikmati roti bakar yang dia pesan, perpaduan rasa stroberi dan coklat didalamnya membuat aku bersemangat menghabiskanya. Kak Brian hanya memandangiku saja sambil dia memakan beberapa roti kering yg ia pesan. Namun tiba-tiba seorang cewe mendatangi kami.

"Brian, brengsek lu ya!" Lalu menampar Kak brian

Aku terkejut melihatnya, sama seperti ekspresi semua orang di dalam cafe.

Tiba-tiba Brian menarik tanganku dan mengajaku meninggalkan cafe.

Ketika aku berdiri, tiba tiba cewe itu menyiramku dengan latte yg belum ku habisnya tadi.

"Gila lu na!" Kak Brian membentak cewe itu dan dengan sigap mendorong cewe itu menjauh dariku, kak Brian mengambil tisue dan membersihkan wajahku lalu menariku pergi dari cafe itu.

Saat kami melangkah keluar meninggalkan cafe ku dengar cewe itu bertriak-triak brengsek, sialan, atau hal buruk lainya yg ditujukan untuk Kak Brian.

Kak Brian menyuruhku cepat naik motornya, sepanjang jalan dia hanya diam. Aku mrasa aneh kenapa jalan yang dia pilih bukan jalan yang mengarah ke sekolah kami.

"Kak, kok kita lewat sini. Kak ?.. kak Brian?"

"Diem !" Bentaknya seraya masih menyetir motor

Aku tertegun kenapa dia malah membentakku, dikepalaku banyak sekali pertanyaan. Siapa cewe tadi, mengapa dia marah padanya, mengapa juga aku disiram latte seperti ini. Ah, aku sebenarnya langsung tak menyukai Kak Brian, dia bukan seperti Kak Brian yang aku tau.

avataravatar
Next chapter