17 CWFJ 17 : Banyak Penjelasan

"Dunia ini pasti ada pengendalinya. Lalu kau sendiri siapa dan apa? Kau memiliki emosi dan ekspresi. Kurasa kau bukanlah imajinasi. Kau manusia sepertiku kan?"

Dan pertanyaan Nea tersebut membuat si pria maskulin itu terdiam sejenak dengan wajah datarnya.

"Mengapa kau ingin tahu tentangku?" Tanya pria itu dengan datar.

Nea memang selalu hobi melihat dan mengamati gerak-gerik mimik wajah dan tubuh orang yang berbicara dengannya. Itulah mengapa ia selalu bisa memahami semua keluhan customer banknya.

Dan setiap berbicara dengan pria maskulin itu Nea merasa ada sesuatu yang berbeda.

Menurut Nea, pria maskulin itu tidak terlalu berwajah datar seperti semua pria yang ditugaskan di dunia ini. Pria maskulin itu masih tampak tersenyum dan wajahnya juga terlihat penasaran dengan Nea.

"Umm, menurutku kamu juga manusia sepertiku. Kamu memiliki emosi sepertiku." Kata Nea.

"Memangnya itu benar?"

Tentu saja Nea tidak tahu. Meskipun ia asal menebak, tapi ia bisa merasakan dan ia sangat yakin bahwa pria di hadapannya adalah manusia sepertinya.

Masuk dan kembali ke dunia imajinasi ini akan Nea manfaatkan. Ia ingin tahu semua seluk-beluk dunia imajinasi ini.

"Sudahlah, daripada kau menanyakanku lebih baik kubawa kau kepada Grace." Kata pria maskulin itu yang kini berdiri dari duduknya.

"Eh, gadis muda itu?"

Pria maskulin itu mengangguk. "Iya. Bukankah kau menginginkan pemandu?"

"T-tidak diberi pemandu juga tidak apa-apa. Bukankah kamu bisa membawaku ke sini lagi karena dengan kartu khususmu?"

"Iya. Dan sebenarnya kau memang tidak boleh memiliki pemandu. Harus aku yang turun tangan melayanimu."

"Me-melayaniku?"

"Melayanimu di dunia ini untuk bisa segera menjemput pasangan yang kau mau."

"Lalu aku akan ke mana?"

"Tinggallah selama dua hari di sini. Akan kujelaskan beberapa hal dasar dan hal kecil yang ingin kau ketahui. Saat ini sudah malam. Akan kuantarkan kau ke kamarmu. Dan ingat, jangan keluar dari kamarmu sebelum ada yang mengetuk pintumu besok pagi."

Nea mengangguk. "Tapi... jika aku berada di sini dua hari, bagaimana dengan pekerjaanku. Besok aku harus bekerja."

Pira itu tersenyum miring. "Ini dunia imajinasi, Nea. Aku bisa mengatur waktumu. Kau akan berada di sini sesuai dengan berapa lamanya jam tidurmu. Di dunia ini, tidak ada permasalahan dengan waktu. Waktu bisa kuatur menjadi cepat atau lambat. Tenang saja, kau tidak akan kenapa-napa."

"Jadi jika aku tidur lima belas menit, maka aku bisa berada di sini berapa hari?"

"Tergantung berapa hari aku mengijinkanmu berada di sini."

"Hah?"

"Meskipun tidurmu cuma lima belas menit. Jika aku mengijinkanmu berada di sini selama satu minggu, maka kau akan tetap tidur selama lima belas menit. Hal itu tidak akan mengubah apapun dari dunia nyatamu."

Nea melongo mendengar hal itu. Ternyata dunia seperti ini benar-benar ada ya?

Jadi jika Nea tidur selama sepuluh jam, ia bisa minta berada di sini satu tahun dong? Itu jika pria maskulin itu bersedia menyetujuinya. Jadi semuanya tergantung ijin dari pria maskulin itu?

Mereka berdua telah keluar dari ruang atau singgasana utama pria maskulin itu.

Nea mengikuti pria maskulin yang berjalan lebih dulu di depannya. Kali ini area istana awan itu seperti rumah. Namun bagian lantai, tempat tidur, dan juga atapnya tetap saja dari awan. Yang lainnya seperti furniture di dunia nyata saja.

