20 CWFJ 20 : Akankah Menjadi Hari Terakhir?

Nea menghembuskan napasnya pasrah di dalam kamar khusus itu. Gadis itu segera membaringkan tubuhnya pada ranjang awan. Rasanya memang sangat nyaman dan rasa kantuk mulai menyerang Nea begitu saja.

Perlahan, kedua mata gadis itu tertutup rapat. Ia benar-benar mengantuk tanpa perlu menunggu waktu untuk menghadirkan rasa kantuk itu.

Di dalam dunia imajinasi itu, Nea sudah memakai sebuah pakaian daster polos berwarna merah muda pudar. Daster itu berlengan pendek setengah lengan, dan panjangnya sampai setengah betis. Benar-benar mirip seperti pasien hamil yang ada di rumah sakit. Bedanya, perut Nea sangat rata dan tidak hamil.

Ketika tertidur di dunia imajinasi itu, Nea tidak akan bisa bermimpi apapun. Kalau bisa mimpi, pasti konsepnya akan begini : Bermimpi di dalam sebuah mimpi. Hmm, rumit ya? Hahaha.

Isi kepalanya hanya hitam. Hening. Dan hembusan napasnya sangat teratur.

Tubuh Nea di dunia nyata? Tentu saja masih tertidur pulas dan baik-baik saja. Dan sekarang ini di dunia nyata baru saja pukul sepuluh malam. Ternyata malam masih panjang dan bisa Nea habiskan untuk melalui hari esok di dunia imajinasi.

***

Sedangkan di dalam ruangan besarnya, pria maskulin itu belum merebahkan tubuhnya untuk tidur. Bahkan ia masih setia mengenakan setelan jas keemasan yang ia gunakan setiap hari.

Di dunia seperti ini, tidak ada yang berkeringat ataupun terluka dan berdarah. Karena semuanya hanyalah sekedar ilusi yang tidak nyata.

Pria maskulin itu tampak membuka sebuah buku dokumen yang terdiri dari beberapa lembaran kertas.

Dokumen itu memuat segala hal tentang kehidupan Nea Adzkiya. Terdapat juga beberapa foto-foto Nea dari masih kecil, SMA, kuliah, hingga bekerja. Tentu saja pria maskulin itu juga tahu tentang karir Nea yang sebenarnya.

Nea yang menutupi profilnya sebagai pemilik kafe ternama. Nea yang masih gengsi dan belum mengakui jabatan tingginya. Dan Nea yang masih takut mencintai dan dicintai oleh orang lain.

Pria maskulin itu tahu segala hal tentang kehidupan semua perempuan yang masuk ke dalam dunia imajinasi ini.

Buk!

Dokumen itu ia tutup dan ia selipkan lagi ke sela-sela dokumen yang lain.

Kemudian pria maskulin itu membuka baju atasannya begitu saja. Dan terlihat bagian tubuh atasnya yang sangat membuat semua wanita mabuk kepayang kalau melihat roti sobek itu.

Iya. Perut pria maskulin itu six pack. Kedua lengan tangannya tampak berisi dan kuat. Dada bidangnya bersih dan mulus namun terlihat sangat menggoda dan gagah. Kemudian, tak lama tubuhnya sudah tertutupi dengan atasan baju tidur berwarna putih yang sedikit transparan. Lalu pria maskulin itu masuk ke area kamarnya dan segera berbaring di ranjang awan yang sangat nyaman itu.

Kedua matanya belum terpejam. Si pria maskulin itu tidak berhenti memikirkan Nea. Ia seperti pernah mengenal Nea sebelum ia bertemu dengan Nea di sini. Tapi di mana ia pernah bertemu dengan gadis itu?

Bahkan, pria maskulin itu tidak ingat kapan terakhir kali ia berada di dunia.

A-apa? Tunggu. Kapan terakhir di dunia? Sebenarnya siapa pria maskulin itu?

*****

"Bangun."

Nea langsung membuka kedua matanya secara perlahan. Kemudian yang ia lihat pertama kali adalah si pria maskulin itu yang tetap saja ketampanannya tak berkurang sedikitpun.

Biasanya, Nea pasti merasa lemas dan malas ketika baru terbangun dari tidur. Apalagi bisa juga ia mengalami pusing meskipun singkat. Tapi kali ini tidak sama sekali. Ia bisa duduk tegak langsung tanpa merasakan pegal-pegal pada otot tubuhnya.

Ah, tentu saja. Ini kan dunia imajinasi.

"Apakah sudah pagi?" Tanya Nea polos.

Pria maskulin itu mengangguk. "Iya. Bersiaplah. Bersihkan dirimu dan pakai pakaian itu." Pintanya.

Nea menoleh ke arah ujung ranjang awan. Terdapat sebuah kotak kado berwarna silver dengan ikatan pita satin berwarna emas. "Ini?" Tanyanya sambil mengangkat kotak kado itu.

"Iya. Aku akan keluar dan menunggumu bersiap."

