1 BAB.1 MENJEMPUT ALENA

Awal mula kisah Jenderal Kim, suasana rumah Jenderal sangat sunyi hanya terisi oleh beberapa pengawal dan ayah Jenderal Kim yang tengah sakit keras, hanya hidup dengan sebuah selang oksigen. Jenderal Kim setiap hari meratapi kesedihannya, melihat ayahnya sudah terbaring selama bertahun-tahun. Semua alat-alat telah disediakan di rumah untuk menunjang pernafasan sang ayah Jenderal Kim.

"Ayah bangunlah ...aku merindukan ayah, apa ayah tidak bosan berada dalam keadaan seperti ini. Ayah sakit karena ibu tiri yang selalu menuntut ayah selalu gila akan jabatan. Dari awal aku sudah bilang, aku tidak pernah setuju ayah menikah lagi dengan ibu tiri. Namun ayah selalu lebih mempercayai ibu tiri, ternyata apa yang aku takutkan selama ini terjadi ayah. Di mana ibu tiri saat ayah tengah terbaring tak berdaya seperti ini. Aku janji ayah kalau ada seorang wanita yang bisa membuat ayah kembali siuman dari koma, aku pasti akan menjadikannya seorang istri"ucap Jenderal Kim.

"Permisi Jenderal Kim, maaf menganggu, apakah saya boleh masuk?"Tanya Pak Choi

"Ya...Pak Choi silahkan masuk, ada apa!"

"Hmm..hari ini waktu yang tepat untuk menjemput nona Alena Jeong. Apakah Jenderal Kim mau ikut, atau saya saja yang pergi menjemput nona Alena".

"Okay tunggu sebentar di mobil, aku ganti pakaian dulu, dan tolong keluarkan surat perjanjian rekayasanya".

"Baik Jenderal Kim".

Dua puluh menit berlalu, tak lama Jenderal Kim memasuki mobil Roll Roys hitamnya dengan plat Jendral Korea Selatan. Ya diusianya yang masih menginjak umur 35 tahun sudah menjadi Jenderal muda, karena kecerdasannya di atas rata-rata dalam strategi. Prestasinya di dunia militer juga sangat bagus. Sehingga dia cepat naik jabatan sebagai Jendral termuda.

"Pak Choi...Jalan sekarang. Saya tidak punya waktu banyak. Ayah tidak ada yang menjaga".

"Baik Jenderal Kim, tetapi mengapa tidak menyewa perawat untuk Tuan Ha".

"Hmm..bukannya saya tidak mau menyewa perawat, kamu tahu sendiri, sudah puluhan perawat saya sewa dengan harga mahal, tetapi kesehatan ayah belum juga membaik".

"Saya turut sedih dengan keadaan Tuan Ha saat ini Jenderal Kim, beliau kalau sehat pasti selalu memberi nasehat kepada kita".

"Itulah aku juga sangat merindukan kehadiran ayah. Ini semua terjadi semenjak ayah menikahi ibu Han. Ayah selalu menuruti semua keinginan ibu tiri, sampai ayah gila jabatan. Semua atas pengaruh ibu tiri. Saat ibu tiri membuat masalah dia selingkuh dengan anak buah ayah Ha, ayah pada saat itu syok dan sakit sampai dengan saat ini. Dan dengan enaknya dia tengah menghamburkan duit ayah bersama Park anak kesayangannya itu. Aku selalu berharap mereka tidak perlu kembali ke sini lagi".

"Ya Jenderal Kim, saya doakan supaya Tuan Ha bisa segera pulih".

"Ya Pak Choi terima kasih, ini perjalanan berapa lama lagi pak".

"Sekitar satu jam lagi Jenderal Kim".

"Okay lebih cepat sedikit bawa mobilnya ya, semoga dengan adanya Alena, ada yang bisa menjaga ayah, karena tugas negaraku tidak bisa ditinggal lama-lama".

"Siap Jenderal Kim, semoga saja nona Alena sanggup mengurus ayah Jenderal Kim".

"Hmm..ya semoga saja dia juga kuat menghadapiku nanti".

"Hahhaa..jangan terlalu kejam pada nona Alena, dia wanita baik-baik Jenderal Kim. Saya sangat mengenal keluarganya . Kasihan sekarang dia hanya hidup sebatang kara, kedua orang tuanya sudah meninggal karena sebuah kecelakaan. Dan Tuan Ha yang menanggung semua biaya hidupnya dari nona Alena masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama".

"Aku sudah tahu, ayah sebelum sakit sudah menceritakan semuanya. Tetapi tidak semudah itu aku bisa baik kepada sembarang orang. Kau tahu banyak yang mengincar kekayaan keluargaku. Termasuk ibu tiriku sendiri yang saat ini tengah berfoya-foya keliling Eropa".

"Apakah Jenderal Kim tidak mencoba menghubungi nyonya Han".

"Ahh buat apa, jangankan bicara padanya dan anak manjanya itu. Melihat wajah mereka berdua saja, aku sudah muak sekali Pak Choi, mereka tidak lain hanya sebagai penjilat saja".

