16 CWFJ 16 : Tentang Siapa Dan Apa

"Sudah bangun?" Tanya pria maskulin itu yang kini suaranya melembut.

Nea mengangguk dan ia segera bangkit dari kasur awan itu. Sepertinya ia sendiri merasa bahwa dirinya kini berada di ruangan yang salah. "Umm, mengapa aku ada di sini?"

"Kau memang sengaja kutujukan ke sini. Kau memang belum terverifikasi saja seperti perempuan yang lain."

"Terferifikasi? Hei!! Memangnya aku ini akun yang butuh akurasi dan validitas terlebih dahulu? Gila." Omel Nea yang tak terima.

Pria itu mendengus pelan. "Bersikaplah tenang jika berada di sini. Di sini tidak akan ada yang melukaimu."

"Ah, iya. Setelah ini aku akan apa dan ke mana? Memangnya kenapa aku ini berbeda sendiri dari yang lain?"

Pria maskulin itu mengangguk paham atas pertanyaan Nea.

Kemudian ia menyuruh Nea duduk di sebuah sofa empuk berwarna putih dengan tepi-tepi keemasan. Kini mereka berada di ruang sebelah kamar tidur yang tadi.

Ruangan itu luas. Itu adalah ruangan terakhir yang Nea lihat sebelum ia kembali ke dunia nyata beberapa hari yang lalu.

Dan ruangan itu memang seperti ruangan bos besar. Ada meja kerja dan kursi mewah di ujung ruangan dekat dinding. Dan kini ia sedang duduk bersama pria maskulin itu di bagian ruang tamu. Suasananya nyaman.

Di meja ruang tamu itu juga dihidangkan satu teko teh chamomile dan kue macaron ukuran small dan big. Kue macaron itu berwarna-warni.

Nea mengambil satu yang berwarna biru berisi selai merah muda. Ternyata rasannya seperti permen gummy dengan selai strawberry yang tidak terlalu kuat.

Pria maskulin itu menyodorkan secangkir teh chamomile pada Nea. Teh tersebut masih hangat dan beraroma harum yang khas.

"Kau tadi bertanya setelah ini kau akan apa dan ke mana? Dan juga kau ingin tahu mengapa kau berbeda dari perempuan yang lain?"

Nea mengangguk atas pertanyaan tersebut.

Pria itu tersenyum dan menyandarkan punggungnya pada sofa. "Aku telah menggunakan kartu khususku untuk bisa menarikmu kembali ke sini. Seharusnya kau memang sudah tereliminasi sejak saat itu."

"Memangnya aku kenapa?"

"Seharusnya, setelah mendapat undangan nomor yang kau terima di hari itu. Selama kau sedang pingsan dan tertidur, kau harus diarahkan ke ruang pemeriksaan. Untuk diberi cap atau stempel di belakang lehermu. Namun ternyata kau lolos begitu saja. Kau langsung diletakkan di dalam kamar tersebut."

"Aku harus diberi cap atau stempel dulu? Gunanya untuk apa?"

"Itu berguna untuk memberi setting pada dirimu. Agar dirimu hanya fokus dengan apa yang kau inginkan di sini tanpa bertanya hal-hal yang tidak direncanakan."

Nea mengernyit. "Tunggu, aku benar-benar belum paham. Maksudnya bagaimana?"

Pria maskulin itu menghela napasnya. Sepertinya ia tidak mau menjelaskan hal panjang, tapi Nea harus dijelaskan beberapa hal.

"Semua perempuan yang diundang ke sini harus diberi cap stempel di belakang lehernya. Dan cap itu berguna untuk mengontrol mode fokus. Mereka akan patuh terhadap segala peraturan di sini dan hanya fokus dengan tujuan mereka, yaitu mencari pasangan. Dan cap stempel itu hanya bisa dilakukan satu kali saat perempuan yang kita undang masuk ke dunia ini pertama kali. Cap stempel hanya bisa dilakukan di menit pertama ketika kau sampai di dunia ini." Jelas pria itu.

Kini Nea paham. Itulah mengapa para wanita yang ia lihat memang sangat patuh dan hanya fokus pada pria yang mereka cari.

Guna cap stempel itu memang untuk mengontrol emosi manusia. Itulah mengapa letaknya di belakang leher, karena langsung tertaut dengan otak.

Para perempuan yang sudah dicap stempel, otomatis otak mereka hanya akan berpikir tentang patuh terhadap peraturan di sini dan juga hanya fokus dengan tujuan mereka berada di sini.

"Jadi itu alasannya aku tereliminasi?"