Nea mengangguk saja.

Setelah pria maskulin itu pergi, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mencuci wajahnya. Air dari keran wastafel itu terasa seperti air pada umumnya. Dan juga sama menyegarkannya ketika terkena kulit.

Biasanya, ketika baru bangun tidur seperti ini Nea akan merasa ingin buang air kecil. Tapi sekarang ia sama sekalo tidak merasakan hal itu.

Maaf, tapi jika Nea boleh jujur. Apakah bagian tempat buang air miliknya tidak akan berfungsi jika berada di sini?

Ah, dasar Nea! Pertanyaannya sangat konyol dan di luar nalar. Lebih takutnya, jika ia bisa merasakan buang air di dunia itu lalu ternyata tubuhnya di dunia nyata juga sedang buang air di kasur? Ouuhh, itu sangat menjijikkan.

Nea segera mandi. Terdapat area shower dan juga ada sabun scrub yang wanginya enak di sana.

Gadis itu menikmati waktu mandinya yang terasa sangat tenang.

Setelah selesai, Nea segera memakai pakaian yang diberikan pria maskulin itu padanya. Tentu saja ia sudah mengeringkan badannya dengan handuk. Dan tentu saja Nea juga sudah berganti dalaman.

Nea melongo ketika membuka kotak kado itu. Isinya adalah sebuah dress yang bentuknya sangat ia sukai.

Dress yang panjangnya setengah betis. Dan modelnya tidak seksi atau terbuka. Dress itu biasa atau populer disebut A-Line Dress. Lengan dress itu berupa lengan panjang. Dan dress itu berwarna abu muda dengan ada sedikit bordiran bunga krisan merah muda yang mengelilingi bentuk pinggangnya.

Dress itu sangat cantik. Dan ternyata di dalam kotak kado itu sudah terdapat sepasang sepatu flat shoes yang sangat pas dengan ukuran kaki Nea.

Flat shoes itu berbahan bludru lembut warna abu muda senada dengan dressnya. Kemudian ada juga sepasang anting dan kalung yang berbahan emas putih.

Nea sudah selesai memakai itu semua. Namun ia belum mengenakan riasan dan rambutnya masih tergerai polos begitu saja.

Kalau saja di dunia imajinasi ini Nea bisa membawa ponsel, ia pasti sudah heboh mengambil foto setiap menitnya. Dress yang ia pakai benar-benar sesuai dengan seleranya.

"Aku sudah siap." Kata Nea pelan ketika ia keluar dari kamarnya.

Si pria maskulin itu berdiri memunggungi Nea. Lalu badannya berbalik dan menatap Nea dengan tatapan lembut.

Dapat Nea lihat dengan jelas bahwa sudut bibir pria maskulin itu hampir saja tersenyum. Apakah pria maskulin itu terlihat terpesona pada Nea?

Seketika itu juga wajah pria maskulin itu berubah datar. Mirip sekali dengan orang yang memiliki motto 'bodo amat' dalam hidupnya. Nea hanya bisa mendenguskan napasnya pelan.

"Ikuti aku." Kata pria maskulin itu.

Nea menurut saja dan melangkahkan kedua kakinya mengikuti pria maskulin itu.

Hari ini pria maskulin itu tampak sangat berbeda. Ia mengenakan setelan jas yang senada dengan Nea. Iya. Setelan jas berwarna abu muda dengan aksen gliter silver di sisi kanannya. Terlihat gagah dan tampan.

"Ah, ruangan ini." Gumam Nea yang terdengar oleh pria maskulin.

Pria itu menoleh dan mengangkat satu alisnya. "Kamu ingat ruangan ini?"

Nea mengangguk. "Apakah aku akan dirias di dalam sana?"

"Iya."

"Lalu setelah aku dirias, aku akan dibawa ke mana?"

"Kau akan kupertemukan dengan banyak pria tampan. Dan salah satu dari sekian banyaknya pria itu akan menjadi milikmu. Dan kau akan terbangun dalam kondisi tidak sendirian lagi. Kau akan berstatus sebagai pacar pria tampan itu di dunia nyatamu."

"Hah?"

Sungguh, Nea masih sangat tidak paham.

"Kurasa aku tidak akan mengulangi penjelasan tentang hal itu padamu, Nea."

"Tunggu, jadi pemilihan pria untuk menjadi pasanganku itu adalah hari ini?"

Pria maskulin itu mengangguk. "Lebih cepat lebih baik dan kau segera pergi dan melupakan tempat ini." Tegasnya.

Nea terdiam. Akankah hari ini menjadi hari terakhirnya berada di dunia imajinasi ini? Lalu, setelah Nea memilih satu pria tampan dari sekian banyaknya pria tampan itu, apakah ia akan bisa mencintai dan dicintai pria tampan itu?

Mengapa Nea merasa tidak rela meninggalkan dunia imajinasi secepat ini ya?

*****

avataravatar
Next chapter