3 CWFJ 03 : Tentang Nea

Cklek!

Klak!

Bruk!

"Huuuuuffftt.." Nea menghembuskan napas panjangnya melalui mulut tepat saat tubuhnya sudah berbaring di ranjang empuk queen size dengan kaki menggantung.

Gadis itu menatap langit-langit kamarnya yang berwarna beige. Plafon kamarnya itu sedikit bermotif dan bergaya minimalis.

Apartemen gadis itu cukup luas dan berada di lantai tujuh. Luas apartemen itu cukup terbilang luas seperti luas sebuah rumah yang cukup ditempati empat orang.

Ada kitchen set yang bergaya vintage dan berlabel merk ternama. Semua furniture di dalam apartemen Nea itu terbilang furniture yang branded. Tentu saja semua furniture itu Nea sendiri yang mengisinya.

Sertifikat satu unit apartemen itu memamg sudah sah menjadi miliknya sejak satu tahun yang lalu. Jadi, Nea berhak mengisi apa saja di dalamnya.

Meskipun membeli apartemen itu langkah-langkahnya cukup rumit dan harus memperhatikan hak atau sistem kepemilikan, Nea tetap melakukannya. Ia suka tinggal di apartemen yang bersih, luas, tertata pelayanannya, dan juga dekat dari tempatnya bekerja.

Nea sebenarnya sangat mempertimbangkan dalam hal membeli apartemen tersebut. Padahal ia sudah tahu konsekuensi sistem kepemilikan tidak akan berlaku selamanya, namun pasti akan memakai sistem 'diperpanjang' layaknya SIM. Tapi ia tetap saja melakukannya.

Kedua orang tuanya padahal selalu menasehati, lebih baik beli rumah dan tanah. Namun memang dasarnya Nea suka tinggal di tempat bertingkat, ia kurang nyaman jika beli sebuah rumah.

Nea itu suka sekali memandang langit pagi dan sore atau senja. Dan ia suka sekali berdiam diri di balkon sambil minum teh hijau atau matcha latte.

Gadis itu tidak suka membaca buku. Nea sangat anti dengan buku, karena ia lebih suka menonton atau mendengarkan audio.

Dan kini, Nea sudah menyalakan speaker bluetoothnya. Ia menyalakan musik pop Indonesia yang sudah siap dengan playlistnya.

Kemudian gadis itu menyambar handuk kimono dan masuk ke dalam kamar mandi. Sebelum itu, ia sudah melepaskan blezernya begitu saja dan ia lempar entah ke arah mana.

Padahal musik yang Nea putar itu hanya terdengar samar sampai ke dalam kamar mandi. Tapi Nea iseng saja selalu seperti itu. Katanya agar terasa lebih ramai.

Selesai mandi, Nea langsung membuat matcha latte hangat untuknya sendiri. Gadis itu hanya mengenakan pakaian dalamnya beserta handuk kimono yang panjangnya setengah betis. Rambutnya masih basah dan tetesan-tetesan air dari rambutnya itu langsung meresap ke handuk kimono yang ia pakai.

Gadis itu kembali masuk ke dalam kamar, menutup pintu, menaruh secangkir matcha latte ke atas meja kerjanya, membuka laptopnya di atas meja itu, kemudian menyambar ponselnya dan langsung mendial nomor seseorang.

Di dering ke dua, akhirnya orang yang Nea telepon itu mengangkat panggilan darinya. Kemudian Nea langsung duduk di kursi kerjanya yang bisa memutar itu.

Dan Nea mulai mengajak bicara orang yang ia telepon.

"Sore, Lita.. gimana kafe?" Tanya Nea.

"Sore Mbak.. baik aja kok mbak. Ini para pekerja lagi di jam gesit. Banyak orderan lewat Greb soalnya." Jelas Lisa di sebrang sana.

Nea kemudian tersenyum senang. "Terus cabang yang ada di daerah Depok gimana Ta? Aku belum bisa hubungin Rasyid. Kayaknya dia sibuk gitu."

"Kalau nanti jam tujuh malam kita zoom lagi gimana mbak? Soalnya Rasyid bilang ke aku kemarin siang. Di cabang Depok masih grand opening gitu dan tutupnya malem banget banyak yang ngantri."

"Waahh, pesat juga ya Ta.. iya deh gapapa nanti jam tujuh malem calling aja. Aku juga harus mantau omsetnya dari sini sambil makan. Nanti kalau misal molor juga gapapa, aku tahu di sana Rasyid pasti agak kewalahan. Berkabar ya Ta.."

"Siap Mbak Nea.."

Tuuuttt..

Nea menghembuskan napasnya lega. Ia meletakkan ponselnya di samping kiri laptop.

Gadis itu menyesap sedikit matcha lattenya sebanyak dua kali. Sambil mengeringkan rambut dengan handuk lain, Nea juga menggeser-geser kursor dengan tangan kanannya.

Begitulah kegiatan Nea setiap sore hari. Ia selalu menghubungi Lita atau Rasyid.

Sudah bisa menebak Nea sebenarnya siapa? Hmm, sepertinya Nea gak kemaruk menjadi manusia. Nea banyak sekali menyimpam rahasia besar dalam hidupnya.

Termasuk rahasia yang sedang ia jalankan saat ini.

Ya. Nea adalah seorang owner atau pemilik kafe yang sedang ia jalankan mulai dari nol. Tanpa dibantu siapapun.