Nea ingat saat ia pertama kali ke sini dan berada di kamar petak yang tak terlalu luas. Ia ingat bahwa di kamar itu ada kamar mandinya. Tapi di dalam kamar mandi tidak ada wc ataupun bak mandi. Hanya ada shower dan wastafel saja.

Entahlah sekonyol apa pikiran Nea. Yang pasti ia bertanya-tanya saja bagaimana dan di mana ia buang air?

Kedua langkah kaki pria maskulin itu berhenti tepat di depan sebuah ruangan yang pintunya masih tertutup.

Pintu ruangan itu full berwarna silver. Warna silver pada pintu itu juga dilapisi gliter-gliter putih nan cantik.

Pria maskulin itu membuka pintu tersebut. "Masuklah. Ruangan ini adalah kamarmu."

Perlahan, Nea benar-benar masuk ke kamar barunya. Kali ini kamar itu lebih luas.

Ada tempat tidur ukuran queen. Tentu saja tempat tidur itu dari awan. Iya. Sungguh. Itu benar-benar gumpalan awan yang sangat indah, empuk, dan rapi. Anehnya, ketika tangan Nea menyentuh ranjang awan itu tangannya tembus. Tapi jika ia mendudukinya dan berbaring, otomatis ranjang itu tidak tembus.

Setiap sisi ranjang awan itu mengeluarkan asap halus yang terasa dingin. Layaknya fog machine yang digunakan untuk mengeluarkan efek kabut atau awan di panggung-panggung hiburan para artis atau penyanyi.

Ada pintu lagi, Nea membukanya dan itu adalah kamar mandi.

Benar saja. Nea tidak salah ingat. Di dalam kamar mandi yang agak luas itu hanya ada shower dan wastafel. Bagian shower ada ruangannya sendiri namun dinding pembatasnya hanya kaca buram.

"Hei, kalau buang air di mana?" Tanya Nea dengan polosnya.

Pria maskulin itu tersenyum miring. "Kau tidak perlu mencemaskan hal itu. Tubuh aslimu sedang terbaring pulas di dunia nyata di kasurmu sendiri. Jadi di sini kau tidak akan buang air sama sekali."

"Benarkah?"

"Iya. Kau hanya butuh mandi atau membasuh kedua tangan dan wajahmu saja."

Nea mengangguk paham. "Kalau boleh tahu lagi, mengaoa kamarku kali ini berbeda?"

"Karena aku telah menggunakan kartu khususku untuk bisa menarikmu ke sini. Ini adalah kesempatan kedua untukmu. Jadi kau sekarang tidak memiliki guide. Kau berada di bawah bimbinganku. Dan di sini, kau layak sebagai tamu khususku. Sudah kubilang aku akan melayanimu dengan baik."

"Aaahh, begitu rupanya. Oke aku mulai paham. Terima kasih juga sudah ditempatkan di kamar yang lebih luas ini."

Pria maskulin itu mengangguk. "Kita mulai besok. Hitungan harimu menginap di sini adalah dua hari tiga malam. Karena kau sampai di sini saat malam, maka ini malam pertamamu dan hari pertamanu adalah besok. Paham?"

"Iya. Aku paham. Satu hal lagi. Jika aku tidak akan buang air, apakah aku juga tidak akan makan?"

"Kau boleh makan. Buktinya kau tadi memakan kue macaron dan meminum teh chamomile. Kau bisa makan dan minum di sini. Namun kau tidak akan merasa buang air sama sekali."

"Lalu apakah makanan dan minuman yang kucerna benar-benar sampai ke perutku? Ah, anu.. maksudku apakah ketika aku bangun nanti aku merasakan sudah makan dan minum dari sini?"

"Tidak. Karena itu hanya akan terasa seperti mimpi." Jawab pria maskulin itu dengan wajah datarnya.

Nea melongo polos dan menganggukkan kepalanya. Ia sudah paham.

"Ooohhh begituuu.. lalu, apakah jam tidur dan jam sehari-hari di sini sama seperti dunia nyata? 24 jam?"

"Sebaiknya kau pergi tidur. Kurasa aku sudah terlalu banyak menjelaskan pengertian padamu."

Nea meringis kecil. "Hehehe.. maaf ya. Baiklah. Aku akan tidur. Terima kasih."

*****

avataravatar
Next chapter