Pria maskulin itu mengangguk. "Gadis muda yang bersamamu di hari pertama itu bernama Grace. Dia seharusnya menjadi guidemu di sini. Tapi ternyata kau belum dicap stempel. Kudengar kau menanyakan namanya?"

Nea mengangguk. "Iya. Apa salah jika aku ingin mengenalnya?"

"Cap stempel berguna untuk meredam emosi dan akan membuatmu patuh. Tentu saja saat itu Grace terkejut melihatmu berbicara sangat santai, penuh ekspresi, dan juga berteriak. Seharusnya kau tidak seperti itu. Ternyata kau belum masuk ke ruang pemeriksaan."

"Lalu, setelah ini aku akan melakukan apa?"

"Kau akan menjemput tujuanmu."

"T-tujuanku? Apa maksudnya?"

"Tujuanmu adalah memiliki pasangan yang kau inginkan, bukan?"

"I-iya."

"Kau bisa mendapatkannya di sini. Akan ada ratusan pria yang sesuai dengan kriteriamu. Kau bisa memilihnya saat kau sudah siap."

Mendengar hal itu, Nea terkekeh saja. "Hahahaha.. mengapa seperti acara take him out? Hahaha..memangnya aku bisa membawa pria pilihanku keluar dari sini dan menikah denganku?"

"Tentu saja."

DEG!!!

Seketika itu juga Nea langsung menghentikan tawanya. Kedua matanya melotot lebar menatap pria maskulin itu yang berwajah datar.

"M-maksudmu pria pilihanku akan benar-benar nyata?"

"Iya."

"Aku bisa membawanya ke duniaku?"

"Iya."

"Seperti pasangan pada umumnya?"

"Iya."

Nea melongo lagi sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan kanan. Ia masih tidak percaya. "Apakah ada konsekuensinya?" Tanyanya penasaran.

Jujur saja Nea kini takut. Bisa saja ada jaminan atau konsekuensi yang harus ia bayar. Bahkan di pikiran Nea kini ia takut jika jaminannya adalah nyawa, sakit, atau akan ada yang mengambil sesuatu berharga dari hidupnya.

Dan pria maskulin itu segera menjawab, "Tidak ada."

"Be-benarkah? Kau tidak sedang membohongiku kan?"

"Untuk apa aku berbohong? Tidak ada gunanya aku berbohong padamu. Setelah kau berhasil menentukan pria pilihanmu di sini, pria itu akan bisa hidup seperti biasa di duniamu. Ia akan memiliki jabatan, pekerjaan, keluarga, teman dan rumah. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan dengan hal itu. Semua sistem akan berjalan dengan sendirinya." Kata pria maskulin itu.

Nea sedikit susah menelan salivanya. "Ta-tapi... semua pria itu berasal dari mana? Apa mereka semua robot? Atau terbuat dari apa? Apa merek manusia sepertiku? Mengapa semua pria itu tidak ada yang jelek satupun? Sebenarnya kalian semua ini apa?"

Mendengar pertanyaan konyol dan melihat Nea yang panik lagi, pria itu tersenyum tipis dan mendenguskan napasnya pelan.

"Bukankah kita sudah pernah berbincang di hari pertama di ruangan ini? Tepat sebelum kau kembali lagi ke dunia nyatamu itu."

Nea mengangguk. "Lalu?"

"Aku sudah mengatakannya padamu. Dunia ini adalah dunia imajinasi, Nea. Semua yang ada di sini hanyalah sekedar imajinasi. Karena dunia ini memang masuk melalui alam mimpimu. Tubuhmu tetap tertidur di kamar apartemenmu. Kau bertanya kita semua ini apa? Manusia. Namun kita semua adalah imajinasi. Telah tersedia sistem, bumbu ajaib, dan juga pengaturan waktu. Ketiga itu adalah bahan-bahan yang digunakan untuk mengeluarkan pria pilihanmu dari dunia ini."

Mendengar hal itu, Nea merasa merinding. Bagaimana bisa ada dunia konyol seperti ini? Dan bisa-bisanya ia merasa ketagihan untuk berkunjung ke dunia ini lagi.

"Boleh aku bertanya satu hal lagi?"

Pria maskulin itu mengangguk.

"Dunia ini pasti ada pengendalinya. Lalu kau sendiri siapa dan apa? Kau memiliki emosi dan ekspresi. Kurasa kau bukanlah imajinasi. Kau manusia sepertiku kan?"

Dan pertanyaan Nea tersebut membuat si pria maskulin itu terdiam sejenak dengan wajah datarnya.

*****

avataravatar
Next chapter