Satu jam kemudian

"Hmm Jenderal Kim, Ini sudah sampai di rumahnya nona Alena".

"Ya sudah lekas turun Pak Choi, lalu jemput dia dan bawa dia ke dalam mobil, kalau tidak berhasil biar aku yang maju nanti. Walaupun sebenarnya malas".

"Baik Jenderal Kim".

Dari kejauhan Jenderal Kim terus menatap ke wajah cantik Alena yang mempunyai tubuh yang begitu ideal dan wajahnya begitu memikat Jenderal Kim. Alena gadis muda berparas cantik sedang menyiram tanaman, ya dia adalah Alena Jeong. Gadis berumur 19 tahun. Lulusan SMA Korea Selatan. Rumah Alena yang tanpa pagar, membuat siapapun leluasa memasuki rumahnya. Pak Choi lalu secara perlahan mendekat ke arah Alena yang sedang menyiram tanaman.

"Permisi selamat pagi dengan nona Alena Jeong".

"Hmm ya selamat pagi, maaf cari siapa ya pak?"Tanya Alena

"Mencari nona Alena, saya diperintahkan untuk menjemput nona, Jenderal Kim sudah menunggu di mobil nona. Mari ikuti saya".

"Maaf ya pak nama saya memang Alena, tetapi mungkin yang bapak maksud bukanlah saya, bapak salah orang barang kali".

"Hmm..saya tidak salah orang nona".

"Pak saya tidak ada waktu ya untuk debat pagi-pagi, Jenderal Kim itu siapa, saya kenal saja tidak, melihatnya pun belum pernah. Dan seenaknya dia mau menjemput saya. Memang haknya dia apa".

Melihat Pak Choi dan Alena tengah berdebat, Jenderal Kim keluar dari mobilnya, dengan paras tampan, tinggi sekitar 189 cm, rambut cepak. Langkahnya tegap dan tak lama mendekat ke arah Alena dan Pak Choi.

"Hmm...Pak Choi tunggulah kami di mobil ya, biar gadis ingusan ini aku yang mengurusnya".

"Baik Jenderal Kim".

Kedua mata bulat Alena melotot dan bengong melihat ketampanan Jenderal Kim. Namun Jenderal Kim hanya bersikap dingin sembari tersenyum sinis namun di dalam hatinya sangat mengagumi kecantikan Alena yang terlihat sangat sempurna dari wajah dan bentuk badan yang ideal.

"Hei...nona Alena masuklah ke mobil sekarang, sudah waktunya kau tinggal di rumahku".

"Apaan sich, heii jangan sok kenal ya, aku saja tidak tahu kau siapa. Main suruh aku naik ke mobilmu. Kau ini kalau sudah tidak waras, pergi saja sana ke rumah sakit jiwa".

"Aiisshhh...sumpah gadis ingusan dan cerewet, kalau bukan karena surat perjanjian mendiang kedua orang tuamu, aku malas buang waktu untuk gadis ingusan sepertimu. Nich lebih baik kau baca saja surat perjanjiannya. Baca sekarang, apa perlu aku yang bacakan. Kau tentu masih ingat dengan Tuan Ha yang sudah banyak membantu dan menunjang pendidikanmu".

"Lalu apa hubungannya Tuan Ha dengan Jenderal arogan dan angkuh sepertimu".

"Aku putra tunggalnya. Namaku Kim, namun kau harus memanggilku Jenderal Kim. Cepat tunggu apa lagi, masih kurang jelas juga surat perjanjiannya. Heii...Alena Jeong, kau pura-pura tuli apa bagaimana, jangan membuatku habis kesabaran".

"Ya..ya baiklah, tetapi setidaknya berikan aku waktu sampai minggu depan ya, aku mau daftar kuliah dulu".

"Apa katamu, hei..tidak ada yang bisa menentang seorang Jenderal Kim, semua sudah aku urus. Baik kuliahmu, kendaraanmu, dan baju-bajumu".

"Lalu kalau aku menentangmu Jenderal Kim yang terhormat, apa yang akan terjadi setelah itu".

"Jangan pernah menentang dan berbohong kepadaku, kalau kau melanggar, nyawamu akan melayang, paham".

"Aaauuuu sakit Jenderal Kim, tanganmu itu terbuat dari besi ya sakit sekali".

"Ini baru sedikit, kalau kau coba-coba melawan,dan berkhianat, nyawamu jadi taruhannya. Aku tidak main-main. Masuk mobil sekarang kataku."Perintah Jenderal Kim

Alena akhirnya menuruti sang Jenderal untuk ikut tinggal bersamanya, dia segera menutup pintu rumahnya lalu masuk ke dalam mobil lebih dahulu.

Dari belakang Jenderal Kim berjalan menatap tingkah laku gadis muda yang membuatnya tertawa dalam hati. Dia seperti menemukan mood boosternya.

"Heee..gadis itu lucu dan menggemaskan, Alena Jeong siap-siap masuk perangkapku, aku mau tahu seberapa kuat kau menghadapiku. Kau hanya milikku. Tak ada satu orang pun yang boleh melukaimu kecuali aku." gumam Jenderal Kim

avataravatar
Next chapter