Kok bisa? Tentu saja bisa. Dari sejak Nea masih SMA kelas 11, gadis itu sangat rajin menabung sejak saat itu. Nea selalu berkeinginan memiliki banyak uang di masa tuanya. Dan gadis itu suka sekali memasak.

Setelah Nea kuliah, ia lebih memiliki banyak waktu sendirian karena ia tinggal di kost. Berkat tinggal di kost tersebutlah, Nea setiap sore hari bereksperimen dengan memasak sesuatu. Gadis itu setiap kali selesai memasak, langsung dibagikan ke beberapa pemulung, pengemis jalanan, dan anak-anak pengamen.

Nea memiliki banyak review bagus tentang rasa makanannya dari mereka semua. Setelah itu, Nea berani menjual makanannya dengan menciduk dua junior kuliahnya.

Ya, Lita dan Rasyid adalah junior kuliahnya dulu. Nea berhasil mengajak Lita dan Rasyid untuk berpartisipasi menjual masakan Nea tanpa menyebut nama Nea sama sekali.

Mengapa Lita dan Rasyid berhasil diciduk? Karena mereka berdua gemar berjualan online entah itu baju, makanan camilan, atau alat elektronik.

Begitu rencana itu berjalan lancar dan uang Nea terkumpul banyak, ia berhasil membeli sebuah ruko. Rukonya saat itu masih sangat kecil hanya sepetak kotak saja. Namun dari situlah Nea sekarang bisa memiliki dua kafe sekaligus.

Kafe pertama yang ada di Kemang, dan kafe kedua ada di Depok.

Nama kafe milik Nea itu unik. Nama kafenya adalah 'Nih, Makan!'. Orang-orang menyebutnya 'Kafe NM' karena sudah terkenal begitu.

Awalnya disangka rumah makan biasa atau restoran kecil. Namun karena Nea juga memperhatikan dekorasi yang full bergaya vintage dan sangat instagramable, maka pantas-pantas saja jiak disebut sebagai kafe.

Apa yang Nea masak? Wah, itu banyak. Nea itu sangat menyukai dunia persambalan. Masakan pertama yang Nea buat itu adalah Tahu Kremes Sambal bawang. Dan menu itu adalah menu pertama yang sukses dan cocok di lidah kebanyakan orang. Harganya juga dibanderol lima belas ribu rupiah saja.

Menu pertama itu disajikan lengkap dengan nasi dan taburan bawang goreng. Rasanya khas karena resep sudah Nea catat sejak pertama.

Dan akhirnya terkenal lah judulan 'rice box' di jaman milenial ini. Akhirnya Nea juga menyajikannya dengan kotak nasi berbentuk box seperti wadah popcorn.

Dari menu pertama itu, akhirnya lahirlah menu-menu lain yang Nea ciptakan dengan resepnya sendiri. Tetap di dunia persambelan.

Menu yang lain adalah Telur Dadar Sambal Bawang, Ayam Goreng Lunak Sambal Bawang/Hijau, Bebek penyet dan lalapan, dan juga Tumis Pedas Ati/Ampela Ayam. Berarti ada 6 menu yang Nea ciptakan sendiri. Enam menu itu sudah termasuk menu pertama berbahan tahu kremes tadi.

Tapi tenang saja, menunya tak hanya itu. Tentu saja ad berbagai minuman dari air putih, minumang hangat, es, jus, hingga milkshake. Juga ada camilan jaman sekarang seperti french fries, jamur krispi, rujak cireng, dan juga kelompok sosis dan sate lok-lok atau bakaran.

Uniknya, yang terlaris adalah menu pertama. Yaitu Rice Box Tahu Kremes Sambal Bawang. Laris sekali hingga banyak yang order dengan request dicampur telur ceplok atau suiran daging ayam. Paling banyak yang beli anak-anak sekolah, anak kos, dan anak kuliahan. Karena harganya juga tidak terlalu menekik kantong.

Tentu saja Nea sudah merekrut dua chef yang selalu stay di dua kafe itu. Chef yang juga sudah ia jaring dan ia pastikan bahwa bisa menghafal resep yang ia berikan tanpa melewatkan sedikitipun bahan.

Jadi, Nea itu sebenarnya siapa? Hmm, apa Nea bisa disebut sebagai seorang pengusaha? Iya, sebut saja begitu. Kini Nea ibaratnya sudah menjadi seorang bos utama dari usaha yang ia kembangkan sejak jaman kuliah.

Tentu saja kedua orang tua Nea mengetahui usaha putri tunggalnya itu. Mereka tentu saja sangat bangga. Tapi sesuai permintaan Nea, hanya kedua orang tuanya saja yang tahu. Nea tidak akan mempublikasi siapa dirinya sampai ia benar-benar bisa mempublikasi dirinya sendiri.

Dan baru saja Nea mengambil nasi di piringnya, bel apartemennya berbunyi.

TINGTONG!!

Nea berdecak pelan, ia masih mengenakan handuk kimono. "Siapa sih sore sore.. aku kan laper banget." Gerutunya sambil menuju ke arah layar interkom untuk melihat siapa tamunya.

Ternyata, kedua orang tuanya yang datang. Yah, Nea sudah tahu kedua orang tuanya akan membicarakan apa.

*****

avataravatar
Next chapter